Layanan Program Akses Internet (AKSI) yang disediakan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kominfo di wilayah 3T dan perbatasan

Bersama Merawat Alat Demi Lancanya Berkomunikasi

Loading

JAKARTA (Independensi.com) Respon Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo jika terdapat gangguan pada alat sangat cepat. Penyelesaiannya juga cepat.

Hal itu disampaikan Misman S.Sos, Kasi Infrastruktur Teknologi informasi komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat ketika ditanya independensi.com bagaimana penanganan jika alat mengalami masalah melalui sambungan telepon.

Jika alat mengalami masalah atau tidak berfungsi, lanjut Misman, biasanya petugas yang bertanggung jawab langsung membuat laporan yang ditujukan kepada BAKTI perwakilan Wilayah Kalimantan Barat dengan tembusan Diskominfo Kabupaten Sanggau.

“Kalau laporannya pagi, siang hari tim sudah dilokasi untuk melakukan perbaikan. Kalau laporannya sore atau malam, keesokan hari tim sudah datang memeriksa dan melakukan perbaikan. Tergantung lokasinya. Responnya sangat cepat,” ujar Misman lagi.

Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah perbatasan. yaitu berbatasan dengan Malaysia. Lintas batasnya bernama Entikong. Sudah cukup banyak BTS (Base Transceiver Station) yang dibangun di wilay blankspot maupun VSAT yang di bangun BAKTI Kominfo.

Misalnya sudah ada 15 Kecamatan yang dipasang VSAT dan puluhan sekolah serta kantor desa. “Keberadaan BTS dan VSAT sangat penting. Karena penyampaian laporan desa-desa maupun puskesas kini dilakukan secara online,” jelas Misman seraya menyebutkan tahun 2021 ini Kabupaten Sanggau akan mendapat 25 BTS diwilayah-wilayah blankspot.

Karena perawatan yang baik oleh petugas penjaga BTS maupun oleh pihak BAKTI, sejak dibangun dan diresmikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara pada 18 Oktober 2016, BTS di Desa Pala Pasang, Desa Suruh Engkadok dan Desa Mangkau, semuanya di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, masih berfungsi dengan baik.
Hingga saat ini masyarakat setempat  dapat berkomunikasi dengan lancar dengan daerah lain.

Kami sangat bersyukur dengan kehandalan peralatan BTS yang dibangun oleh BAKTI Kominfo yang bekerjasama dengan penyedia layanan telekomunikasi. Karena jika ada masalah yang mengakibatkan alat tidak berfungsi, bukan saja akan menganggu komunikasi masyarakat di wilayah tersebut, tapi perbaikannya juga sangat merepotkan,” jelasnya.

Bayangkan, dari Kecamatan Entikong ke Desa Pala Pasang membutuhkan waktu 12 jam melalui sungai yang berbatu. Itu jika kondisi air sedang pasang. Jika sungai surut membutuhkan waktu lebih lama, karena speedboat tidak bisa melaju. Bahkan di jeram tertentu yang banyak bebatuan besar, perahu harus di dorong bahkan di gotong.

Sementara itu untuk mencapai BTS di Desa Mangkau, dari Entikong bisa menggunakan jalur darat yang masih berbatu dan tanah merah. Perjalanan sekitar 3 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. Jalan baru ini dibangun dalam rangka proyek Pengamanan Perbatasan. Jalannya terjal karena lokasi dusun yang berada di pebukitan dengan pepohonan lebat.

Jarak dari Desa Mangkau ke Desa Pala Pasang menggunakan speedboad membutuhkan waktu sekitar 45 menit jika air pasang dan 1 jam lebih jika kondisi air surut.

Desa lain yang terpasang BTS VSat berada di  Desa Suruh Tembawang yang terpasang di Dusun Gitajaya dan Dusun Gunjemak. Dari Desa Suruh Tembawang yang berada di hulu sungai menuju Desa Pala Pasang juga harus menggunakan jalur sungai dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.

