JAKARTA (Independensi.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pertanian pada Desember 2020 mengalami kenaikan sebesar 16,61 persen (YonY). Kenaikan terjadi karena kebutuhan produk pertanian mengalami lonjakan yang cukup tajam, terutama saat pandemi Covid 19 melanda seluruh dunia.
Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto dalam keteranganya melalui video virtual mengatakan bahwa komoditas pertanian berhasil menyumbangkan kontribusinya terhadap ekspor nasional secara keseluruhan. Salah satu yang paling terlihat adalah Komoditas sarang burung walet.
“Kemudian ada juga tanaman obat aromatik dan rempah rempah serta komoditas cengkeh, kopi dan hasil hutan bukan kayu. Secara keseluruhan nilai ekspor pada Desember ini sangat bagus sekali, terutama didorong oleh sumbangan ekspor non migas sebesar 93,84 persen,” katanya, Jumat (15/1/2021).
Suhariyanto mengatakan, Secara kumulatif ekspor nonmigas pada Desember 2020 dikirim ke negara tujuan Tiongkok yang mencapai US$3,32 miliar, kemudian disusul Amerika Serikat US$1,87 miliar dan Jepang US$1,25 miliar. Dengan demikian, kontribusi ketiganya mencapai 41,50 persen.
“Perkembangan ekspor non migas pada bulan Desember ini sangat mengembirakan karena merupakan yang tertinggi selama tahun 2020. Apalagi kalau kita lacak ke belakang nilai ekspor bulanan pada Desember 2020 ini adalah yang tertinggi sejak desember tahun 2013 yang pada waktu itu hanya 16, 97 Miliar US dolar,” katanya.
Disisi lain, kata Suhariyanto, upah nominal harian buruh tani nasional pada Desember 2020 juga mengalami kenaikan, yakni sebesar 0,13 persen jika dibanding upah buruh tani pada November 2020.
Sebagaimana diketahui, upah riil buruh tani adalah perbandingan antara upah nominal buruh tani dengan indeks konsumsi rumah tangga di perdesaan.(wst)