JAKARTA (Independensi.com) – Anggota Komisi VII DPR RI Sulaiman Umar mempertanyakan upaya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dalam menangkal berita simpang siur dan hoaks seiring dengan mewabahnya virus Corona, yang terakhir dinamakan WHO sebagai COVID-19.
Hal itu dikatakan Sulaiman dalam RDP Komisi VII dengan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman beserta jajarannya, membahas identifikasi dan antisipasi penanganan epidemi virus Corona di kompleks DPR-MPR, Senayan, Jakarta, Senin (17/2).
“Karena krisis yang disebabkan penyebaran virus ini tak hanya kesakitan dan kematian, tapi juga krisis komunikasi berupa hoaks, berita simpang siur hingga kepanikan massal,” ungkap Sulaiman.
Sulaiman memaparkan, Kepala WHO telah menyatakan bahwa penyebaran virus Corona saat ini lebih berbahaya dari terorisme. Hingga Minggu (16/2), ada 69.000 orang yang terinfeksi virus ini di 28 negara, terbanyak di China.
Sulaiman pun mempertanyakan kontribusi Lembaga Eijkman bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait, sebagai antisipasi terjadinya pandemi virus Corona di Indonesia.
Sebagai lembaga penelitian, lanjut Sulaiman, Eijkman memiliki rekam jejak dalam mengantisipasi mewabahnya virus-virus berbahaya di masa lalu, seperti flu burung dan zika.
Maka, menurut Sulaiman, seharusnya Eijkman telah memiliki kapasitas dan kemampuan mendeteksi keberadaan virus COVID-19 sesuai pendekatan biologi molekuler.
“Demikian juga dengan fasilitas, Eijkman Khan memiliki fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen level tinggi. Seharusnya bisa mendeteksi COVID-19,” ujar Sulaiman.