Independensi.com – Kita mensyukuri perayaan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah tahun 2019 ini dinikmati masyarakat Indonesia yang melakukan tradisi mudik, pulang kampung bersilaturahmi dengan sanak saudara, dengan nyaman dan aman.
Penderitaan pemudik yang dlu tertahan di beberapa titik pantai utara maupun selatan Jawa, hampir tidak terdengar tahun ini, yang sebelumnya selalu menyita perhatian setiap musim mudik Lebaran.
Selama ini, sering foto-foto menunjukkan para pengendara menumpuk di titik-titik tertentu baik karena macet, jalan rusak atau longsor. Tahun 2019 ini nyaris tidak terdengar karena perjalanan mudik sangat lamcar dan tingkat kecelakaan juga tergolong sangat minim.
Dengan adanya jalan bebas hambatan, tol Serang (Banten) – Banyuwangi (Jawa Timur) dengan mudah dan cepat dilintasi pemudik baik naik bus maupun kendaraan pribadi. Semua lancar dan bebas hambatan mencapai ke tempat tujuan.
Penyeberangan Serang-Bakauheni yang menghubungkan Jawa-Sumatera juga tidak mengalami kendala dan tidak perlu tempat parkir atau menunggu antrian panjang untuk menyeberang yang selama ini selalu menimbulkan masalah.
Demikian pula pada penyeberangan Banyuwangi-Gilimanuk yang menghubungkan Jawa Bali sepanjang pemberitaan sampai hari ini, setelah Idul Fitri tidak ada berita yang mengkhawatirkan, kendaraan maupun penumpang tidak ada yang stagnan.
Angkutan laut dengan adanya Tol-Laut dibangunnya berbagai dermaga memungkinkan penumpang dari Sabang sampai Merauke mudah mendapat akses transportasi laut. Intinya, tahun ini kelihatannya teratur, sehingga tidak ada kritik terhadap kebijakan Angkutan Laut. Tentu hal tersebut juga ditunjang oleh kesadaran semua pihak sehingga kenyamanan dan keamanan penumpang terjamin baik waktu pergi maupun pulang nantinya dari kampung halaman.
Mungkin dengan sistem pemesanan tiket on-line yang dilakukan PT KAI juga menyadarkan masyarakat pengguna jasa KA, tentang tersedianya kursi ke tempat tujuan. Sehingga tidak ada lagi antri karcis di stasiun-stasiun.
Karenanya pelayanan PT KAI dapat dikatakan telah menghilangkan penderitaan penumpang, sehingga tidak lagi ambil risiko membayar di dalam gerbong seperti selama ini. Sebelumnya sering kita lihat foto memasukkan barang bahkan anak-anak dari jendela, hal serupa juga sering terlihat di layar televisi, bagaimana penumpang memasuki kapal laut di berbagai dermaga dengan pakai tali dan lain sebagainya.
Syukur pemandangan memprihatinkan itu telah berlalu, kita memasuki babak baru yaitu babak memanusiakan manusia, dengan kata lain dalam kemampuan minimal masyarakat kita telah menikmati kenyamanan dan keamanan dalam bertransportasi.
Menjelang lebaran, memang ada musibah KM Lintas Timur yang tenggelam di Banggai Laut dengan 17 penumpang masih dicari, sebagai kecelakaan biasa. Tidak seperti lebaran tahun lalu di mana sekitar 192 orang hilang di Danau Toba bersama KM Sinar Bangun dalam pelayaran dari Simanindo (Samosir) ke Tigaras (Simalungun) yang merupakan keteledoran berantai dari berbagai pihak, terutama Pemerintah Daerah yang tidak ada pengawasan yang rutin dan ketat.
Kita berharap tragedi Danau Toba itu yang pertama dan terakhir, dan semua pihak yang bertanggungjawab melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan baik dan benar sesuai peraturan perundang-undangan, sehingga tidak ada lagi sesama manusia sebagai ciptaan Tuhan mati sia-sia, atau akibat keteledoran sesamanya.
Perlu diapresiasi kerja keras Pemerintah, sehingga lebaran tahun ini dapat dinikmati oleh semua warga masyarakat, kebutuhan pokok juga tersedia dan harga-harga bahan pokok terkendali. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya terjadi antrian pembeli Tahun ini kelihatannya lebih terprogram sehingga distribusinya juga baik. Demikian juga dengan bahan bakar minyak (BBM) sepanjang bulan puasa sampai lebaran hari kedua ini semua terdistribusi lancar dan terpenuhi semua kebutuhan.
Keluhan tentang tarif angkutan udara memang sudah lama terjadi yang dianggap mencekik leher, apa penyebabnya tidak jelas. Adalah aneh kalau lebih murah Jakarta- Kualalumpur- Kualanamu (Medan) dibanding Jakarta-Medan langsung. Berarti ada yang tidak beres atau salah urus, tentunya berakibat juga pada pelayanan arus mudik dengan angkutan udara.
Harus diselesaikan tuntas, rasa sinis masyarakat tidak bisa dihindari apabila ada hal-hal yang tidak masuk akal apalagi menyangkut kebutuhan hidup masyarakat, termasuk tingginya ongkos angkutan udara. Salah kelolakah atau salah kebijakan, perlu dipersandingkan dengan dunia internasional. Pemerintah harus tegas dan ambil sikap.
Apa yang dialami masyarakat kita dalam perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1440 H tahun ini adalah buah kerja keras Pemerintah didukung kesadaran semua pihak. Ada baiknya, kita merenung sejenak, bahwa ternyata kita bisa mensejahterakan masyarakat kita sendiri asal kita seia sekata dan mau bekerja keras.(Bch)