JAKARTA (Independensi.com) – Perusahaan energi terintegrasi, PT Indika Energy Tbk berhasil mencatatkan perolehan laba inti sebesar US$55,8 juta, melonjak tinggi dibandingkan capaian pada periode sama tahun sebelumnya yang tercatat masih sebesar US$6,5 juta. Dengan catatan tersebut, perolehan laba bersih perusahaan pun ikut membaik, di mana pada semester I/2021 tercatat mencapai US$12 juta. Hasil ini jauh lebih baik dibanding realisasi kinerja pada semester I/2020 lalu, di mana perusahaan masih menderita rugi bersih sebesar US421,9 juta.
Pada laporan kinerja keuangan terkonsolidasi yang baru saja dirilis terlihat bahwa capaian positif yang didapat oleh PT Indika Energy Tbk ditopang oleh peningkatan kinerja anak-anak usahanya, serta peningkatan permintaan dan juga perbaikan harga batubara yang ada di pasar. Tak hanya itu, perusahaan dengan kode saham INDY tersebut juga terus melanjutkan program diversifikasi usaha pada sektor non-batubara dan fokus pada keberlanjutan demi mewujudkan komitmen terhadap lingkungan, sosial dan tata kelola (environmental, social and governance/ESG) perusahaan menuju netral karbon pada tahun 2050 mendatang.
Sebagaimana dikutip dari laporan keuangan, pada Semester I/2021 Indika Energy berhasil meraup pendapatan sebesar US$1.287,9 juta, atau meningkat 14,1 persen dibanding pendapatan pada Semester I/2020 yang tercatat sebesar US$ 1.128,9 juta. Lonjakan pendapatan terutama dihasilkan dari PT Kideco Jaya Agung (Kideco) yang membukukan kenaikan harga jual rata-rata batubara sebesar 21,9 persen, yaitu dari US$39,8 menjadi US$48,6 per ton di sepanjang Januari hingga Juni 2021. Tak hanya itu, Kideco juga berhasil meningkatkan volume penjualan batubara dari 16,6 juta ton menjadi 18,1 juta ton untuk perbandingan periode yang sama.
Dari volume tersebut, Kideco memasarkan 35 persen hasil produksinya untuk pasar domestik, jauh melebihi Domestic Market Obligation (DMO) batubara yang sebesar 25 persen. Sementara sisa volume penjualan batubara sebesar 65 persen dilepas ke pasar ekspor, dengan negara tujuan China, India, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
(TSP)