Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Gedung BNPB

Hindari Peningkatan Kasus Dengan Adaptasi Perubahan Perilaku

Loading

JAKARTA (Independensi.com)  – Pelaksanaan intervensi seperti Pelaksaanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membutuhkan dukungan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menekan penularan kasus. Jika hanya bergantung pada intevensi saja, maka dampaknya membutuhkan waktu paling tidak, dalam 3 minggu kedepan sejak intervensi dijalankan.

Melalui intervensi seperti PPKM dan PSBB hendaknya dijadikan proses adaptasi kebiasaan baru di tengah masyarakat dalam aktivitas sehari-hari. Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, hal ini bertujuan agar masyarakat tetap produktif di tengah pandemi dan tidak tertular Covid-19.

“Dalam satu minggu pelaksanaan PPKM, evaluasi menunjukkan belum adanya perubahan yang signifikan. Pelaksanaan intervensi membutuhkan waktu untuk lebih efektif dan berkontribusi dalam perubahan situasi ke arah yang lebih baik,” jelasnya memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Gedung BNPB, Kamis (21/1/2021) yang disiarkan juga melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Belajar dari pengalaman DKI Jakarta melakukan intervensi PSBB, terlihat pada 14 September – 5 Oktober 2020. Saat itu PSBB diperketat dilakukan setelah PSBB transisi selama 5 kali berturut-turut sejak 5 Juni hingga 13 September 2020. Pembelajaran ini penting, karena melihat grafik datanya menunjukkan perkembangan kenaikan kasus signifikan mencapai 7 kali lipat dari awal PSBB transisi.

Sehingga Pemerintah Provinsi DKI mengambil langkah tegas memperketat selama 4 minggu. Rincian datanya pada awal PSBB 14 September, penambahan kasus positif mingguan berjumlah 7.746 kasus dan masih bertambah di minggu kedua mencapai 8.477 kasus. Dan pada grafiknya juga, dampak intervensi baru terlihat penurunan pada minggu ketiga PSBB ketat, yaitu 8.409 kasus. Penurunan ini bertahan selama 4 minggu saja hingga akhirnya meningkat lagi pada 2 November 2020 hingga saat ini.

“Kita dapat menarik pembelajaran yang penting, bahwa dampak dari intervensi yang dilakukan baru akan muncul pada minggu ketiga pelaksanan intevensi tersebut. Sedangkan, dampak kejadian yang memicu penularan seperti libur panjang, lebih cepat yaitu dalam 7 – 10 hari saja,” jelas Wiku.

Untuk itu dibutuhkan kedewasaan  dan rasa tanggung jawab dari masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku. “Apabila kita semua belum mampu belajar dan menumbuhkan rasa tanggung jawab, maka seperti yang tampak pada grafik, penurunan kasus hanya akan terjadi sesaat. Dan hal ini akan terjadi lagi setelah pembatasan kegiatan berakhir,” tegas Wiku. (wst)