SURAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya tengah menyelesaikan revitalisasi Pasar Klewer Timur di Surakarta Jawa Tengah. Pekerjaan tersebut menindaklanjuti penugasan Presiden RI yang disampaikan pada Sidang Kabinet Paripurna tanggal 18 Juli 2018.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin didampingi Kepala Pusat Pengembangan Sarana Prasarana Pendidikan, Olahraga, dan Pasar (PSPPOP) Ditjen Cipta Karya Iwan Suprijanto dalam lawatannya ke Solo meninjau proses Revitalisasi pembangunan Pasar Klewer, Rabu (11/3/2020) sore. Wapres Ma’ruf Amin tampak didampingi Ibu Wapres Wury Estu Handayani, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Wakil Gubernur Jateng dan Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo. Kunjungan Wapres Ma’ruf Amin tersebut untuk memastikan perekonomian tetap tumbuh meskipun terdampak adanya virus Corona.
Wapres Ma’ruf Amin pada kesempatan tersebut menyampaikan terimakasih atas dukungan dari Kementerian PUPR dalam upaya peningkatan perekonomian lokal dengan pembangunan Pasar. “Pembangunannya ini sangat memperhatikan kearifan lokal,” kata Wapres Ma’ruf Amin.
Kepala Pusat Pengembangan Sarana Prasarana Pendidikan, Olahraga, dan Pasar Kementerian PUPR Iwan Suprijanto, saat mendampingi Wapres berkesempatan memaparkan soal pembangunan Pasar Klewer sisi timur.
“Kami menjelaskan bagaimana perkembangan setelah pasar terbakar, kemudian dibangun kembali Pasar Klewer Timur ini,” ucapnya.
Menurut Iwan, pembangunan Pasar Klewer Timur progresnya telah mencapai 18,9 persen pada pekan ini rencananya akan selesai pada Juli 2020.
Iwan menambahkan, Pasar ini akan terdiri dari 3 bagian secara vertikal, yaitu basement untuk parkir, semi basement untuk kios yang menampung 527 pedagang dan pada bagian atas adalah pelataran sebagai ruang terbuka publik. Anggaran pembangunan yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 48 miliar di atas lahan seluas 12.950 m2 dan luas bangunan 10.987 m2.
Konsep bangunan basement mengikuti genus loci (kearifan lokal) Kota Surakarta, dimana tinggi bangunan pada area tersebut tidak diperkenankan melebihi tinggi bangunan Siti Hinggil di Keraton Kasunanan Surakarta.
Di samping itu, juga menerapkan konsep Bangunan Gedung Hijau (BGH) sehingga less cost operation and maintenance. “Konsep gedung hijau biaya pemeliharaannya lebih ringan. Tanpa listrik, pasar tetap terang,” imbuh Iwan.(wst)