PEKANBARU (Independensi.com) –Ratusan bahkan ribuan kepala keluarga warga Melebung Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru, Riau, selama ini merasa ‘terisolasi’.
Hal itu disebabkan, hubungan transportasi dari Kota Pekanbaru hingga Kelurahan Melebung, belum tersambung. Jika masyarakat ataupun aparat pemerintah hendak ke Melebung dari Kota Pekanbaru, harus lebih dulu melintasi dua wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Pelalawan berputar ke wilayah Kabupaten Siak, baru masuk wilayah Kelurahan Melebung.
Bahkan di era globalisasi saat ini, di Kelurahan Melebung masih ditemukan SD Marjinal. Menuju sekolah dasar marjinal itu, harus melalui jalan setapak, terus melintasi kebun-kebun masyarakat.
Jika musim hujan, anak-anak tidak mungkin bisa sekolah karena jalannya belum tersentuh kemajuan. Sekolah itu dibangun puluhan tahun lalu, untuk menampung anak-anak pinggiran, di didik dengan apa adanya.
Pokoknya belum menikmati masa pembangunan bagaikan anak yang tinggal di perkotaan, kata Azirdin Ketua RW 01 Kelurahan Melebung menjawab Independensi.com belum lama ini.
Di masa pandemi covid 19 saat ini, dimana pendidikan lebih banyak dilakukan secara daring, di daerah Melebung hal tersebut tak dapat dilakukan. Karena jaringan telekomunikasi belum lancar ter-akses anak-anak jika ingin belajar melalui jaringan telekomunikasi, harus pergi keluar hingga puluhan kilometer agar jaringan dapat tersambung.
Keluhan ini sudah pernah kami ajukan ke Pemko pekanbaru, namun hingga saat ini jaringan telekomunikasi yang sangat diharapkan, belum tersambung ke Melebung, kata Azirdin.
Untuk menjawab sebutan daerah terisolasi itu, Pemerintah Kota Pekanbaru dalam waktu dekat ini, akan membuka daerah tersebut. Jalan 70 yang merupakan kawasan perkantoran Pemko Pekanbaru, akan di hubungkan dengan Kelurahan Melebung.
Jika hal itu terwujud, hubungan masyarakat Melebung akan lancar dan dapat melanjutkan sekolah di daerah Kulim. Hal itu dikatakan Indah Vidya Astuti Camat Tenayan Raya didampingi Reza Dewantara Lurah Melebung dan Yadi Staf Kelurahan Melebung menjawab pertanyaan Independensi.com, Rabu (6/10) di kantor Camat Tenayan Raya.
Menurut Indah Vidya Astuti, pihaknya bersama aparat Kelurahan Melebung telah melakukan pendekatan sekaligus koordinasi dengan warga pemilik lahan yang akan dilintasi dari Jalan 70 – Melebung.
Jika rencana pembukaan jalan nanti terealisasi,jarak tempuh dari pusat perkantoran Walikota di Tenayan Raya – Melebung akan lebih singkat atau paling sekitar 20 menit. Jalan yang akan dibuka itu akan melintasi mulai Jalan 70 masuk kebun Edy Rahmayadi, terus kebun Meriyana Peputra, lalu masuk kebun Simanjuntak, hinga menembus kebun Hasan dan Toni Chandra.
Jarak jalan yang akan dibuka dari Jl 70 – Melebung, paling sekitar 4,7 kilometer. Sehingga anak-anak tamatan SD di Melebung sudah bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah SMP 31 di Badak, tidak harus ke daerah Perawang lagi.
Selama in, warga Melebung masih sulit menimba ilmu setingkat SMP ke Kota Pekanbaru, karena jarak tempuh yang terlalu jauh. Jika jalan itu nantu sudah terbuka, otomatis daerah yang selama ini dijuluki ‘wilayah termarjinalkan’, akan terbuka dan makin maju, kata Indah yang juga dibenarkan Reza Dewantara.
Untuk merealisasikan rencana itu, pihak Kecamatan Tenayan Raya bekerjasama dengan aparat Kelurahan Melebung, telah berupaya melakukan pendekatan dengan warga yang lahannya nanti dijadikan daerah perlintasan.
Seperti Meriyana Peputra dimana lahannya terkena paling panjang dan luas, sudah setuju bahkan telah turut serta melakukan peninjauan bersama Camat. Begitu juga warga lainnya, hanya tinggal beberapa orang lagi yang harus diberi pengertian, agar bersedia membantu demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ujar Yadi menimpali.
Ditempat terpisah, Indra Pomi Nst Kepala Dinas PUPR Kota Pekanbaru saat dihubungi Independensi.com terkait rencana Pemko Pekanbaru membuka jalan dari Jl 70 – Melebung tersebut menyatakan, pihaknya akan lebih dulu meninjau, mana lokasi jalan yang akan dibangun.
Pokoknya Pemko Pekanbaru siap membuka sekaligus membangun jalan yang selama ini dijuluki daerah terisolasi itu, kata Indra Pomi.
(Maurit Simanungkalit)