Ferry Fadli (kanan) bersama sahabatnya Toto Prawoto - usai pasang spanduk jual-beli tanah dan rumah di kawasan Ciracas.

Berkat “Saur Sepuh” Namanya Melambung

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Bagi generasi millenial nama Ferry Fadli tidak dikenal. Tapi, bagi orangtua dan atau kakek-nenek dari para generasi millenial tersebut, Ferry Fadli adalah idola.

Bisa dimaklumi. Karena, ketika di negeri ini baru ada satu media audio visual yakni TVRI di mana pada saat itu tidak semua wilayah di negeri ini dapat menangkap siaran TVRI Stasion Pusat Jakarta, radio adalah satu-satunya pilihan sebagai hiburan di tengah-tengah masyarakat.

Salah satu program radio terutama dan khususnya yang banyak digemari oleh masyarakat adalah sandiwara radio.

Selain ada sandiwara radio yang berdurasi dalam kisaran waktu 60 hingga 90 menit, yang diproduksi dalam rangka HUT RI, HUT ABRI, HUT SUMPAH PEMUDA dan yang berkaitan dengan hari-hari besar lainnya, juga ada serial sandiwara radio yang durasinya hanya 15-30 menit.

Ferry bersama sahabatnya di Group Teater Gombong. Yang berbaju kotak-kotak adalah Toebagoes Djodi RA pendiri dan sutradara Teater Gombong.

Salah satu sandiwara radio yang selalu ditunggu-tunggu pengudaraannya oleh para pendengarnya di seluruh Indonesia adalah serial sandiwara radio berjudul “Butir Butir Pasir di Laut” yang mengudara melalui Programa Nasional RRI Jakarta pada 1970an.

Sandiwara tersebut ditulis dan disutradarai oleh John Simamora. Begitu mempesona dan menariknya sandiwara tersebut sampai-sampai nama-nama pemerannya (yang hampir sebagian besar adalah awak RRI Jakarta) relatif jarang atau bahkan tidak pernah dibicarakan. Tapi, nama John Simamora-lah yang justru sangat akrab di telinga para pendengar sandiwara serial berjudul “Butir Butir Pasir di Laut” tersebut.

Saur Sepuh

Seiring dengan berjalannya waktu di mana radio milik pemerintah mendominasi para pendengarnya di seantero wilayah Nusantara — di kemudian hari muncullah radio swasta niaga yang tersebar di ibukota provinsi dan kabupaten.

Kehadiran radio swasta niaga tersebut menjadi pilihan atau alternatif bagi warga masyarakat yang “haus” akan informasi dan hiburan — apalagi ada banyak radio swasta niaga yang dalam perjalanannya di kemudian hari mengkhususkan diri memutar lagu-lagu daerah di samping tetap memutar lagu pop baik Indonesia maupun pop Barat.

Namun, karena radio swasta niaga tersebut mengudara di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka ada kebijakan yang tidak boleh dilanggar yakni me-relay berita yang disiarkan oleh RRI yang beralamat/mengudara dari Jalan Merdeka Barat 4 dan 5 Jakarta, termasuk me-relay acara kenegaraan yang berlangsung di Istana Negara pada moment-moment tertentu.

Terlepas dari masalah tersebut, yang jelas para pengelola radio swasta niaga tak pernah berhenti berinovasi. Salah satunya membuat program sandiwara radio yang disesuaikan dengan selera pasar di mana radio swasta niaga mengudara: ada program sandiwara berbahasa daerah Jawa, Sunda dan bahasa-bahasa daerah lainnya yang tumbuh dan berkembang di Nusantara.

Tapi, ketika ada salah satu sanggar di Jakarta yang para aktivisnya dikenal sebagai pengisi suara untuk produk-produk komersil dan iklan layanan masyarakat pesanan dari instansi pemerintah dan swasta memproduksi sandiwara radio berjudul Saur Sepuh — karya Niki Kosasih sekaligus yang bertindak sebagai sutradara — sandiwara radio yang diproduksi oleh pengelola/management radio swasta niaga yang tersebar di seluruh Nusantara tersebut tak lagi terdengar atau mengudara.

Kenapa? Karena, bila pada waktu itu masih ada radio swasta niaga yang mengudarakan sandiwara radio produksi sendiri dan tidak mengudarakan Saur Sepuh, radio tersebut dianggap ketinggalan zaman!

Dari Radio ke Film

Dan, diakui atau tidak, sandiwara radio berjudul Saur Sepuh itulah yang melambungkan nama Ferry Fadli sebagai pemeran Brama Kumbara.

Selain dikenal sebagai bintang radio Ferry akhirnya juga dikenal sebagai bintang film, dan film dengan judul yang sama meledak di pasaran. Penggemar yang sebelumnya hanya mendengar suara Ferry lewat sandiwara radio berjudul Saur Sepuh akhirnya dapat melihat wajah Ferry lewat film yang dibintanginya.

