JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melanjutkan program pembangunan jembatan gantung sebagai akses konektivitas antar desa. Pembangunan jembatan gantung merupakan salah satu infrastruktur kerakyatan yang manfaatnya langsung dirasakan masyarakat selain infrastruktur berskala besar, salah satunya di Provinsi Jawa Timur telah diselesaikan Jembatan Gantung Mbah Buto di Jombang, sepanjang 60 meter yang menghubungkan Desa Ngrimbi dengan Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, hadirnya jembatan gantung akan mempermudah dan memperpendek akses warga masyarakat perdesaan. “Terutama dalam beraktivitas menuju sekolah, pasar, tempat kerja, mengurus administrasi ke kantor kelurahan atau kecamatan dan akses silaturahmi antar warga,” ujarnya.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur – Bali Achmad Subki menyatakan, Jembatan Gantung Mbah Buto merupakan bagian dari paket pekerjaan Pembangunan Jembatan Gantung Kaliregoyo Cs yang dilaksanakan oleh BBPJN Jawa Timur – Bali, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR.
“Selain Jembatan Gantung Mbah Buto, terdapat dua jembatan gantung lainnya masih dalam proses konstruksi yakni Jembatan Gantung Kaliregoyo di Kabupaten Lumajang dan Jembatan Gantung Ngares di Kabupaten Trenggalek,” kata Subki.
Dikatakan Subki, bahwa sesuai peruntukannya, jembatan gantung pejalan kaki ini hanya boleh dilintasi oleh warga yang berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan bermotor roda dua. “Jembatan ini tidak boleh dilewati oleh kendaraan roda 4, kecuali keadaan urgent yaitu yang boleh melewati adalah ambulans. Jembatan Gantung Mbah Buto ini konstruksinya adalah jembatan gantung baja, dimana kekuatannya mengandalkan sling hanger sebagai perkuatan di lantainya,” ujarnya.
Setyowati, salah satu warga Desa Penggaron mengatakan, dengan adanya Jembatan Gantung Mbah Buto membantu aksesibilitas dan mobilitas warga di Kecamatan Mojowarno. Kini, mereka mengaku tak perlu menempuh jarak yang cukup jauh untuk menuju ke fasilitas pendidikan dan pusat perekonomian.
“Dengan adanya Jembatan Gantung Mbah Buto, yang biasanya perjalanan 1 jam ke sekolah atau pasar, sekarang 15 menit sudah bisa sampai”, ujar Setyowati.
Selain memperpendek jarak dan waktu tempuh, keberadaan jembatan gantung ini disambut gembira karena membuka potensi lain untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar.
“Ini potensi yang mau dikembangkan karena mau dibuat wisata karena menjadi daya tarik pengunjung untuk datang ke sekitar Dam Mbah Buto”, ujar Mahmud Nasution, Kepala Dusun Brang Wetan, Desa Penggaron. (wst)