Misman mengetahui betul bagaimana tingkat kesulitannya, karena saat pembangunan BTS di wilayah tersebut. Ia turut serta mengantarkan peralatan yang besar dan berat. Karena wilayah tersebut tidak dapat ditempuh dengan kendaraan darat, maka satu-satunya cara adalah dengan menggunakan aliran sungai.

Kesulitan lain adalah, saat tiba ditempat, peralatan harus di gotong beramai-ramai oleh warga setempat, karena peralatan dipasang di lokasi yang berbukit. Saking antusiasnya warga, hampir seluruh warga dusun keluar membantu membawa peralatan BTS.

Masyarakat Di Pedalaman Terbantu

Kepala Desa Pala Pasang Antonius Anton yang dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan, sejak didirikan pada tahun 2015 hingga saat ini, BTS masih berfungsi dengan baik dan dapat dipergunakan untuk komunikasi.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, disekitar BTS telah dibersihkan dari pohon-pohon besar. Peralatan juga di jaga dan dirawat oleh tim yang dibentuk oleh desa. ‘’Kami bersyukur hingga saat ini peralatan yang menjadi satu-satunya alat bagi warga pedalaman di Pala Pasang untuk berhubungan dengan dunia luar masih berfungsi dengan baik,’’ kata Anton.

Pernah suatu hari BTS tidak berfungsi karena ada salah satu alat yang rusak. Setelah di komunikasikan ke Jakarta, tidak lebih dari satu minggu tim dari Pontianak sampai ke lokasi. Setelah mengganti alat yang rusak, BTS dapat berfungsi kembali. ‘’Responnya sangat cepat. Perbaikannya juga cepat, sehingga kami tidak harus berlama-lama kehilangan sarana berkomunikasi. Yang lama itu perjalanannya ke sini,’’ jelas Anton tertawa.

Karenanya, Misman selalu berpesan kepada masyarakat agar selalu menjaga dan merawat BTS agar tetap berfungsi dengan baik. Karena BTS yang ada merupakan satu-satunya alat yang dapat menghubungkan Desa Pala Pasang yang ada di pedalaman Kalimantan dan berbatasan dengan Negara bagian Serawak, Malaysia, dengan dunia luar, yang bisa mengubungkan dengan teman dan keluarga yang berada di eilayah Kalimantan Barat atau bahkan wilayah lain yang jaraknya ratusan hingga ribuan kilometer.

“Masyarakat selalu menjaga dan merawatnya dengan baik. Karena kalau sampai rusak akan merepotkan warga juga
Karena kalau BTS nya rusak, maka untuk mendapatkan sinyal dari BTS lain mereka harus naik ke atas gunung dengan perjalanan sekitar 60 menit,” kata Misman.

Pemda Sanggau terus berusaha agar wilayah blankspot di daerahnya semakin sedikit. ‘’Kami sudah mengusulkan kepada pemerintah pusat, agar BAKTI Kominfo atau perusahaan provider membangun BTS-BTS di daerah-daerah yang masih blankspot, atau menambah kekuatan daya pancar BTS-BTS yang sudah ada, sehingga daerah lain bisa tercover,’’ harap Misman.

Jika belum dimungkinkan dilakukan pembangunan BTS dan VSAT, Pemda Kabupaten Sanggau berharap pemerintah dapat meningkatkan masing-masing BTS sehingga daya pancarnya lebih jauh atau membangun sejumlah menara transmisi yang dapat meningkatkan jangkauan sinyal lebih jauh lagi. Dengan demikian dusun-susun yang belum terpasang BTS tetap dapat menikmati sinyal telekomunikasi.

Pembangunan BTS di daerah blankspot merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun ketersediaan infrastruktur layanan akses telekomunikasi yang menghubungkan seluruh daerah di Indonesia.

Pembangunan sarana telekomunikasi dan infromatika di wilayah perbatasan sesuai dengan amanat poin ketiga Nawa Cita, yaitu membangun Indonesia dari pinggir dengan memperkuat desa-desa dan daerah-daerah dalam kerangka negara persatuan. (hpr)