BIA 2023 merupakan ajang penghargaan yang diadakan oleh Bisnis Indonesia bagi para pelaku bisnis (emiten dan non-emiten) di Indonesia dengan mengusung tema Bertumbuh di Era Baru.
Ajang BIA sebagai apresiasi kepada dunia usaha yang mampu menjaga pertumbuhan positif selama periode tiga tahun dengan senantiasa aktif dalam mencari peluang agar dapat meningkatkan kinerja perusahaannya selama pandemi Covid-19 dan siap menyongsong era baru pasca-pandemi.
Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, penghargaan ini merupakan apresiasi atas kemampuan SIG dalam menjaga pertumbuhan kinerja positif selama periode tiga tahun yang penuh tantangan, khususnya selama masa pandemi Covid-19 yang penuh tantangan, serta peningkatan biaya energi.
“Penghargaan ini sebagai pemicu motivasi untuk terus berinovasi menghadirkan produk berkualitas dan ramah lingkungan, serta penerapan Good Corporate Governance (GCG),” ujarnya, Sabtu (3/6).
Pada tahun 2022 lanjut Vita, SIG berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar Rp 2,365 triliun (15,5 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2021 sebesar Rp 2,047 triliun.
“SIG membuktikan resiliensi tak hanya dari capaian bisnis, namun juga operasional berkelanjutan. Pada tahun yang sama. SIG juga berhasil menekan intensitas emisi karbon hingga 590 kg CO2/ton cement equivalent, atau turun 16,67 persen dari baseline tahun 2010 sebesar 708 kgCO2/ton cement equivalent. Serta penurunan clinker factor tercapai 69,2 persen dan peningkatan thermal substitution rate (TSR) tercapai 7,2 persen, secara umum,” ungkapnya.
Seleksi penjurian BIA 2023 terdiri dari dua tahap yaitu seleksi kuantitatif dan kualitatif. Sebelum mengukur kinerja keuangan, seluruh perusahaan setiap kategori, baik itu perusahaan emiten, perbankan dan perusahaan sekuritas terlebih dulu harus memenuhi kriteria seleksi yang bervariasi oleh Bisnis Indonesia Resources Center (BIRC).
Perhitungan kinerja keuangan dilakukan berdasarkan beberapa indikator seperti pertumbuhan kinerja dan rasio kinerja. Untuk pertumbuhan kinerja, variabel yang diukur adalah laba bersih, total aset, ekuitas, pendapatan, serta kas dan setara kas. Kinerja tersebut dilihat dari laporan keuangan perusahaan periode kuartal III/2022 dan kuartal III/2021.
Sementara untuk rasio kinerja terdiri dari Net Income terhadap Liabilitas, Kas dan Setara Kas terhadap Liabilitas Lancar, Net Income terhadap Revenue, Net Income terhadap Ekuitas (ROE) dan Operating Cash Flow terhadap Revenue.
SKinerja tersebut juga dinilai dari laporan keuangan perusahaan publikasi periode kuartal IV/2022, kuartal IV/2021 dan kuartal IV/2020.Selain itu, ada seleksi kualitatif antara lain mempertimbangkan emiten yang sudah melantai di bursa minimal 3 tahun, sustainability report, manajemen risiko, kondisi industri pada masing-masingsektor atau subsektor, kompetisi, pemberitaan, aksi korporasi, inovasi, serta berbagai kriteria lain sesuai pertimbangan dewan juri,” pungkasnya. (Mor)