Selain dikenal sebagai bintang radio dan bintang film Pepey juga dikenal sebagai bintang/model iklan.

Setiap Ferry tampil off air yang diselenggarakan oleh radio swasta niaga di berbagai kota di Indonesia untuk menjumpai para penggemarnya — ratusan orang hadir untuk bertemu dengan bintang radio idolanya tersebut.

Dalam off air tersebut Ferry dan pemeran Mantili (dalam drama radio Saur Sepuh) selalu tampil berdialog tak ubahnya seperti yang sering didengar oleh para penggemarnya di rumah mereka masing-masing.

Begitu popularnya serial drama radio Saur Sepuh sampai-sampai ada sebuah sekolah dasar di daerah Banyumas yang para muridnya (saat drama radio tersebut akan mengudara) “dikerjain” oleh guru mereka masing-masing untuk menjawab berbagai pertanyaan di papan tulis dari berhitung, ilmu bumi/geografi sampai ke bahasa Indonesia — sementara para guru duduk di ruang kepala sekolah untuk bersama-sama mendengarkan serial sandiwara radio Saur Sepuh.

Untuk apa? Agar para guru tersebut tak tertinggal satu serial pun dari sandiwara radio tersebut

Arenakula

Perlu diketahui, sebelum namanya dikenal publik lewat suaranya melalui sandiwara radio dan kemudian publik mengenal sosoknya sebagai bintang film, Pepey, sapaan akrabnya, mengawali karirnya sebagai dramawan atau pemain teater di group Sanggar Teater Arenakula di bawah bimbingan Pater Kuris di lingkungan Gereja Sancta Maria Ratu yang beralamat di Jalan Wolter Monginsidi Blok S Kebayoran Baru – Jakarta Selatan.

Dari sanggar tersebut Pepey memperdalam ilmunya di bidang seni peran di Sanggar Prativi pimpinan Maria Oentoe. Bersama anggota Sanggar Prativi lainnya dia sering tampil dalam drama remaja dan fragment yang disiarkan TVRI.

Sebagai warga Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Pepey juga bergabung di group Teater Gombong yang tempat latihannya di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan yang hingga sekarang dikenal dengan Gelanggang Bulungan.

Di era Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta (d/h DKI JAYA), bersama Teater Gombong Pepey tampil dalam Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki.

Ketika group Teater Gombong vakum (karena para anggotanya yang sebagian besar pelajar SMA dan setelah lulus mereka mengikuti ujian masuk ke perguruan tinggi melalui SKALU), bersama karibnya di Sanggar Teater Arenakula, Pepey “menghidupkan” kembali Teater AQUILA (sebuah group teater yang didirikan oleh Frans Totok Ars untuk mewadahi kegiatan di luar Sanggar Teater Arenakula yang berada di bawah hirarki Gereja Sancta Maria Ratu), yang menjadi wadah bagi anak-anak Teater Gombong yang status mereka sebagai pelajar masih duduk di bangku SMA kelas 1 dan kelas 2.

Usai pasang spanduk jual-beli tanah dan rumah – minum es kelapa muda gula Jawa di depan SDN 03 Ciracas.

Agen Properti

Meskipun tidak ada perjanjian hitam di atas putih, setiap ada peringatan hari bersejarah komunitas Teater Gombong selalu berkumpul. Dan, meski usia mereka rata-rata sudah di atas 60 tahun, pada 28 Oktober 2022 lalu Ferry Fadli dan teman-temannya berkumpul di rumah pendiri sekaligus sutradara Teater Gombong yang beralamat di Jalan TB Simatupang 24 – Jakarta Selatan.

Ketika salah seorang sahabatnya menanyakan mengenai kegiatan yang sekarang dilakukannya, Ferry “Brama Kumbara” Fadli mengaku bahwa pihaknya kini menekuni bisnis properti yang lebih fokus sebagai agen jual-beli rumah dan tanah.

Pepey tidak menjelaskan sejak kapan dia mulai menekuni usaha tersebut, yang jelas dia mengaku bahwa melalui usaha yang digelutinya dia masih bisa beratifitas dan bergaul dengan banyak orang dari berbagai kalangan serta status sosial yang beragam — salah satunya dia bisa mengetahui gelagat setiap orang yang tertarik dengan rumah dan tanah yang akan dia jual: apakah orang tersebut benar pembelinya atau hanya sekadar brooker yang akan mencari untung.

“Puji Tuhan… Sampai hari ini usaha yang aku geluti di masa tuaku sekarang, aman-aman saja,” katanya. “Karena, aku percaya betul dengan hukum tabur tuai. Tapi, kewaspadaan dan kehati-hatian tetap aku jaga,” tambahnya mengakhiri perbincangannya bersama IndependensI.com. (Jonathan)