Direktorat Jenderal Perhubungan Darat terus mendorong peningkatan layanan angkutan umum agar dapat menurunkan efek gas rumah kaca,

Peningkatan Layanan Transportasi Umum Berbasis Energi Listrik Akan Tekan Efek Emisi Gas Rumah Kaca

Loading

YOGYAKARTA (Independensi.com) Transportasi umum yang berbasis energi listrik seperti bus listrik akan menekan emisi gas rumah kaca yang sangat bermanfaat bagi kelestarian bumi kita.

Kementerian Perhubungan memiliki program peningkatan layanan angkutan umum yang tersebar di beberapa kota di Indonesia yang diharapkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca.

Tahun 2020 ini ada 5 kota di Indonesia yang mendapatkan program peningkatan layanan angkutan umum melalui skema Buy The Service. Kota-kota tersebut adalah Palembang, Solo, Yogyakarta, Medan, dan Denpasar.

“Tahun depan, kami sudah mulai menggunakan bus listrik. Sudah kami hitung berapa biaya operasinya dan bagaimana pengaruhnya pada penurunan emisi gas rumah kaca.

“Peningkatan layanan angkutan umum dapat menurunkan efek gas rumah kaca,” kata Direktur Angkutan Jalan, Ahmad Yani, ketika memberikan sambutan secara daring pada kegiatan Bimtek Rencana Aksi Nasional – Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) di Yogyakarta, (29/7/2020).

Gas rumah kaca adalah gas yang terperangkap dalam lapisan atmosfer bumi. Dalam jumlah yang berlebih, gas rumah kaca tentunya akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi keberlangsungan manusia di muka bumi ini.

Dampak negatif gas rumah kaca antara lain ketidakstabilan iklim, meningkatnya permukaan air laut, dan pemanasan global.

Kondisi demikian mendorong berbagai pihak untuk melakukan upaya-upaya menekan emisi gas rumah kaca.

Yani juga mengatakan Kemenhub akan membantu penggunaan non motorized vehicle di daerah. Namun dirinya juga mengimbau agar pemerintah daerah juga melakukan manajemen rekayasa lalu lintas yang mendukung angkutan umum, sehingga layanan angkutan umum bisa jauh lebih menarik. Diharapkan masyarakat dapat meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan angkutan umum.

Sementara itu, Kasubdit Angkutan Perkotaan, Wahyu Hapsoro, dalam laporannya mengatakan, “Maksud dari penyelenggaraan Bimbingan Teknis RAN-GRK ini adalah untuk meningkatkan kualitas inventarisasi gas rumah kaca sub sektor transportasi darat.”

Sedangkan tujuan Bimbingan Teknis RAN-GRK ini adalah memberikan pemahaman dan meningkatkan kualitas SDM Balai Pengelola Transportasi Darat selaku perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat di daerah dan tentunya Pemerintah Daerah dalam hal Ini Dinas Perhubungan Provinsi/Kota/Kabupaten dalam melaksanakan inventarisasi dan merencanakan kegiatan pendukung aksi mitigasi gas rumah kaca.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah melakukan sejumlah aksi mitigasi gas rumah kaca antara lain: Mendorong Pembinaan dan Pengembangan Sistem Transit – Bus Rapid Transit (BRT); Pemanfaatan Teknologi Lalu Lintas untuk Kelancaran Lalu Lintas di Jalan Nasional / Area Traffic Control System (ATCS); Pembangunan Budaya Berkendara yang Lebih Baik (Smart Driving); Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas di Jalan Nasional / Analisi Dampak Lalu Lintas (Andalalin); Pembinaan Pelayanan Angkutan Umum (Peremajaan Armada Angkutan Umum); dan Penggunaan Solar Cell pada Penerangan Jalan Umum (PJU Solar cell).

Sementara itu Kadishub Provinsi DI Yogyakarta, Tavip Agus Rayanto, menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan di Yogyakarta. Dirinya mengatakan, Propinsi DI Yogyakarta telah melakukan aksi mitigasi gas rumah kaca, salah satunya dengan membangun ATCS.

Di Jogja ada 81 simpang yang dikontrol dengan ATCS. Dengan ATCS, lalu lintas bisa lebih lancar, serta jumlah kendaraan yang melintas bisa terukur. (hpr)