BANDUNG (Independensi.com) – Program terobosan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin dalam menguatkan peran penyuluh untuk menyebarkan inovasi pertanian dinilai tepat. Hal tersebut diungkap mahasiswa pasca sarjana Univeritas Pajajaran, Vivit Wardah pada sidang promosi program doktor di bidang ilmu komunikasi di Kampus Universitas Padjajaran, Bandung, Rabu (11/2), kemarin.
Menurut Vivit, Kementerian Pertanian (Kementan) kini di bawah komando Syahrul Yasin Limpo dapat mempertajam peran penyuluh dengan menempatkan mereka ke kluster terkecil komunitas petani di tingkat desa.
“Selama ini sebagian besar penyuluh masih berada di bawah wewenang dinas-dinas provinsi dan kabupaten sehingga organisasinya seringkali berbeda setiap daerah,” kata Vivit. Ujung tombak penyuluh juga masih di tingkat kecamatan.
Menurut Vivit, karakter petani di daerah yang ditelitinya membentuk kluster-kluster. “Kebanyakan petani berinteraksi dalam kluster dengan posisi setara sehingga tidak ada yang saling mendominasi. Jarang sekali petani berinteraksi lintas kluster,” kata Vivit yang juga pustakawan di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian.
Namun demikian, di dalam setiap kluster terdapat aktor-aktor sentral yang menjadi rujukan anggota di setiap kluster karena berperan sebagai opini leader. “Mereka ini yang menjadi kunci penyebaran inovasi di petani,” kata Vivit.
Aktor sentral itu biasanya petani biasa yang dipercaya dan memiliki mobilitas tinggi. Sebut pemilik penyewaan traktor, pemilik penggilingan, atau ketua kelompok tani.
Dari para aktor sentral itu penyebaran inovasi berlangsung secara personal. “Sifatnya komunikasi interpersonal, bahkan peran media massa dan media sosial masih rendah,” kata Vivit.
Pada konteks itu, menurut Vivit, para penyuluh yang ditempatkan di setiap desa harus dapat menembus aktor sentral di setiap kluster. Aktor leader itu juga berperan sebagai jembatan penghubung antar kluster di sebuah wilayah.
Namun demikian, hasil riset Vivit itu terbatas pada petani di sebuah daerah yang umumnya berusia di atas 40 tahun yaitu di Majalengka. Riset Vivit berjudul ‘Jaringan komunikasi petani adopter teknologi tanam jajar legowo di Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka’ di bawah bimbingan promotor Dr. Asep Suryana, MSi; Prof. Tuhpawana P Sendjaja, PhD; dan Dr. Dadang Sugiana, MSi.
Hasil riset Vivit hanya cocok untuk daerah-daerah yang memiliki tipologi sama yaitu kluster-kluster petani dengan anggota yang egaliter.