Survei Ipsos Tegaskan Bantuan Program Prakerja Paling Dirasa Manfaatnya oleh Masyarakat

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Survei terbaru Ipsos, perusahaan peneliti pasar global asal Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa 53 persen masyarakat Indonesia mengaku puas dengan bantuan dari pemerintah selama pandemi Covid-19.

Menurut survei yang dilakukan secara online mulai 16 hingga 24 Juni 2021 itu, dari berbagai program bantuan pemerintah, ada tiga program bantuan yang paling banyak didapatkan masyarakat. Yaitu program Kartu Prakerja dengan persentase 24 persen, subsidi listrik 19 persen, dan subsidi kuota internet 18 persen pada sektor pendidikan.

“Dalam survei, masyarakat mengungkapkan bahwa ketiga program bantuan yang dirasa paling bermanfaat yakni Kartu Prakerja 35 persen, subsidi listrik 26 persen, dan kuota internet 25 persen untuk menunjang pembelajaran daring,” demikian dikutip dari laporan survei Ipsos pada Sabtu, 14 Agustus 2021.

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari bersyukur dan mengapresiasi penelitian terbaru ini. Menurut Denni, survei Ipsos menunjukkan bahwa misi program Kartu Prakerja benar-benar dirasakan masyarakat, terutama di masa pandemi.

“Program Kartu Prakerja adalah sebuah inovasi, yang meskipun awalnya dicurigai, tapi kemudian outcome-nya menyentuh masyarakat secara langsung. Bahwa ada yang mengharapkan insentif uangnya saja, itu tidak salah juga, pada situasi sulit ini,” papar Denni dalam Webinar Kampung Agustusan Program Kartu Prakerja bertema “Tangguh dan Tumbuh Meraih Mimpi, Temukan Potensi Diri”, Minggu, 15 Agustus 2019.

Selain Denni Purbasari, webinar ini menghadirkan tiga narasumber lain yakni Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, entrepreneur dan motivator Merry Riana, serta CEO Paragon Technology and Innovation Salman Subakat.

Denni menguraikan, sepanjang tahun 2020 terdapat 66 juta pendaftar Program Kartu Prakerja dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 5,5 juta ditetapkan sebagai penerima yang tersebar dalam batch pertama hingga batch kesebelas. Di tahun yang sama, sebanyak Rp 13,36 triliun insentif sudah disalurkan.

“Pada Semester I tahun 2021, terdapat 2,7 juta penerima kartu prakerja yang tersebar dari gelombang ke-12 hingga ke-17 dan sebanyak 98 persen penerima sudah menyelesaikan pelatihan serta sebanyak Rp 6,53 triliun insentif sudah disalurkan,” papar doktor ekonomi lulusan University of Colorado at Boulder, Amerika Serikat ini.

Berbagi inspirasi kisah hidupnya di webinbar ini, Denni juga menekankan pentingnya memahami ‘purpose’ atau tujuan utama dalam hidup, yang akan menuntun diri kita mencapai keberhasilan.

“Saat dihajar kiri kanan di awal menjalankan program Prakerja, awalnya saya merasa gentar juga. Saya tidak punya siapa-siapa, tidak ada backing politik juga. Saya hanya seorang pembelajar yang merangkak dari bawah dan berusaha berbuat baik untuk masyarakat banyak,” kenangnya.

Deputi Kepala Staf Kepresidenan 2015-2020 ini berusaha fokus dan percaya pada tujuan hidupnya, juga tujuan utama program Kartu Prakerja, yang lahir untuk memberi bantuan bagi banyak orang.

“Program ini tidak hanya memberi ikan, tapi juga kail. Bahkan, analoginya, Prakerja juga mengajari orang memancing agar dapat menggunakan kail itu,” katanya.

Sementara itu, Sandiga menjelaskan beberapa syarat utama yang harus dimiliki untuk menjadi pekerja dan pengusaha sukses. Kunci sukses itu antara lain: punya rekam jejak positif, menjaga kepercayaan, dan memiliki jaringan kuat.

“Bisnis identik dengan trust, dan kepercayaan dibangun dengan rekam jejak yang baik. Di sinilah pentingnya kita menjaga value dan reputasi sebagai karakter utama untuk membangun bisnis,” kata Sandi yang selalu menggaungkan filosofi ‘Empat As’ dalam hidupnya: Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Tuntas, dan Kerja Ikhlas.

Lulusan Wichita State University dan George Washington University ini kemudian berkisah tentang keadaan dirinya yang sempat terpuruk saat terkena pemutusan hubungan kerja di masa krisis moneter 1997. Saat itu ia bingung tak tahu harus berbuat apa. Hampir semua sektor bisnis berada dalam kondisi sulit.

“Ibarat mau melamar kerja ke 10 perusahaan, yang nolak 20 perusahaan. Di sinilah saya menyadari pentingnya dukungan keluarga, feeling yang tepat, serta istilah ‘the power of kepepet’,” kenangnya.

