BANDUNG (Independensi.com) – Komisi Nasional Disabilitas menggelar sarasehan bersama dengan rektor se-Kota Bandung dalam upaya mensosialisasikan penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan HAM Penyandang Disabilitas di sektor pendidikan.
Agenda tersebut berlangsung di Gedung Auditorium Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos), Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (8/4).
Komnas Disabilitas dihadiri oleh enam (6) Komisioner yakni, Dante Rigmalia, Fatimah Asri Muthmainah, Jona Aman Damanik, Rachmita Harahap, Kikin Tarigan dan Eka Prastama.
Sedangkan para rektor dan perwakilan setiap kampus yang hadir diantaranya, Sekretaris Program Studi PLB Unversitas Islam Nusantara, Lilis Suwandari, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Katolik Parahyangan, Harimanto Suryanugraha, Wakil Rektor I Universitas Komputer Indonesia, Umi Nari manawati, Wakil Rektor Kemahasiswaan Universitas Kristen Maranatha, Krismanto Kusbiantoro, Wakil Rektor III Universitas Nurtanio, Muhammad Satar.
Selain itu, Biro SDM Universitas Pendidikan Indonesia, Liris Raspatiningrum, Direktur Kemahasiswaan Istitut Teknologi Bandung, Prasetyo Adhitama, Kepala BKA Institut Teknologi Nasional, Dana Yudana, Direktur Poltekesos, Marjuki, Kasubak Poltekesos LKS Evi N, Ka Lab Poltekesos, Rini, Poltekesos dan Kaprodi Reksos, Mozh zainal.
Ketua Komnas Disabilitas, Dante Rigmalia dalam sambutannya mengatakan, pihaknya mengundang para pemimpin perguruan tinggi karena melihat perguruan tinggi sebagai mitra strategis dalam melakukan pemenuhan hak-hak Penyandang Disabilitas khususnya di lingkungan pendidikan tinggi demi mewujudkan kehidupan yang setara bagi seluruh warga negara Indonesia.
“Komnas Disabilitas, menyadari betapa besarnya pendidikan bisa membawa kami bertumbuh untuk pada akhirnya sampai saat ini bisa bersama dengan bapak dan ibu sekalian berkontribusi dalam pembangunan nasional menuju Indonesia Inklusi Disabilitas,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, perguruan tinggi memiliki potensi besar untuk membantu para Penyandang Disabilitas untuk bertumbuh bersama warga negara lainnya membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semakin besar.
“Harapan kami dari sarasehan hari ini, pihak perguruan tinggi akan menyadari bahwa penyandang disabilitas ada warga yang mampu berkontribusi sama seperti warga negara lainnya. Namun, kami tidak bisa berjalan sendiri. Kami butuh dukungan dari perguruan tinggi,” tegas Dante.
Senada dengan itu, Komisioner Rachmita Harahap memaparkan berbagai pengalamannya dalam menempuh pendidikan tinggi dengan melewati berbagai tantangan halangan kedisabilitasan.
Rachmita mendorong, agar pendidikan perlu menerapkan dan kolaborasi dengan ULD (Unit Layayan Disabilitas) yang merupakan institusi atau lembaga yang berfungsi sebagai penyedia layanan dan fasiltias untuk penyandang disabilitas.
ULD Pendidikan tinggi berfungsi dikemukakan Rachmita berfungsi sebagai, meningkatkan kompetensi pendidikan dan tenaga kependidikan di pendidikan tinggi dalam menangani peserta didik penyandang disabilitas.
Selain itu, mengkoordinasikan setiap unit kerja yang ada di perguruan tinggi dalam pemenuhan kebutuhan khusus peserta didik penyandang disabilitas. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan akomodasi yang layak.
“Menyediakan layanan konseling kepada peserta didik penyandang disabilitas. Melakukan deteksi dini bagi peserta didik yang terindikasi disabilitas. Merujuk peserta didik yang terindikasi disabilitas kepada dokter, psikologi atau psikiater dan memberikan sosialisasi pemahaman disabilitas dan sistem pendidikan inklusif kepada pendidik tenaga kependidikan dan peserta didik,” pungkasnya.
Sementara, Direktur Poltekesos Bandung, Marjuki mengapresiasi berbagai upaya Komnas Disabilitas dengan adanya inisiasi dan kolaborasi dengan perguruan tinggi.
“Kami sangat mengapresiasi langkah-langkah ini, mengingat, kami secara teknis berada di bawah Kemensos dan salah satu fokusnya mengenai urusan disabilitas. Bahkan di kampus kami sudah memiliki Unit Kajian dan Layanan Disabililitas,” terang Marjuki.
Dirinya menegaskan bahwa kesadaran untuk membangun harapan kaum disabilitas perlu digencarkan salah satunya di lembaga pendidikan.
“Kami tentunya siap berkolaborasi dengan Komnas Disabilitas dan kampus-kampus lain untuk bersama menciptakan iklim kampus yang ramah disabiltas. Kita kolaborasi untuk merawat masa depan kaum disabilitas di sektor pendidikan,” ujar Direktur Poltekesos tersebut.
Agenda yang dimoderatori oleh Kikin Tarigan ini berjalan lancar. Setiap perwakilan kampuas membeberkan pengalaman yang dialami kampusnya dalam mengakomodir peserta didik atau mahasiswa yang memiliki kedisabilitasan.
Masing-masing perwakilan kampus sepakat bersama Komnas Disabilitas mendorong lembaga kampus untuk dapat terbuka atau inklusif disabilitas.