Kisah Pengusaha Tempe Ngotot Foto dengan Jokowi

Loading

SOLO (IndependensI.com) – Ini adalah cerita nyata Faris Montis, seorang anak muda pengusaha keripik tempe dari Malang, yang tujuh tahun silam bersua Jokowi. Sebagaimana ditulis Quora, Faris mengisahkan kekagumannya pada Jokowi –saat itu masih menjabat Wali Kota Solo- sebagai sosok pengusaha, motivator, sekaligus pejabat negara yang amat rendah hati.

Kita simak yuk….

Waktu itu, sebuah acara workshop kewirausahaan digelar di Surabaya pada tahun 2012. Saya termasuk orang yang beruntung di antara 30-40 wirausahawan yang lolos pada pendaftaran. Teman saya yang menginfokan acara tersebut justru tidak berhasil lolos.

Akhirnya saya pergi sendirian ke sana, pada malam hari yang hujan dari Malang ke Surabaya dengan sepeda motor.

Sampailah saya di sebuah warung kopi di Surabaya Town Square. Saya merasa minder karena semua yang hadir memakai baju setelan, jas, dan dasi, tetapi saya tidak. Saya hanya menggunakan satu-satunya blazer yang saya punya, berwarna coklat. Saya adalah orang yang termuda di sana.

Tiba-tiba, seorang pria berjalan di depan saya. Dia dulu masih menjadi wali Kota Solo, tetapi saya sudah banyak mengetahui tentangnya dari Forum Kaskus Regional Solo.

Saya mengagumi cara kepemimpinan seperti ini. Menurut saya, hal ini merupakan suatu gaya yang baru. Belum pernah ada seorang pun di Indonesia melakukan hal ini, walaupun Pak Lurah.

Saya adalah penggemar dari pria itu.

Cerita ini berlatar belakang sewaktu nama Jokowi belum popular. Tidak lama setelah itu, dia maju pada pemilihan Gubernur Jakarta (dan menang).

Pada ruangan tersebut, pria itu adalah Wali Kota Solo yang kebetulan memiliki latar belakang seorang pengusaha mebel. Ia berbicara soal masa lalunya ketika memulai bisnisnya dari bawah, berjuang susah payah, mengekspor, dan berinteraksi dengan pelanggan.

Saya hanya memperhatikan sekitar 50 persen dari pidatonya.

Karena saya punya rencana lain. Sebelum berangkat saya mengatakan kepada istri, kalau saya akan pergi ke Surabaya dan berfoto dengan Pak Jokowi, dengan produk kami (keripik tempe) di tangan Pak Jokowi.

“Ini akan menjadi sales booster, jika seseorang yang terkenal memegang produknya di tangannya dan berfoto,” begitu rencana saya.

“Pak Jokowi Wali Kota Solo?” kata istri saya

Istri saya benar-benar tidak bisa menerima rencana gila saya ini.

Setelah sejam berpidato, panitia telah menyiapkan sofa untuknya. Beberapa wartawan telah menunggu, dan ajudannya berada di sampingnya.

Foto Bersama

Ia duduk di sofa, berbicara dengan seseorang yang saya tak kenal siapa itu. Lalu saya berpikir, inilah kesempatan satu-satunya. Saya pun memiliki firasat bahwa orang ini akan menjadi besar suatu hari nanti.

Now or never, ayo lakukan!” saya berbicara pada diri saya sendiri, sembari mengingat kutipan dari seorang tokoh inspiratif.

Saya mendekat ke arah sofa Pak Jokowi dan Mr. X yang sedang berbicara. Wartawan melihat saya seakan berbicara, “Apa yang kau lakukan di sana?” Ajudan dan asistennya telah bersiap untuk mengusir saya.

“Pak Jokowi, Saya Kaskuser.” kata saya.

Sepuluh detik terdiam. Ajudannya mendekat kearah saya. Saya tebak dia tidak mengerti apa itu Kaskus.

“Oh ya? Kaya juga,” kata Pak Jokowi yang berbicara sekitar dua meter dari tempat saya berdiri, lalu intuisi ajudannya untuk mengusir saya seketika hilang.

Saya menjelaskan kepadanya secara cepat, walaupun tidak jelas karena nervous. Grogi banget

“Saya jauh-jauh ke sini dari rumah saya di Malang, Pak. Saya kehujanan sekadar untuk berfoto dengan bapak. Saya sangat mengagumi bapak,” kata saya.

