BALI (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya untuk mewujudkan swasembada protein hewani khususnya daging sapi. Hal ini merupakan bagian integral pembangunan nasional peternakan yang dalam 5 tahun terakhir ini diarahkan untuk peningkatan produksi daging, untuk mewujudkan swasembada daging sapi tahun 2026. Hal tersebut disampaikan oleh Dirjen PKH, I Ketut Diarmita saat menghadiri Kontes Ternak dan Panen Pedet Tahun 2019 di Denpasar, Jumat (13/9/2019).
“Dalam mewujudkan swasembada tersebut, Kementan telah melaksanakan program terobosan melalui kegiatan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB), penambahan sapi indukan, pengembangan sapi Belgian Blue dan sapi Wagyu yang didukung dengan upaya peningkatan status kesehatan hewan, penjaminan keamanan pangan asal ternak, skim pembiayaan, investasi dan asuransi ternak,” ungkap Ketut.
Dijelaskan Ketut bahwa upaya Pertama yang dilakukan adalah Upsus Siwab. Program ini sudah memberikan hasil yang menggembirakan dengan capaian yang baik. Secara nasional program Upsus Siwab sejak tahun 2017 hingga 9 September 2019 menunjukkan realisasi yang sangat mengembirakan, yakni (i) Inseminasi Buatan/IB dengan realisasi 10.548.530 ekor akseptor atau 105,49 % dari target 10 juta ekor akseptor; (ii) Kebuntingan sebanyak 5.498.695 ekor atau 76,37% dari target 7,2 juta kebuntingan; dan (iii) Kelahiran sebanyak 4.140.916 ekor atau 71,89% dari target 5.760.000 ekor.
Sedangkan secara khusus, capaian kinerja Upsus Siwab Provinsi Bali dari bulan Januari sampai dengan 05 September 2019 menunjukkan hasil yang cukup baik, dimana realisasi IB sebanyak 50.827 ekor atau 72,61 % dari target 70.000 ekor, kebuntingan 30.970 ekor atau 63,20 % dari target 49.000 ekor dan kelahiran sebanyak 24.554 ekor atau 62,64 % dari target 39.200 ekor.
“Keberhasilan Program Upsus Siwab harus selalu kita sosialisasikan dan kita gaungkan kepada masyarakat luas dalam berbagai bentuk kegiatan, salah satunya melalui kegiatan Panen Pedet dan Kontes Ternak yang saat ini dilaksanakan,” ujar Ketut dihadapan Gubernur Provinsi Bali beserta jajaran, Walikota dan Bupati se-Provinsi Bali beserta jajaran, Kepala Dinas Peternakan dan Keswan Provinsi Bali, Kepala Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten se-Provinsi Bali, serta kelompok ternak dan tokoh masyarakat.
Diungkapkan Ketut bahwa Program Upsus Siwab diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya genetika ternak sapi, hal ini terlihat dari kegiatan panen pedet hasil IB yang saat ini dilaksanakan. Selain itu juga kegiatan kontes ternak diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomi bagi peternak yang tentunya dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih lanjut Ketut menjelaskan bahwa untuk mewujudkan swasembada, Program Kedua adalah penambahan sapi indukan Brahman Cross pada tahun 2015, 2016, dan 2018. Sekitar 8.985 ekor sapi Brahman Cross telah di distribusikan ke 16 Provinsi di seluruh Indonesia (Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur).
Adapun untuk Bali, sejak tahun 2016-2018, fasilitasi bantuan ternak yang telah diberikan adalah sebanyak 719 ekor sapi potong dan 742 ekor kambing. Untuk tahun 2019 telah dialokasikan juga bantuan ternak untuk Provinsi Bali sebanyak 390 ekor sapi potong (150 ekor dari BPTU HPT Sembawa dan 240 ekor dari Dinas Provinsi), kambing perah sebanyak 24 ekor (Dinas Provinsi), dan babi sebanyak 200 ekor (BPTU HPT Denpasar).
Upaya lain yang dilakukan Kementan dalam melakukan percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau yaitu dengan Program Pengendalian Betina Produktif yang bekerjasama dengan Baharkam Polri. Hal ini penting mengingat pemotongan betina produktif tercatat cukup tinggi setiap tahunnya. Sebelum tahun 2017, angka pemotongan betina produktif ada di atas 22 ribu ekor. Dengan program yang dilaksanakan, pada tahun 2018 angka ini dapat ditekan menjadi 12.209 atau menurun 47,10% dibanding tahun 2017. Sementara itu pada tahun 2019 sampai Bulan Agustus tercatat angka pemotongan sapi betina produktif masih cukup rendah diangka 7.268 ekor.
Menurutnya faktor penting lain dalam upaya peningkatan produktivitas ternak dalam rangka swasembada adalah adanya pemenuhan hijauan pakan ternak yang berkualitas. Ketut menuturkan bahwa pada 2019 ini, Kementan berusaha untuk melakukan pemenuhan pakan melalui kegiatan Gerakan Pengembangan dan Pemanfaatan Pakan Berkualitas (Gerbang Patas) seluas 9063 Ha dan pengembangan padang pengembalaan mencapai 8914 Ha.
Kontribusi untuk Ketahanan Pangan
Mewakili Gubernur Bali, Kepala Dinas PKH Provinsi Bali, I Wayan Mardiana menyampaikan bahwa kegiatan Kontes Ternak dan Panen Pedet ini berkontribusi dalam mewujudkan kemandirian pangan dengan meningkatkan nilai tambah dan daya saing Untuk kesejahteraan peternak. “Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan para peternak, memberikan edukasi dan informasi tentang pembangunan peternakan di Provinsi Bali untuk kesejahteraan peternak, mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dan koordinasi antar stakholder terkait peternakan dan kesehatan hewan” ungkap Mardiana.
Melanjutkan penjelasannya, Ketut menyampaikan bahwa ketahanan pangan tidak bisa dipisahkan dari pencapaian kesejahteraan masyarakat, serta pembangunan peternakan dan kesehatan hewan. “Pertama bahwa pengembangan komoditas peternakan akan menyediakan berbagai alternatif pilihan sumber protein dari mulai produk telur, daging unggas, daging sapi/kerbau/kado dan susu, hampir semua produk tersebut bisa ditemui baik di pelosok dan kota,” kata Ketut.
Selanjutnya, menurut Ketut hal Kedua adalah banyaknya pilihan sumber protein juga akan menyediakan berbagai alternative pilihan tingkatan harga yg bisa dijangkau oleh masyarakat, Ketiga adalah kebutuhan pangan hewani asal ternak akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani sebagai pembentuk generasi muda berkualitas di masa mendatang, dan yang Keempat bahwa kekayaan plasma nuftah ternak/hewan, biomasa pakan, lahan dan air, dapat dipandang sebagai potensi basis yang dapat dikembangkan keunggulan kompetitif sebagai faktor pengerak pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.
“Untuk itu, kebijakan pembangunan peternakan dan keswan saat ini dan dimasa mendatang tetap akan diarahkan pada upaya-upaya untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak, baik itu daging, telur dan susu,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketut juga menyampaikan penghargaan kepada jajaran pemerintah Provinsi Bali yang pada hari ini telah mampu menyelenggarakan acara Kontes Ternak dan Panen Pedet Provinsi Bali Tahun 2019. “Saya mengajak seluruh pihak agar momentum acara Gebyar Upsus SIWAB dan Panen Pedet serta Gelar Potensi Peternakan ini dapat dijadikan sebagai upaya terus-menerus dalam memperjuangkan nasib peternak agar berkembang usahanya dan sejahtera” pungkasnya.