BLITAR (IndependensI.com) – Daerah Sutojayan yang berada di sekitaran Kali Bogel, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, selama ini diketahui menjadi daerah langganan banjir. Banjir besar yang merendam Sutojayan dan sekitarnya pada 2004 silam sempat melumpuhkan aktivitas ekonomi warga dan menelan korban jiwa.
Ibu Sri Wahyuni, warga setempat yang sudah bermukim di daerah tersebut selama kurang lebih 45 tahun, mengatakan bahwa di daerahnya hampir selalu terjadi banjir apabila hujan turun. Pada 2004 silam, banjir besar memorak-porandakan wilayah itu.
“Pernah tahun 2004 banjir besar setinggi 2,5 meter. Semua orang disuruh mengungsi. Ternak-ternak semuanya hancur ditinggal,” ujarnya saat ditemui Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Rabu, 2 Januari 2019.
Hal itu diamini oleh Sugeng, Kepala Kelurahan Sutojayan, yang ditemui terpisah. Ia mengatakan bahwa banjir tahun 2004 menenggelamkan hampir satu wilayah Sutojayan. Banjir itu rutin terjadi tiap tahunnya meski tidak sebesar pada 2004.
“Sejak tahun 2004 di sini dilanda banjir besar yang mana hampir sewilayah ini tenggelam. Bahkan tingginya ini paling rendah ada tiga meter. Ini rutin tiap tahun ada banjir meski tidak sebesar 2004,” ucapnya.
Menurutnya, banjir tersebut terjadi disebabkan karena meluapnya sungai yang tidak lagi mampu menampung aliran air. Hutan di daerah yang lebih tinggi di kawasan tersebut juga tak mampu lagi menyerap air hujan.
“Sungai tidak bisa menampung lagi aliran air yang turun dari atas. Di atas ada hutan yang sudah gundul sehingga air hujan tidak terkendali dan semuanya mengalir ke wilayah ini,” ucapnya.
“Di sini hampir tujuh sungai semuanya mengalir ke sini sehingga setiap tahun sungai di Sutojayan tidak mampu menampung dan terjadi banjir,” imbuh Sugeng.
Banjir yang selalu berulang membuat warga setempat menginginkan adanya normalisasi sungai dan pembenahan. Pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kemudian menindaklanjuti hal itu dengan melakukan normalisasi sejumlah sungai, pembangunan tanggul di badan sungai, dan penguatan tebing sungai.
Pembangunan pengendali banjir tersebut sudah mulai dilakukan pada awal tahun 2018 lalu dan diharapkan dapat dituntaskan pada 2019 atau 2020 mendatang. Presiden Joko Widodo sendiri dalam kunjungan kerjanya ke Jawa Timur meninjau perkembangan pembangunan tersebut.
“Setelah ada bangunan ini (tanggul dan tebing sungai) belum banjir lagi. Mudahan-mudahan tidak banjir lagi,” kata Ibu Sri Wahyuni.
Mengutip dari siaran pers Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi menyatakan, normalisasi Kali Bogel yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Ditjen Sumber Daya Air (SDA) akan mengurangi risiko banjir di lima desa dengan luasan sekitar 500 hektar. Kelima desa tersebut yakni Desa Pandanarum, Bacem, Sumberejo, Sutojayan dan Kedungbunder.
“Pembangunan pengendali banjir berada di sepanjang aliran Kali Bogel (3,5 km) ditambah anak sungai Kali Bogel yakni Sungai Geseng (2,4 Km), Kedung Wungu (1,4 Km) dan Pajem (800 m). Pekerjaan dilakukan selama 3 tahun dari 2017. Saat ini progresnya sudah 23%, dan ditargetkan selesai November 2020,” ujar Hari.
Pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah pelebaran sungai dari lebar 6 meter menjadi 14 meter dan pembuatan tanggul di kedua sisi aliran sungai setinggi 7 meter untuk mencegah terjadinya longsor.