TANGERANG SELATAN (IndependensI.com) – Sebagai bagian dari warga masyarakat Tangerang Raya – tepatnya warga Tangerang Selatan – IndependensI.com miris ketika di beberapa Rt dan Rw di beberapa Kelurahan yang berada dalam satu wilayah Kecamatan, masuk dalam kategori zona merah dan viral di media sosial beberapa waktu lalu.
Untuk mengetahui situasi dan kondisi yang sebenarnya, sehari setelah informasi tersebut beredar di media sosial, IndependensI.com menelusuri beberapa wilayah di Tangerang Selatan yang masuk dalam kategori zona merah tersebut.
Akhirnya memang terkonfirmasi bahwa berita tersebut benar dan dapat dipertanggungjawabkan – bukan hoax.
Tidak Menimbulkan Kepanikan
Akan tetapi terlepas dari masalah tersebut, yang jelas selama penulis mendatangi beberapa wilayah – khususnya di beberapa pemukiman yang secara administratif masuk wilayah Tangerang Selatan berita yang viral tersebut sama sekali tidak menimbulkan kepanikan!
Seperti kita ketahui kata “Jangan Panik” memang selalu ditempatkan di urutan pertama dalam iklan layanan masyarakat yang ditayangkan oleh televisi yang ada di republik ini. Kemudian diurutan berikutnya adalah yang berkaitan dengan mencuci tangan, jaga jarak dan wajib pakai masker.
Karena kata “Panik” itu sendiri — sebagaimana yang ditulis oleh para ahli yang dimuat di jurnal-jurnal ilmiah — memang berkonotasi tidak baik dan akan mempengaruhi imunnitas setiap orang.
Dengan kata lain kata “Panik” memang akan berpengaruh terhadap masalah yang berhubungan dengan masalah fisik dan psikis.
Tak Hanya Sebatas Tahu – Tapi Paham
Pertanyaannya, kenapa para warga yang lingkungan tempat tinggal mereka dinyatakan masuk zona merah tidak panik; Karena, sejak PSBB dicanangkan oleh instansi yang berwenang, para warga masyarakat tersebut telah menerapkan Protokol Kesehatan Covid-19 dengan sangat disiplin, benar dan baik.
Sehingga langkah-langkah antisipatif seperti apa yang akan mereka lakukan dalam melakoni kehidupan dalam era adaptasi kehidupan baru pun telah mereka “ketahui”. Bahkan tak sebatas “diketahui” akan tetapi juga telah mereka “pahami”.
Tidak Hitung-Hitungan
Seperti kita ketahui bahwa para petugas gugus tugas Covid-19 adalah, benar-benar warga yang memiliki kesadaran dan kepedulian yang patut diapresiasi oleh warga lainnya.
Betul bahwa mereka memang memperoleh imbalan atas jerih payah yang mereka lakukan.
Tapi, karena “jerih payah” yang mereka lakukan didasari oleh rasa peduli terhadap sesama, maka dalam menjalankan tugasnya mereka pun tidak “hitung-hitung”-an.
Bertambah Gemuk Badannya
Salah seorang petugas yang ditemui IndependensI.com di Rt 02 Rw O9 Kelurahan Pondok Karya – Kecamatan Pondok Aren – Tangerang Selatan, mengaku terus terang bahwa warga di mana dia bertugas sebagai anggota gugus tugas Covid-19, sangat peduli.
“Selama kurang-lebih enam bulan saya bertugas di sini, berat badan saya bertambah. Teman-teman dan keluarga di rumah juga kasih komentar ‘sekarang badan elu jadi gemuk amat yaaa’ he he he,” kata petugas yang memohon agar jangan disebut namanya itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Peduli
Seperti warga di pemukiman lainnya yang secara administratif berada di Kecamatan Pondok Aren – Tangerang Selatan, warga Rw 09 Kelurahan Pondok Karya memang sangat memperhatikan para petugas yang tergabung menjadi anggota gugus tugas Covid.
Terbukti saat independensi.com berada di tengah-tengah mereka, di Poskotama terlihat box berisi makanan yang berasal dari sumbangan warga.
Tak hanya itu. Beberapa kendaraan yang masuk dan/atau keluar dari lingkungan Rw 09, pun ada juga yang mendrop minuman dan beberapa bungkus rokok.
Bahkan beberapa hari yang lalu — dari informasi yang berhasil dihimpun independensi.com — ada warga yang menyumbang masker. Si penyumbang tidak menyebutkan namanya. Dia hanya menyebut dirinya “NN”.
Dan, dalam suatu kesempatan bertemu dan berbincang bersama pak Seno – Ketua Rt 02 Rw 09 Kelurahan Pondok Karya, disebutkan bahwa banyak warga di lingkungan rukun tetangga di mana pak Seno saat ini dipercaya menjadi “Kepala Suku” yang mendonasikan sebagian dari rezekinya untuk mendukung kegiatan pencegahan Covid-19 di lingkungan Rw 09.
“Bahkan ibu-ibu di sini yang tergabung dalam group arisan pun dengan senang hati berdonasi untuk mendukung kegiatan gugus tugas Covid-19 di lingkungan Rukun Warga 09,” kata pak Seno, menegaskan.
Terlepas dari masalah ada yang hanya menyebut namanya dengan “NN” (No Name) atau tidak ketika mereka berdonasi, yang jelas itu adalah bentuk penjabaran dari sila ketiga dasar negara kita, Pancasila.
Spirit Persatuan Indonesia yang pluralistik itu melahirkan semangat ke-Gotong Royong-an yang, diakui atau tidak, membuat NKRI masih ada sampai sekarang dan untuk selamanya. (Toto Prawoto)