JAKARTA (IndependensI.com) – Ekonom Rizal Ramli geram dengan sejumlah hasil survei yang sesumbar memenangkan elektabilitas capres Jokowi dari rivalnya Prabowo Subianto. Apalagi lembaga survei banyak yang keliru terkait hasil Pilgub DKI 2017 silam.
Rizal mengatakan, memiliki cerita tersendiri saat dirinya masih menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman. Kala itu dia kerap dimintai tanggapan oleh Jokowi, salah satunya terkait peluang Basuki Tjahaja Purnama di Pilgub DKI 2017.
“Waktu Ahok semua mengatakan Ahok pasti menang, saya masih sering ketemu Mas Jokowi dipanggil ke istana beliau nanya nanya, tiga bulan sebelum Pilkada, beliau nanya selain ekonomi, Ahok gimana? mas, (Ahok akan) kalah, mas (Jokowi) harus jauh jauh dari dia,” katanya di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (15/1).
Namun saat itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mempercayai jika Basuki atau akrab disapa Ahok akan berhasil memenangkan Pilgub DKI 2017. Pasalnya beberapa survei mengatakan, mantan Bupati Belitung Timur itu akan menang dengan selisih 3 persen dari dua pesaingnya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan.
“Dia (Jokowi) bilang enggak (Ahok menang), menurut Yunarto menang 3 persen. Menurut Saiful Mujani menang 3 persen. Mas (Jokowi) mohon maaf, saya ini orang yang keliling berbagai lingkungan kalah. Apa yang terjadi? (Ahok) kalah 16 persen,” ujar Rizal.
Maka dari itu, Rizal meminta publik tak usah mempercayai lembaga survei. Menurutnya, lembaga survei merupakan alat propaganda. Mestinya, sumber pendanaan survei bisa diketahui publik seperti di luar negeri.
“Nah hari ini lembaga poling bilang gapnya 20 persen. Bahkan tadi Mas Jokowi 56 persen. Halah pada saat jaya jayanya mas Jokowi, hebat hebatnya Pilpres dia cuman 52 sampai 53 persen. kok hari ini ada klaim lembaga survei si Denny JA 56 persen yang bener aja,” ujarnya.
Dia menjelaskan, lembaga survei saat ini membuat jarak elektabilitas antara Jokowi dan Prabowo berbeda 20 persen untuk menjustifikasi kecurangan bila Jokowi kalah. Dirinya punya bukti bahwa Prabowo hanya terpaut di bawah 10 persen dari Jokowi.
“Jokowi stagnan, Prabowo gap-nya kurang dari 10 persen. Yang belum menentukan sikap masih sekitar 20 persen. Nah kalau ada kecurangan, maksimum efeknya 5 persen. Oleh karena itu kalau mau menang Prabowo sama Sandi harus menang double digit, di atas 10 persen baru kecurangan itu tidak ada. Kalau (Prabowo-Sandi) menang 2 sampai 3 persen itu (rawan dicurangi),” tuturnya.
Aktivis reformasi tersebut mengajak relawan Prabowo-Sandi bekerja militan melebihi uang. Rizal menyadari pasangan Prabowo-Sandi ‘paket hemat’. Meski begitu, Dirinya mencontohkan Pemilu Malaysia dimana Anwar Ibrahim bisa menumbangkan Najib Razak. Padahal, Najib Razak menguasai media dan uangnya berlimpah. Untuk itu, dia berpesan supaya pendukung paslon nomor urut 02 militan.
“Militan itu artinya bekerja beyond money itu orang pergerakan harus begitu kerjanya. Jadi kalau mau double digit harus bekerja beyond money,” tandasnya.