Foto: Istimewa.

Komjen (Pol) Dharma Pongrekun Ungkap Penyebaran 240 Juta Nyamuk Bionik Wolbachia di Bali Program Berbahaya Globalis

Loading

JAKARTA (Indepedensi.com) Dalam waktu dekat 240 juta nyamuk Wolbachia akan disebar di Bali. Hal ini tidak bisa dibiarkan karena akan membahayakan kesehatan individu, keamanan dan pertahanan bangsa dan negara. Hal ini disampaikan oleh Komjen (Pol) Dharma Pongrekun dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (12/11).

“Dampak dari nyamuk ini adalah penyakit Japanese Ensepalitis (JE) atau radang otak. Vaksin dan obatnya sudah ada, program dan anggaran sudah ada,” ujarnya.

Pongrekun menegaskan bahwa semua sudah didesign oleh globalis untuk menguasai manusia, dan seluruh negara di dunia.

“Bangsa kita diujung kehancuran, tapi elit politik hanya haus kekuasaan yang dikendalikan asing. Karena tidak tahu. Ini program berbahaya. 240 juta itu nyamuk bionik. Presiden Jokowi harus menghentikan,” tegasnya.

Kaum globalis menurut Pongrekun menjalankan 3 program pokoknya yaitu money, power dan kontrol populasi. Ia menjelaskan kesehatan adalah persoalan ketahanan nasional paling akhir. Isu kesehatan dimainkan untuk mengintervensi tubuh manusia.

“Big Pharmacy yang menguasai dunia bertujuan untuk mengendalikan setiap individu, saat ini pakai nyamuk bionik dikontrol oleh gelombang menjadi senjata untuk menyasar setiap individu,” jelasnya.

“Semua by design. Kita semua terbutakan karena tak mampu mengantisipasi. Buat masalah ciptakan reaksi berikam solusi. Itu agenda globalis. Ini program mereka menuju percepat digitalisasi,” jelasnya.

Menurut Pongrekun ini ada kaitannya dengan UU Kesehatam Omnibus law dan UU Cipta Kerja yang semakin menjerat Indonesia dalam utang luar negeri.

Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia menyampaikan keprihatinan yang mendalam terkait adanya program Pemerintah berupa penyebaran telur nyamuk Aedes Aegypti yang terpapar bakteri Wolbachia dalam jumlah jutaan.

Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia mengingatkan Pemerintah untuk segera menghentikan rencana pelepasan 200 juta nyamuk Wolbachia di Pulau Bali pada 13 November 2023, dan juga di 5 kota lainnya yaitu di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang dan Bontang.

Program penyebaran nyamuk yang bekerjasama dengan World Mosquito Program (WMP) ini mengklaim akan menurunkan penyakit Demam Berdarah, padahal Pemerintah telah berhasil melakukan pengendalian Demam Berdarah dalam 10 tahun terakhir.

Keprihatinan dan tuntutan disuarakan secara bersama oleh “Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia”, sebuah gerakan yang diinisiasi oleh SFS Foundation, Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia), dan Gladiator Bangsa, serta didukung oleh Puskor Hindunesia, dalam konferensi pers pada Minggu, 12 November 2023 di Hotel Grandhika, Jakarta Selatan.

Hadir sebagai pembicara dalam konferensi pers adalah DR dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K), Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2004-2009, Komjen. Pol. Drs. Dharma Pongrekun, S.H. M.M., M.H., Mirah Sumirat, SE (Presiden ASPEK Indonesia) dan Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, MT.

Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, MT. menjelaskan Program pelepasan ratusan juta nyamuk Wolbachia di Indonesia ini membawa risiko parah, antara lain resiko terhadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan, karena belum ada studi menyeluruh di Bali, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang dan Bontang secara jangka panjang sehingga berpotensi risiko terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, termasuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Ia pelepasan jutaan nyamuk berpotensi merusak industri
pariwisata, serta ekonomi masyarakat setempat.

“Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan dan dampak yang tak terhitung?” ujarnya.

Gerakan ini menuntut Due Diligence mendalam dan evaluasi menyeluruh sebelum pelepasan nyamuk.

“Investigasi risiko IP Technology melalui Wolbachia. Publik harus tahu dan menyatakan persetujuan. Kami meminta tindakan segera untuk melindungi Bali, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang. (*)