KM Bahtera Nusantara II akan dioperasikan sebagai angkutan penyeberangan di wilayah Maluku

KM Bahtera Nusantara II Diapungkan

Loading

SURABAYA (Independensi.com) – Kapal Ro-Ro KM Bahtera Nusantara II dengan bobot 1.500 GT yang diproduksi galangan Kapal PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard, Surabaya, Jawa Timur diapungkan.

Kapal yang dibangun melalui dana APBN Tahun Anggaran 2018-2019 selanjutnya akan dioperasikan sebagai angkutan penyeberangan di Provinsi Maluku.

KM Bahtera Nusantara II memiliki kapasitas angkut 400 orang dan 29 unit Campuran (19 unit truk besar dan 10 unit kendaraan R4) dengan kecepatan percobaan 16 knot.

Dengan spesifikasi dan kapasitas angkut tersebut kiranya kapal ini dapat memperlancar transportasi dan konektivitas di Provinsi Maluku dan berdampak positif bagi perekonomian masyarakatnya.

Dirjen Perhubungan Darat Budi di Surabaya, Kamis (8/8) menjelaskan, saat ini kapal telah rampung 90,71 persen. Pencapaian progress ini hendaknya tidak saja dinilai dari sisi fisik tapi juga harus laik laut dibuktikan dengan pemenuhan Spesifikasi Teknis dan kesesuaian dengan desain.

Dengan begitu, performa dan stabilitas kapal saat beroperasi bisa maksimal sesuai dengan yang telah direncanakan dan diharapkan.

“Kami harap galangan segera menyelesaikan pembangunan kapal ini tepat waktu dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan tanpa mengabaikan faktor “Keselamatan Kerja”,” tutur Dirjen Budi.

Direktur Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Chandra Irawan selaku KPA menambahkan, pembangunan kapal menggunakan Anggaran dari APBN yang dialokasikan melalui mekanisme kontrak tahun jamak (multi years contract).

Alokasi waktu pembangunan selama 22 bulan yang dimulai tahun 2018 sampai dengan 2019. Adapun Pagu Total sebesar Rp90 miliar. “Skema Penganggarannya: TA2018 sebesar Rp20 miliar dan TA.2019 sebesar Rp70 miliar,” ujar Chandra.

Chandra mengemukakan, pengoperasian kapal ini nantinya akan dikelola oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), dimana asset dari Ditjen Perhubungan Darat akan dialihkan melalui mekanisme PMN (Penyertaan Modal Negara).

“Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memiliki kinerja, SDM serta Pengalaman yang baik dalam mengelola Kapal Penyeberangan, melihat pengalaman pengelolaan yang kurang sukses oleh beberapa BUMD,” katanya.

Kepada PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang telah ditunjuk sebagai operator KMP. Bahtera Nusantara II diminta agar segera mengambil langkah-langkah persiapan dalam pengoperasian dan pengawakan kapal.

Karena dalam sebulan ke depan akan dilaksanakan familiarisasi dan diharapkan dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan official sea trial (OST).

“Dukungan dari berbagai pihak terkait dalam pembangunan kapal penyeberangan 1.500 GT untuk Kepulauan Maluku sangat kami harapkan demi terciptanya hasil pekerjaan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat,” pungkas Chandra.

Pengapungan sebuah kapal merupakan hal penting dari bagian pembangunan kapal, karena pada saat itulah untuk pertama kalinya sebuah kapal akan mengapung di air dan momen ini akan dicatat sebagai tanggal dimulainya perhitungan yang terkait dengan docking periodik kapal. (hpr)