JAKARTA – Reshuffle kabinet kali ini kurang menggambarkan itikad istana untuk memperbaiki kinerja kabinet Jokowi Jilid II, tapi lebih kepada penyesuaian politik, terutama setelah dua pos menteri berurusan dengan KPK dan setelah beberapa peristiwa politik yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Sandiaga Uno adalah indikasi bahwa Jokowi ingin mempertahankan koalisi permanen dengan Gerindra. Sama dengan pemindahan posisi Wamenhan menjadi Menteri KKP dan Tri Rismaharini di posisi Mensos sebagai tanda bahwa PDIP tetap menjadi motor politik utama Jokowi.
Sementara itu, didudukkannya kembali Kementerian Agama oleh kader NU boleh jadi bermakna bahwa kekhawatiran Jokowi dan koalisi atas Islam radikal di waktu pembentukan kabinet tahun lalu sudah berkurang, sehingga posisi Kementerian Agama tak perlu lagi diduduki oleh orang-orang berlatar militer, tapi dikembalikan kepada kebiasaan lama, yakni oleh orang NU.
Hal tersebut bisa dilihat dari keputusan reshuflle kementerian agama setelah terkendalinya tokoh seperti Habib Rizieq Shihab dan Front Pembela Islam (FPI).
Sebagaimana diumumkan Presiden Jokowi, Yaqut Cholil Qoumas yang juga merupakan Ketua GP Ansor, ditunjuk sebagai Menteri Agama menggantikan Fahrul Razi yang berlatar belakang militer.
Sementara untuk kementerian kesehatan masih mengandung tanya, karena Budi Gunadi Sadikin tak punya latar belakang dunia kesehatan. Tapi boleh jadi niat Jokowi adalah untuk melakukan restrukturisasi dan reformasi di sektor kesehatan, karena Budi Gunadi Sadikin memang punya latar yang kuat dalam mereformasi beberapa BUMN, sampai akhirnya diangkat menjadi Wamen BUMN.
Penunjukan Budi Gunadi Sadikin bukan hal yang aneh karena sejumlah negara di dunia juga menunjuk Menkesnya yang tidak berlatar belakang medis.
Sementara Muhammad Lutfi yang ditunjuk menjadi Menteri Perdagangan memperlihatkan bahwa Jokowi ingin memperbaiki performa perdagangan nasional, terutama ekspor, di satu sisi, karena track record Muhammad Lutfi yang bukan orang asing di bidang itu, tapi juga ingin menambah porsi pengusaha di dalam kabinet.
Secara umum, reshuffle kali ini adalah dalam rangka mematangkan posisi politik koalisi, agar semakin kuat dalam menyokong pemerintahan di satu sisi, tapi di sisi lain, Jokowi juga ingin sebanyak-banyaknya mendapatkan dukungan dari para pengusaha nasional, terutama untuk terealisasinya Omnibus Law, sehingga nama-nama Sandiaga, Trenggono, Muhammad Lutfi, Budi Gunadi Sakidin, menjadi pilihan utama.
Meskipun begitu, semua nama itu berpeluang untuk berkinerja baik, terutama Tri Rismaharini yang sebelumnya Walikota Surabaya. Tapi peluang konflik kepentingan juga cukup tinggi dari tokoh-tokoh yang berlatar pengusaha tersebut. (Dr Jannus TH Siahaan, penulis adalah pengamat sosial politik)