Satgas Jelaskan Perkembangan Vaksin Covid 19 di Indonesia

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito memaparkan beberapa poin mengenai penanganan Covid-19. Salah satunya menjelaskan mengenai tahapan vaksin yang masih seringkali menjadi pertanyaan bagi segelintir masyarakat.

Proses awal penelitian dasar yaitu dengan menelusuri mekanisme potensial berdasarkan ilmu sains biomedis. Selanjutnya, dilakukanlah uji preklinis yang memastikan bahwa vaksin yang dibuat di uji dalam sel dan dilanjutkan dengan hewan percobaan untuk mengetahui keamanan agar bisa diujikan ke manusia.

“Setelah itu, baru masuk ke tahap uji klinis fase I dengan sampel minimal 100 orang untuk menilai dan memastikan keamanan pada manusia serta menentukan dosis aman,” ujar Wiku dalam press conference di Media Center Satuan Tugas Graha BNPB, Jakarta, Kamis (22/10/2020).

Tahap uji klinis fase II akan membutuhkan jumlah sampel 300-500 orang untuk memastikan keamanan pada manusia, menilai efektivitas, menentukan rentang dosis optimal, dan frekuensi pemberian dosis yang paling optimal serta efek samping jangka pendek yang ditimbulkan. Setelah itu dilanjutkan dengan uji klinis fase III dengan jumlah sampel 1.000 sampai 5.000 orang untuk menilai dan memastikan keamanan, efektivitas, keuntungan yang melebihi risiko penggunaan pada populasi yang lebih besar.

“Kemudian, setelah melewati uji klinis fase III akan ke fase persetujuan untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas obat dan kesehatan yang akan dilanjutkan ke pembuatan vaksin dalam jumlah besar,” katanya.

Diketahui, virus Covid-19 ini merupakan penyakit yang menginfeksi manusia dan hewan yang sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960. Setidaknya terdapat tujuh jenis corona yang dapat menginfeksi dan yang terbaru adalah SARS-COV2 yaitu Covid-19. Wiku menjelaskan proses pengembangan vaksin dilakukan dengan tahapan yang kompleks dan melibatkan berbagai kementerian dan BUMN sehingga presiden mengeluarkan peraturan pemerintah mengenai pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi Covid.

“Masyarakat tidak perlu khawatir akan kelompok prioritas, pemerintah mengupayakan pemerataan penerima vaksin nasional untuk menciptakan kekebalan komunitas atau herd immunity. Sudah ada kandidat vaksin seperti Sinovac, Sinopharm, Casino, Astrazeneca, Genexine. Sebelum diproduksi massal akan melalui tahapan pengembangan dan masing-masing tahapan ada ketentuan yang dipenuhi sehingga vaksin yang dikembangkan memiliki standar yang baik,” katanya.

Indonesia memiliki beberapa kabar baik, tentunya kita perlu mengapresiasi kepada tenaga medis dan pemerintah yang terus berupaya menekan angka penularan. Hingga pada 22 Oktober 2020 terdapat penambahan kasus aktif sebanyak 4.432, jumlah kasus sembuh sebanyak 301.006, dan jumlah kasus meninggal 12.959. Disampaikan juga, angka kematian dan penambahan kasus aktif Indonesia sudah berada di bawah dunia dan untuk angka kesembuhan sendiri berada di angka 79,7 persen yang artinya lebih tinggi dari dunia yaitu 75,1 persen.

Tidak hanya itu saja, Indonesia juga sudah mengalami penurunan dibandingkan awal pandemi dimana dengan presentasi kasus aktif sebanyak 91,26 persen. Penurunan terus terjadi hingga di bulan September menjadi 23,74 persen dan berdasarkan data hari ini terjadi penurunan menjadi 16,8 persen.
“Proses penurunan yang cukup drastis, perkembangan yang sangat baik, kasus aktif menurun dan harapannya terus menurun dan ditekan hingga tidak ada kasus. Kasus aktif dapat ditekan dengan meminimalisir penularan, maka seluruh lapisan masyarakat dapat berkontribusi dengan disiplin melaksanakan 3M,” ujar Wiku.

Meski Indonesia memiliki kabar baik, Wiku juga menyampaikan hal-hal yang masih dibutuhkan lagi kerja keras dari berbagai pihak untuk benar-benar dapat menekan angka kasus penularan. Ia menyebutkan setidaknya terdapat 12 kabupaten kota yang jumlah kasus aktifnya lebih dari 1.000, antara lain Bekasi, Jakarta Pusat, Kota Bekasi, Kota Depok, Bogor, Jakarta Selatan, Kota Jayapura, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Kota Padang, dan Kota Pekanbaru. Wilayah yang disebutkan memang masuk dalam kategori kota besar yang aktivitas sosial ekonominya sudah berjalan.

“Tantangan terbesarnya bagaimana menjalankan protokol kesehatan dapat benar-benar dijalankan dalam setiap aktivitas masyarakatnya. Pemerintah daerah bekerja keras menekan kasus aktif secara tegas, mengawasi kedisiplinan masyarakat dalam mengikuti protokol kesehatan utamanya sektor ekonomi dan sosial yang berjalan,” lanjutnya.

Selain itu, pemerintah terus mengupayakan untuk meningkatkan kapasitas agar mencapai target rekomen organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam hal testing yaitu 1:1.000 penduduk per minggunya. Kabar baiknya lagi, pada minggu ketiga di bulan Oktober ini, Indonesia sudah berhasil mencapai 82,51% dari target WHO.

“Ini prestasi yang baik dari pemerintah. Tantangannya, Indonesia negara kepulauan sehingga terdapat kendala besar dalam hal transportasi, logistic, pengiriman spesimen, pelaporan hasil pemeriksaan dan distribusi alat penunjang pemeriksaan seperti reagen, mesin PCR, dan alat habis pakai yang memengaruhi kapasitas sebuah lab dalam pemeriksaan Covid,” sambung Wiku.

Maka dari itu, Wiku berharap pemerintah daerah bisa berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Kementerian Kesehatan atau Satuan Tugas Covid-19 apabila membutuhkan bantuan penanganan.
Indonesia memiliki 10 provinsi prioritas, jika dilihat dari penambahan jumlah kasus minggu kemarin hingga minggu ini ada daerah Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, Aceh yang mengalami kenaikan jumlah kasus. Sedangkan untuk daerah yang mengalami penurunan jumlah kasus aktif ada Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

Wiku menjelaskan secara umum hal ini menjadi perkembangan ke arah yang lebih baik. Namun, pemerintah dan masyarakat tidak boleh lengah. Ia juga meminta untuk memastikan agar fasilitas kesehatan memenuhi standar kesehatan yang ada dan meminta Pemda memastikan kualitas penanganan pasien Covid yang bergejala sedang dan berat agar meningkatkan potensi kesembuhan dan meminimalisir kematian.

Selain itu, ia juga mengajak masyarakat untuk memeriksakan diri jika memang dirasa memiliki gejala dan tidak meremehkan gejala seperti masuk angin dan flu ringan.