Sepanjang mata memandang jajaran bukit di sekeliling danau menjadi pelengkap keindahan danau Toba, ditambah cahaya mentari pagi semakin membuat danau Toba mempesona, bak kembang desa. Foto : Joel Prasttyo

Terpukau Kemegahan ‘Laut’ Toba (1)

Loading

Oleh: Joel Prasttyo*

IndependensI.com – “Nenek moyangku seorang pelaut….” pasti pembaca sudah hafal dengan sepenggal syair itu. Lagu tersebut menggambarkan betapa negeri ini memang negeri bahari. Tak diragukan lagi!

Tidak terkecuali warga di Parapat dan sekitarnya…eits sabar jangan-nge gas dulu, di parapat emang tidak ada laut, adanya cuma sebuah danau, namanya danau Toba.

Nah di tempat ini nih banyak masyarakatnya yang hidup atau bekerja sebagai nelayan, “lha….ngape Lo bingung?” Tak usah bingung kalau merujuk kata-katanya si Ucok sesaat setelah saya menjejakkan kaki di sana.

si Abang Ucok bilang, “memang ini sebuah danau bang, tapi nih bang, sekali lagi saya bilang bang, walaupun ini sebuah danau, tapi tingkahnya seperti laut Bang” si Ucok serius benar menjelaskan dengan logat Batak yang kental. Makin penasaran aja nih, saya pun melemparkan pertanyaan berikutnya.

“Kenapa tingkahnya kayak laut bang” saya bertanya sambil garuk-garuk perut yang sudah kenyang, trus si Ucok makin semangat jawabnya, (gimana tak semangat dah saya kasih kacang kulit sebungkus).

“Iya bang, tingkahnya mirip laut, ombak bisa sampe 2 meter lebih.” Gile, si Ucok jelasin sampe kacang yang lagi dikunyah muncrat…hihihihihi, lucu juga sih.

Setelah mendengar penjelasan dari si Ucok, teringat peristiwa kelam beberapa bulan yang lalu, yaitu peristiwa tenggelamnya kapal penumpang di perairan ini, yang mengakibatkan ratusan jiwa meninggal dunia.

Ada sedikit rasa takut saat ingin mengarungi danau terbesar se-Asia tenggara, atau danau caldera terbesar sedunia, apaan tuh danau caldera..??? Cari sendiri deh di Mbah Gugel atay tanya langsung sama para pakar geologist, (hehehehe kalau saya disuruh menjelaskan tar pembaca malah makin puyeng).

Jantung berdegup dengan kencang saat melangkah naik ke kapal itu, masih terus terbayang kejadian yang lalu, juga takut gara-gara dengar penjelasan si Ucok (duh lagian ngapain saya iseng pakai tanya-tanya ke dia, jadi masalah kan).

Akhirnya dengan tekad membaja saya beranikan diri naik ke kapal itu. Ternyata di dalam kapal sudah disiapkan pelampung keselamatan atau bahasa bekennya life Vest, agak sedikit tenang dah, akhirnya tanpa aba-aba langsung saya kenakan tuh pelampung.

Tak sampai 10 menit kapal berangkat dari dermaga Parapat untuk mengarungi danau nan besar dan indah. Begitu kapal bergerak maju, ketakutan yang tadi sempet hinggap (burung kali hinggap) hilang seketika itu juga. Pemandangan nan menawan ditambah sejuknya udara serta hembusan angin sepoi-sepoi basah menambah rasa kagum akan indahnya maha karya Sang Pencipta.

Sepanjang mata memandang jajaran bukit di sekeliling danau menjadi pelengkap keindahan danau Toba, ditambah cahaya mentari pagi semakin membuatnya mempesona, bak kembang desa.

Tak terasa 30 menit telah berlalu, kapal susah sampai di pulau Samosir … Inilah kali pertama kaki saya menjejak pulau Samosir…so bagaimana keseruannya menjelajah pulau Samosir? Tar lagi ya…lanjut ngopi dulu. (Bersambung)

*Penulis adalah penggiat alam bebas dan praktisi di industri pariwisata

One comment

  1. Keren tap, terus berkarya, perjalanan pada dunia, “Indonesia Indah”!!!

Comments are closed.