JAKARTA (Independensi.com) – Rusia mengecam keras insiden pembakaran kitab suci Al-Qur’an di Swedia pada saat hari raya Iduladha. Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menyampaikan hal tersebut dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 5 Juli 2023.
“Kami mengecam tindakan ini. Aksi pembakaran kitab suci bukanlah aksi kebebasan berekspresi. Tentu saja umat Muslim sangat tersinggung,” kata Lyudmila. Menurutnya, tindakan ini tidak dapat dibenarkan. “Tindakan ini tidak dapat dibenarkan dan tidak mendapat tempat di komunitas internasional,” tegas dia.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik negara-negara Barat yang mengizinkan pembakaran Al-Qur’an atas dasar kebebasan berbicara, dengan mengatakan bahwa tindakan semacam itu merupakan sesuatu yang dikriminalisasi di Rusia.
Putin membuat pernyataan tersebut saat menemui perwakilan Muslim di Masjid Juma di Derbent Dagestan pada hari Rabu pekan lalu, disaat dirinya mendapat salinan Al-Qur’an sebagai hadiah.Putin menyampaikan kritik terhadap negara-negara Barat yang tidak menganggap pembakaran Al-Qur’an sebagai kejahatan, seraya menekankan bahwa Rusia menghukum tindakan tersebut.
“Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam dan harus suci juga bagi orang lain,” kata Putin. Pembakaran Al-Quran oleh Salwan Momika, pria asal Irak saat Iduladha mendapat kecaman dari berbagai pihak. Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson juga angkat bicara usai insiden pembakaran Al-Qur’an terjadi lagi di negaranya. “Saya pikir ini merupakan tindakan ilegal, tetapi tindakan tersebut tidak pantas dilakukan,” kata Kristersson. Sulit untuk mengatakan apa konsekuensinya. Saya pikir ada banyak orang yang punya alasan untuk berefleksi,” tutur dia.
Momika melakukan aksinya dengan dalih diberi izin oleh kepolisian Swedia. Menurut Swedia, aksi tersebut adalah hak setiap orang untuk berekspresi. Kejadian ini bukan sekali saja terjadi di Swedia. Akhir Desember 2022, politikus garis keras Swedia, Rasmus Paludan melakukan aksi serupa di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik negara-negara Barat yang mengizinkan pembakaran Al-Qur’an atas dasar kebebasan berbicara, dengan mengatakan bahwa tindakan semacam itu merupakan sesuatu yang dikriminalisasi di Rusia.
Pemerintah Irak menggambarkannya sebagai “cerminan dari semangat agresif penuh kebencian yang jauh dari kebebasan berekspresi.” Mesir, Kuwait, Yordania, Yaman, dan Arab Saudi juga mengeluarkan pernyataan mengutuk pembakaran Al-Qur’an. Sementara itu, Maroko dan Uni Emirat Arab telah memanggil duta besar mereka untuk Swedia atas insiden tersebut.
Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mendesak pemerintah Swedia dalam sebuah pernyataan untuk “segera mengambil tindakan dalam mencegah kedengkian, kebencian, dan ekstremisme.” Menurut laporan proyek Pew 2011, Islam adalah agama minoritas di Rusia. Tetapi negara tersebut memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa, dengan sekitar 16 juta Muslim, terhitung sekitar 12 persen dari total populasi.
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti Islam Sunni, sementara sebagian kecil adalah Syiah. Tarekat Sufi Sunni, khususnya sekolah Naqsybandi dan Shadhili, memiliki kehadiran yang menonjol di Dagestan dan Chechnya.(amy)