Tasikmalaya – Dukungan kader senior PDI Perjuangan Budiman Sujatmiko dan Effendi Simbolon ke calon presiden Prabowo Subianto baru-baru ini, mengindikasikan bahwa PDI Perjuangan sedang tidak baik-baik saja.
“Ada hal serius internal partai yang harus segera diperbaiki dan dibenahi”, kata mantan Kapolda Jawa Barat Anton Charliyan di Tasikmalaya, Jumat 21 Juli 2023.
Berdasarkan penuturan seorang kader PDI Perjuangan yang tidak mau disebutkan namanya, kata tokoh Sunda yang akrab disapa Abah Anton Charliyan itu, sistem kepemimpinan di PDI Perjuangan kini cenderung satu arah, bahkan dianggap mengarah pada sistem dinasti keluarga.
Akibatnya, sistem demokrasi otomatis kurang berjalan maksimal. Lebih jauhnya lagi menimbulkan kultus individu yang berlebihan dan tidak semestinya.
“Hal tersebut berdampak linier munculnya sikap yang dianggap sebagai sikap arogansi, yang juga menular pada para pemimpinnya di tubuh partai tersebut”, ujar Abah Anton Charliyan.
Tumbuhnya sikap arogansi itu, jelas Abah Anton Charliyan, dimungkinkan karena merasa sebagai partai terbesar pemenang Pemilu 2 kali Pilpres, yang mempunyai perolehan suara terbesar 128 kursi (19,33 %) di Parlemen RI.
Lebih lanjut Abah Anton Charliyan yang juga mantan Kadiv Humas Polri mengatakan, hal lain yang dianggapnya sebagai sikap arogansi dari PDI Perjuangan yakni pada saat Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan pada acara HUT PDI Perjuangan ke 50 pada 10 Januari
2023.
Pada acara itu dalam pidatonya di depan para undangan yang hadir, Megawati Soekarnoputri berkata: “Jokowi bukan siapa-siapa tanpa PDIP, kasihan dech…!”.
Meski hal itu hanya sebuah candaan atau hanya sebuah seloroh, tapi anggapan masyarakat banyak kata Anton Charliyan, candaan itu dianalogikan telah merendahkan Jokowi sebagai Presiden RI di depan umum. Padahal menurut panilaiaanya, Jokowi merupakan salah satu kader terbaik PDI Perjuangan.
“Harus disadari bersama juga, bahwa Jokowi sebagai Presiden bukan hanya milik PDI Perjuangan semata. Tapi sudah jadi milik dan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Jadi sangat wajar bila rakyat merasa tersinggung dan bereaksi keras dan menganggap PDI Perjuangan arogan”, ujar Anton Charliyan.
Efek dari hal itu pula menurut Anton Charliyan berdampak sangat negatif tergadap elektabilitas partai (PDI Perjuangan), sehingga ada anggapan jangankan kader biasa, kader terbaiknya saja diperlakukan demikian.
“Apalagi kader-kader lainnya termasuk para kader senior partai yang sudah berjuang berdarah-darah puluhan tahun yang merasa kurang dihargai kinerja dan perjuangannya, yang nyata-nyata sudah banyak berkorban, baik waktu, tenaga maupun harta”, kata Abah Anton.
Diungkapkan, saat ini di tubuh PDI Perjuangan terbentuk beberapa kubu yang menginduk pada kerabat-kerabat terdekat atau pejabat-pejabat teras utama yang sedang manggung.
Jika tidak kuat ring di kubunya, sehebat apapun kemampuan individunya, sebesar apapun jasanya, pasti tersisih dan tidak akan diingat lagi.
Maka saling menyikut, saling menjegal, saling menjatuhkan, saling menjilat satu sama lain pun makin kentara sekali terjadi dan sangat keras.
“Kondisi ini pasti terjadi di setiap tubuh partai manapun. Tapi anginnya tidak sekencang seperti di tubuh Partai Banteng saat ini”, ungkap Abah Anton Charliyan.