“Iya, boleh,” katanya dengan raut yang cerah.

Lalu, dia berdiri dari sofanya. Saya mendekat kepadanya. Kali ini saya berbicara lebih detail.

“Tapi bolehkan saya foto dengan dagangan yang saya punya? Biar tambah laku, Pak.. Maaf sebelumnya.”

Semua orang di sekelilingnya tertawa terbahak-bahak, termasuk ajudannya. Tetapi pria ini tidak. Dia hanya tersenyum.

“Ayo sini,” katanya. Lalu saya ambil kamera digital saya dan masih tidak menyangka ini terjadi.

Pak Jokowi meminta saya untuk duduk dengannya, dan ia bertanya beberapa pertanyaan.

“Sudah berapa lama kamu terjun dalam bisnis keripik tempe ini?”

“Sudah empat tahun Pak, saya mulai sejak tahun 2008.”

“Jadi kamu dari Malang? Naik apa ke sini?”

Sebagai orang yang tinggal di lain provinsi, rasanya pergi dari Malang ke Surabaya cukup jauh untuknya.

“Naik motor, Pak.”

“Terus aja nekat begini. Entar pasti punya mobil.”

“Terima kasih banyak, Pak. Bolehkah saya cetak foto ini, dengan izin bapak?”

“Boleh. Boleh. Cetak saja pada spanduk yang besar, lalu pajang di toko kamu,” katanya.

Saya berterima kasih.

Keripik Tempe

Dengan tersenyum, ia berbicara beberapa kalimat yang tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup.

“Saya pernah berada dalam posisi seperti kamu, beberapa waktu yang lalu. Tidak ada yang mengerti apa yang kamu perbuatan, termasuk kerabatmu. Itulah mengapa berwirausaha itu sulit.”

“Miliki keberanian untuk berbeda, ambil keputusan dan bergerak cepat. Kamu akan sukses.”

Mata saya memerah. Saya menahan tangis.

Anda akan mengerti betapa rasanya ingin menangis jika Anda seorang wirausahawan dan berjuang bertahun-tahun.

Pak Jokowi berbicara layaknya seorang ayah dan anak.

Saya pun memberikan hadiah tiga buah keripik tempe dengan kantong kresek warna putih. Saya tidak mempersiapkan sebelumnya. Jadi, kantong kresek warna putih itulah yang saya punya dan semua orang tertawa terbahak-bahak.

Setelah itu, saya baru tahu bahwa Mr. X yang saya sela pembicaranya ternyata adalah kepala cabang dari merek yang menjadi sponsor workshop itu. Saya mohon maaf Mr. X, saya harap Bapak mengerti kegilaanku.

Saya pun posting foto itu di facebook wall saya. Teman-teman saya tidak percaya hal itu terjadi. Mereka mulai bertanya, “Wah, kok bisa? Kamu pasti bercanda ini…”

Berfoto dengan Pak Jokowi = Something.

Berfoto dengan Pak Jokowi sambil memegang produk di tangannya = *What the f**ing thing.

Saya bingkai foto itu dan saya pajang di ruang tamu. Semua tamu, kerabat, teman, dan keluarga melihatnya dengan wajah yang bingung. Lebih membingungkan lagi ketika ia terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Gaya Kepemimpinan

Dan sekarang dia adalah seorang Presiden terpilih di negara ini.

Saya paham, Pak Jokowi ini tidak sempurna, selalu ada sisi tidak sempurna dari semua manusia.

Saya tantang Anda semuanya untuk bertemu dengan Pak Jokowi dan berbicara langsung kepadanya face to face. Anda akan mengerti bagaimana gaya kepemimpinan merakyat yang mendengarkan aspirasi dari bawah.

Ia menerapkan gaya kepemimpinan yang baru. Sederhana dan rendah hati. Seorang pemimpin yang melihat dirinya tidak berbeda dengan rakyat yang ia pimpin.

Dia baik-baik saja ketika berfoto dengan seorang wirausahawan kecil seperti saya.

Hanya Pak Jokowi yang bisa melakukan hal ini dengan murni. Saya bersyukur atas kebaikannya.

Oh saya hampir lupa. Sekarang saya sudah memiliki mobil.

Saya bersyukur. Ini semua karena optimisme dan kata-kata positif yang disampaikan Pak Jokowi. (*)