Dengan dukungan modal dari keluarga, ia bertemu sahabat lamanya, dan bersepakat membuat perusahaan penasihat keuangan yang kemudian berkembang pesat melewati masa krisis.

Di forum yang sama, Merry Riana menggarisbawahi, meskipun kondisi ekonomi sekarang sedang sulit, tidak ada salahnya untuk tetap memiliki mimpi setinggi mungkin.

Pengusaha berjuluk ‘Wanita Sejuta Dollar’ ini pun mengenang masa-masa perjuangannya di Singapura, saat terpaksa menempuh pendidikan di luar negeri di tengah kerusuhan dan keadaan politik tanah air yang kurang menguntungkan.

“Dalam situasi seperti itu, saya bisa sukses karena saya punya mimpi. Berani bermimpi besar, meski bertahan hidup hanya dengan 10 dolar setiap minggu. Saat teman yang lain makan enak di kantin, saya hanya makan selembar roti sambil sembunyi-sembunyi di toilet,” kisahnya.

Merry mengingatkan, apa yang terjadi saat ini bukanlah krisis pertama yang dialami bangsa Indonesia. “Selain itu, setiap orang pasti punya krisis dalam diri kita. Semua orang pernah dihadapkan pada kesulitan dan pernah merasakan kekecewaan,” ungkapnya.

Namun, alih-alih mengasihani diri sendiri dan terus menerus merasa bahwa hidup ini tidak adil, Merry mengajak menanamkan sikap bahwa keberhasilan dan kegagalan hidup kita adalah tanggungjawab diri kita masing-masing.

“Di sinilah pentingnya punya mimpi. Dengan mimpi, kita tidak akan terjebak dalam keadaan dan berani melihat masa depan,” tegasnya.

Saat di Singapura, Merry berjanji bahwa sebelum merayakan ulang tahun ke-30 ia harus memiliki kebebasan finansial dan dapat membahagiakan orangtuanya. Ia ingin kembali ke Indonesia sebagai orang sukes.

“Mimpi-mimpi itu memberi saya harapan dan membuat saya punya kekuatan untuk melangkah menghadapi hidup,” paparnya.

Merry menjelaskan bahwa banyak dari masyarakat memiliki pola pikir keliru terkait dengan sebuah kesuksesan sehingga muncul pandangan bahwa musuh terbesar kesuksesan adalah kegagalan. “Musuh terbesar kesuksesan bukanlah kegagalan, tetapi ketakutan yang membuat kita tidak dapat melangkah maju dan mencoba hal baru,” ungkap Merry.

Di balik keberhasilannya, Merry berbagi dua rahasia kehidupan. Pertama, kita harus punya kerendahan hati untuk berproses. Kedua, keep doing and keep learning, tetap lakukan pekerjaan kita dan terus berusaha dari situ.

“Kalau sebelum pandemi, Anda punya kerjaan enak, dalam posisi tinggi, lalu saat ini turun sedikit, it’s ok. Nikmati saja, meski saat ini mungkin pendapatan hanya setengah dengan pekerjaan dua kali lipat dari sebelumnya,” kata Merry.

Di akhir pesannya, Merry menegaskan bahwa pada situasi seperti saat ini, penting untuk memiliki dua kepercayaan, yakni ‘Percaya Diri’ dan ‘Percaya Dia’.

“Percaya bahwa kita semua punya kesempatan untuk berhasil. Jangan banyak alasan untuk melangkah. Selain ‘Percaya Diri’, juga penting ‘Percaya Dia’. Ingatlah, bahwa kita masih punya lantai untuk bersujud dan berdoa. Tugas kita hanya bergerak, percaya nanti Tuhan akan buka jalan,” kata Merry.

Inspirasi lain juga disampaikan Salman Subakat yang menekankan bahwa untuk menjadi besar kita harus berkolaborasi, perbanyak komunikasi, serta memiliki pikiran terbuka.

“Zaman sekarang kita sudah tak bisa bikin usaha sendiri. Dengan saling melengkapi berdasar semangat silaturahmi dan gotong royong, saling melengkapi bakat dan keterampilan, mimpinya akan jadi besar. Jangan lupa jaga reputasi,” katanya.

Salman mengungkapkan bahwa usahanya dalam membangun Paragon Innovation and Technology tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya upaya membangun bisnisnya tersebut terkendala oleh berbagai rintangan. Kebakaran dan krisis moneter pada pertengahan tahun 90-an, pernah mewarnai jatuh-bangunnya Salman dalam berbisnis. Namun, hal terpenting yang dapat dipelajari adalah akan ada orang yang mau membantu apabila kita dapat memelihara kepercayaan dan hubungan baik.

“Bagi Sobat Prakerja, apabila sedang jatuh, maka kita harus segera bangkit lagi, dan jangan sekalipun batasi mimpi kita serta senanglah mengejar mimpi,” pungkas Salman.   (Chs)