Hal lain yang menjadi sorotan orang banyak sehingga PDI Perjuangan dianggap partai yang egois dan arogan yaitu istilah kata-kata “petugas partai”.
Menurut Anton Charliyan, kata itu secara internal partai 1000 persen sangat benar. Tapi menurut pandangan rakyat dan
para akhli bahasa kurang tepat dan terkesan sok kuasa.
Setiap individu rakyat, jelas Anton, sebagai manusia berhak untuk menilai, karena dalam sistem demokrasi ini suara rakyat adalah suara Tuhan, vox populi-vox dei.
Abah Anton Charliyan juga mensinyalir, saat ini fondasi-fondasi kebersamaan di internal PDI Perjuangan tidak berjalan dengan semestinya. Sistem reward and funisment kurang sehat, jasa-jasa para kadernya yang betul-betul berjuang kurang dihargai.
“Atau kerap dijanji-janjikan, tapi hanya janji-janji politik dan PHP yang tidak pernah terwujud. Begitu terwujud malah yang jadi orang lain yang kurang pantas”, katanya.
Terdapatnya indikasi yang kurang semestinya itu, Abah Anton Charliyan menilai adalah sangat wajar bila kader-kader PDI Perjuangan
banyak yang kecewa berat bahkan mungkin frustasi dan putus asa. Ujung-ujungnya pada hengkang mencari tempat perlindungan
terbaik yang dirasa aman, nyaman dan lebih sehat.
“Seperti yang terjadi pada Bung Budiman Sujatmiko dan Effendi Simbolon.Dan pilihannya ada di kubu Prabowo bukan kubu lain. Sekali lagi Kubu Prabowo bukan kubu lain”, ujar Anton Charliyan.
Prabowo sebagai pemimpin Partai Gerindra menurut Abah Anton Charliyan, mempunyai banyak sekali keunggulan dibanding pemimpin partai yang lain.
Di antaranya, memiliki karakter pribadi sebagai pimpinan yang semakin hari semakin dewasa, luwes dan elegan. Lalu sangat menghargai jasa kader-kadernya, perduli terhadap anak buahnya, bersifat gentelmen dan konsekwen dengan janji-janji politiknya, cerdas dan berani bersikap tegas.
“Selain itu, (Prabowo) juga mempunyai jaringan nasional dan internasional yang luas dan mengakar, visioner dan jiwa nasionalisnya tidak perlu diragukan lagi”, sebut Abah Anton Charliyan.
Berdasarkan hasil diskusi dan saran yang dihimpunnya dari beberapa pakar, Abah Anton Charliyan memberikan masukan kepada PDI Perjuangan yang mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan sebagai berikut :
1. Hidupkan kembali sistem demokrasi yang sehat, tidak terjebak pada sistem dinasti yang mengarah pada kultus individu.
2. Rangkul lebih intensif dan hargai kader-kader senior partai, berikan jasa dan anugerah yang layak walaupun hanya selembar piagam penghargaan.
3. Jangan terlalu banyak mengumbar janji politik yang tidak mungkin terealisasi, yang akibatnya akan mengecewakan banyak pihak, dan menjatuhkan trust partai itu sendiri.
4. Hilangkan out group in group dan sistem kubu-kubuan yang kentara sangat mencolok sekali.
5. Perbaiki istilah-istilah yang akan merugikan partai. Seperti “Petugas Partai” mungkin bisa disempurnakan sebagai
Petugas Rakyat, Pelayan Masyarakat, atau Abdi Negara dan lainnya yang rasanya lebih soft dan menyejukan.
6. Raih kembali Jokowi sebagai kader partai terbaik PDI Perjuangan
“Kita semua berharap partai politik di negeri tercinta kita ini menjadi partai yang mampu mencerminkan jiwa demokratis yang sehat serta senantiasa berada di garis rakyat, menjadikan bangsa Indonesia yang sejahtera berdaulat adil dan makmur, berazaskan sendi-sendi dasar Pancasila”, pungkas Abah Anton Charliyan.