Kondisi Rusia Aman, Paska Kegagalan Pemberontakan Wagner

Loading


Duta Besar Rusia untuk RI, Lyudmila Georgievna Vorobieva, dalam saat media briefing di kediamannya di Jakarta, Rabu,5 Juli 2023

JAKARTA (Independensi.com)–Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva memastikan, situasi negaranya terkendali, aman dan kondusif paska kegagalan pemberontakan tentara bayaran Wagner pada 24 Juni lalu.

Pada Sabtu 24 Juni 2023 dini hari, pasukan Wagner Group PMC, kelompok tentara bayaran yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin berhasil menguasai Kota Rostov-on-Don. Kota yang berjarak 1.000 kilometer dari Moskow dan berusaha melengserkan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. Wagner Group PMC, sebuah kelompok tentara bayaran yang kerap membantu militer Rusia di Ukraina.

Pasukan Wagner dikabarkan berhasil melumpuhkan tiga helikopter dan komunikasi militer Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia sepertinya menjadi incaran serangan dari Prigozhin dan pasukannya. Sebelumnya, Prigozhin kerap kali melontarkan kecaman terhadap Menteri Pertahanan Rusia tersebut. Kecaman itu dilontarkan setelah Prigozhin menganggap Shoigu tidak becus melakukan operasi militer di Ukraina.

Duta Besar Rusia untuk RI, Lyudmila Georgievna Vorobieva, mengungkapkan gagalnya pemberontakan Wagner disebabkan oleh persatuan yang kuat dari seluruh lapisan masyarakat di negara itu. “Kegagalan Wagner karena tidak didukung oleh rakyat Rusia,dan juga angkatan bersenjata. Bahkan tidak didukung oleh anggota Wagner Group itu sendiri,” jelas Vorobieva, dalam sesi jumpa pers di kediamannya pada Rabu 5 Juli 2023

Anggota Wagner Group, sambung Vorobieva, tidak mendukung aksi tersebut lantaran sebagian besar dari mereka bahkan tidak mengetahui ‘apa yang sedang terjadi’. “Mereka diberitahu bahwa [arak-arakan] itu adalah semacam latihan militer dan mereka tidak tahu apa targetnya atau apa yang sedang terjadi,” jelas dia.

Diplomat senior itu menambahkan, krisis militer yang pertama kalinya terjadi sepanjang pemerintahan Presiden Vladimir Putin ini juga tidak membuat warga Rusia takut. Menurut Vorobieva, persatuan warga Rusia yang kokoh dan tidak memberikan dukungan atas pemberontakan Wagner juga berperan untuk membuat Prigozhin berubah pikiran dan berbalik arah.

Dalam pidatonya pada Senin 26 Juni 2023, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, setiap tindakan memecah belah negara merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Rusia, baik rakyat maupun tentara yang berperang. Berdasarkan hasil mediasi dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, tentara Wagner dapat memilih tiga opsi,yaitu opsi pertama untuk diasingkan ke Belarusia bersama Prigozhin; opsi kedua bergabung dengan Kementerian Pertahanan Rusia dan opsi ketiga menjadi bagian dari tentara nasional; atau kembali ke keluarganya masing-masing.

Anggota Wagner yang memilih ketiga opsi tersebut tidak akan dijatuhi hukuman apapun meski sudah terlibat dalam upaya pemberontakan bersenjata.”Prigozhin sudah berada di luar negeri. Orang-orangnya memiliki opsi-opsi ini, dan saya tahu bahwa beberapa orang telah pindah ke Belarusia dan beberapa orang telah menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan. Jadi pada dasarnya, begitulah situasi yang telah ditangani,” jelas Vorobieva.

Pasukan Wagner yang dipimpin oleh eks koki Kremlin, Yevgeny Prigozhin, menghentikan arak-arakannya di wilayah Rostov yang berjarak sekitar 200 km dari Ibu Kota Moskow dalam waktu kurang dari 24 jam sejak dia memulainya.
Vorobieva menepis soal klaim-klaim dari Barat yang menyatakan bahwa pemberontakan Wagner telah melambangkan kekuasaan Putin yang mulai rapuh.

“Terlepas dari semua tuduhan dari Barat bahwa situasi ini menunjukkan kelemahan pemerintah kita atau presiden kita, sistem kita, tentu saja itu tidak benar. Anda tahu, semuanya berakhir hanya dalam waktu 24 jam,” kata Vorobieva.
“Anda lihat apa yang terjadi di Prancis, selama seminggu, pemerintah tidak dapat mengendalikan situasi dan tidak ada yang mengatakan bahwa [Emmanuel] Macron lemah atau, Anda tahu, ini adalah tanda kelemahan sistem dan Prancis,” imbuhnya.

Vorobieva mengacu pada kerusuhan di sejumlah kota di Prancis, usai seorang remaja keturunan Afrika Utara tewas ditembak oleh polisi lantaran enggan menghentikan kendaraannya. “Sebaliknya di Rusia, menunjukkan sebagian besar masyarakatnya mendukung Presiden Putin,” kata Vorobieva. (amy)