JEMBER (Independensi.com) – Jember dikenal sebagai salah satu Kabupaten sentra jagung di Jawa Timur. Kabupaten ini mempunyai luasan panen jagung tertinggi pada bulan Desember yakni sekitar 12.000 hektar yang mayoritas lahan pertanaman tersebut berada di lahan sawah yang sebelumnya di tanamani padi.
Menteri Pertanian Syahtul Yasin Limpo saat penanaman jagung sekaligus meresmikan Food Estate di Desa Umbul Pabal Kecamatan Umbu Rato Nggai Barat, Sumba Tengah beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa di beberapa sentra penghasil jagung, produktivitas mencapai sekitar 8-9 ton per hektar.
“Rata-rata produktivitas jagung lokal saat ini memang masih sekitar 6,4 ton per hektar. Kita sama-sama berusaha agar peran penting komoditas jagung dapat meningkatkkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi dan pendapatan petani,” kata Mentan SYL.
Pola tanam padi-padi-palawija masih diterapkan oleh petani di Jember sehingga diharapkan minimal akan diperoleh dua keuntungan, yaitu tanah sawah akan mengalami kering sempurna sehingga memberikan aerasi yang baik bagi tanah dan menyehatkan bagi padi untuk berikunya serta harga yang lebih baik karena panen di luar masa panen raya.
Ali, salah satu petani di Jember, saat diwawancara hari Kamis (24/12) mengungkapkan saat ini petani jagung di Jember merasakan nikmatnya menjadi petani jagung, karena begitu mudahnya menjual jagung dan memperoleh harga yang baik. “Rata-rata petani di Jember menjual jagung dalam bentuk tongkol kering, ini karena kami ingin mempercepat kegiatan panen dan pasca panen, untuk mempersiapkan kembali sawah bekas tanaman jagung untuk pertanaman padi,” ujarnya
Diungkapkan Ali saat ini harga jual jagung tongkol kering per kg sudah mencapai Rp. 2.000 sampai Rp. 2.100. Dengan rata-rata biaya produksi per hektar Rp. 15 juta dan hasil produksi rata-rata 15 ton, maka petani memperoleh hasil dari kegiatan budidayanya sekitar Rp 15 juta per hektar.
Bila hasil produksi di akumulasi dalam satu kabupaten, maka selama bulan Desember 2020, Kabupaten Jember mensuplai sekitar 180.000 ton jagung tongkolan kering atau bila dikonversi menjadi jagung pipilan kering dengan kadar air 17% sekitar 90.000 ton.
Di tempat terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Gatut Sumbogodjati mengatakan meski di luar masa panen raya, panen jagung sedang berlangsung di beberapa wilayah, tentunya akan menjadi berkah tersendiri bagi petani, karena akan memperoleh harga yang lebih baik dibandingkan saat masa panen raya.
Gatut menegaskan sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam meningkatkan produksi jagung dan kesejahteraan petani. Kementan terus berkomitmen menyalurkan bantuan untuk budidaya dan penanganan pasca panen. Hal ini salah satunya guna memastikan produksi jagung cukup sesuai kebutuhan bulanan.
“Luas tanam kita tingkatkan, tapi produktivitas juga harus bagus. Dalam keadaan apapun pertanian kita harus tangguh. Produksi pangan hingga saat ini dan ke depan aman,” ucapnya.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan bahwa beberapa sentra produksi jagung saat ini sudah bisa mencapai target produktivitas 8 hingga 9 ton per hektar. Peningkatan produktivitas dapat menjamin tercukupinya kebutuhan jagung.
“Kementan jamin produksi jagung, biasanya musim tanam sama mengikuti musim padi. Pola tanam bisa monokultur, bisa tumpangsari, bisa tumpang sisip, pergiliran tanam atau pola lain. Jagung ditanam di lahan sawah, lahan kering, tadah hujan maupun integrasi dengan tanaman kelapa sawit dan lainnya, terpenting tersedia air bisa ditanam jagung,” ucapnya.(wst)