JAKARTA (Independensi.com) – Legenda lari estafet Indonesia, Jootje Pesak Oroh meninggal dunia dalam usia 80 tahun, Rabu (18/3/2020). Pria kelahiran Manado, 12 Juni 1939 yang aktif di Persatuan Atlet Veteran Indonesia (PAVI) yang kini menjadi Persatuan Atlet Master Indonesia (PAMI), meninggalkan seorang istri dan dua orang anak serta dua orang cucu.
Menurut sang istri, Diana Rosalina Oroh, Jootje yang akrab disapa “Si Bung” ini mengalami kelelahan karena kegiatan keseharian yang berlebihan, sehingga membuat kondisi kesehatannya menurun.
“Beberapa waktu lalu, Si Bung sempat mengunjungi beberapa rekan atlet yang sakit, menghadiri acara kedukaan, acara keluarga yang membuat kesehatannya menurun. Dia sempat koma selama 13 hari karena masalah di jantung, paru-paru dan otak,” ujar Diana yang juga merupakan atlet Master spesialis jalan cepat.
Dari catatan prestasi, Jootje adalah salah satu anggota tim estafet 4x100m putra Indonesia pada Asian Games Bangkok 1966. Dia bersama Soepardi, Agus Sugiri dan Bambang Wahjudi mendapatkan medali perak dengan catatan waktu 41,0 detik yang bertahan selama 52 tahun.
Medali yang sama akhirnya berhasil diraih kuartet Fadlin, Lalu Muhammad Zohri, Eko Rimbawan dan Bayu Kertanegara sekaligus mematahkan rekor nomor 4x100m dengan catatan 38,77 detik di Asian Games 2018 di Jakarta. Saat itu, kendati hanya meraih perak tetapi para penonton memberikan sambutan meriah layaknya medali emas.
Almarhum sempat pula memegang rekor nasional 200m pada kejuaraan lari di Filipina pada 1961 dan bertahan selama 18 tahun. Di sektor atlet Master, Jootje juga memegang rekor Asia Kelompok Umur (KU) 40-60 tahun di nomor lari 200m.