Sikapi Tren Bank Digital, BTN: Kami Sudah Digital!

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Industri perbankan Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir diwarnai dengan mulai maraknya kemunculan bank-bank digital yang menawarkan sejumlah kemudahan transaksi secara digitalized. Sebut saja Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang meluncurkan bank digital bernama Jenius, DBS Bank yang memperkenalkan layanan Digibank, atau juga Bank Jago yang justru menjadi sepenuhnya digital sejak bertransformasi dari sebelumnya bernama Bank Artos. Tak mau ketinggalan, para pelaku perbankan konvensional juga meluncurkan layanan bank digitalnya masing-masing. Misalnya saja PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang kini memiliki layanan Blu dan PT Bank Mandiri Tbk yang mengandalkan aplikasi Livin’.

Menanggapi tren baru ke arah digitalisasi layanan perbankan tersebut, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) memiliki pandangannya sendiri. Bank penguasa layanan kredit pemilikan rumah (KPR) rumah ini mengaku sejauh ini belum memikirkan opsi untuk memiliki sebuah layanan khusus berbentuk bank digital. “Yang jelas kami terus berupaya untuk mendigitalkan diri. Tapi kalau untuk ke arah sana (memiliki bank digitalnya sendiri) Saya pikir tidak. Kami percaya bahwa nantinya tidak akan ada lagi pembeda antara bank digital dan bank bukan digital, karena toh semua juga akan mengarah ke sana (digitalisasi),” ujar Wakil Direktur Utama Bank BTN, Nixon L.P. Napitupulu, dalam paparan publik, pekan lalu.

Secara lebih mendasar, menurut Nixon, sebuah bank yang memiliki layanan mobile banking yang kuat pada dasarnya juga bisa disebut sebagai bank digital. Dalam konteks ini, Nixon mengklaim bahwa BTN secara tidak langsung juga merupakan ‘bank digital karena memiliki layanan mobile banking bernama BTN Properti yang dapat melayani proses KPR da pembelian rumah secara online. “BTN Properti itu bisa 3D, bisa transaksi dan KPR langsung. Apa itu digital? (Menurut kami) Itu digital. Dan lagi pertimbangan orang beli rumah juga banyak, seperti aman dari banjir atau tidak, tingkat securitynya aman atau tidak, dan sebagainya. Jadi dalam kondisi tertentu layanan offline juga masih diperlukan. Sehingga pemaknaan bahwa sebuah bank harus digital itu juga tergantung konteksnya seperti apa,” tegas Nixon.

(TSP)