Sebelum merobohkan patung, yang diidentikkan dengan mantan Kepala Desa (Kades) Sekapuk Abdul Halim. Ratusan warga Desa Sekapuk, berkonvoi sambari membentangkan spanduk bertuliskan “Pembohongan Publik! Goro Gawe Pasilan Gak Sesuai Kenyataan”.
Koordinator Aksi, Abdul Rofiq mengatakan, perobohan patung itu merupakan kesepakatan bersama masyarakat Desa Sekapuk, yang disaksikan oleh Kepolisian dan pihak Kecamatan.
“Aksi ini berangkat dari tuntutan masyarakat kepada Pemdes sebelumnya (Kades Abdul Halim, red), yang dianggap angkuh dan tidak mau menerima masukan apapun dari masyarakat,” ujarnya.
“Kebijakan apapun yang dikeluarkan oleh desa adalah hasil pemikiran mantan Kades sendiri, tidak melibatkan unsur pemerintah desa yang lain maupun unsur masyarakat,” sambungnya.
Menurut Rofiq, dengan aksi merobohkan patung dan papan nama Desa Miliader yang dibuat Abdul Halim nantinya bisa membuka keran demokrasi di semua unsur lapisan masyarakat Desa Sekapuk.
“Apapun kebijakan itu adalah hasil musyawarah bersama dan tidak ada simbolis keangkuhan, meletakkan (unsur) keangkuhan dan kesombongan,” tegasnya.
“Wisata Setigi maupun Kebun Pak Inggih masih tetap dibuka seperti biasa dan akan ada penataan kembali dengan cara terbuka ke warga Desa Sekapuk sesuai dengan fakta dan tidak ada kebohongan,” imbaunya.
Senada juga disampaikan warga Desa Sekapuk lainnya, Khoiriyah yang mengaku sangat geram atas aksi dari mantan Kades, yang mendedikasikan dirinya sebagai Begawan Setigi maupun Begawan Kebun Pak Inggih (KPI). Padahal dari Kades sebelumnya tidak ada yang mendedikasikan seperti itu.
“Kades sebelum-sebelumnya juga banyak berjasa, namun tidak sampai mendewakan diri seperti itu. Meskipun perkembangannya tidak seperti sekarang, karena eranya beda. Sekarang apapun bisa diupload untuk jadi terkenal atau viral,” tandasnya
Dirinya bahkan menyayangkan tingkah arogan mantan Kades tersebut, serta berharap Pemdes Sekapuk melalui anggaran Desa, APBD, APBN, bisa lebih baik dan transparan.
“Kami tidak butuh viral sampai go International, kami hanya butuh transparansi untuk kesejahteraan warga,” tandasnya.
Sementara, mantan Kades Sekapuk Abdul Halim saat dikonfirmasi awak media menyayangkan tindakan perobohan patung yang dilakukan oleh warga yang dilakukan dengan cara kurang mendidik.
“Saya cuma menyayangkan bukan perkaran patungnya dirobohkan, cuma caranya saja di posisinya yang di hari libur dan kemudian seolah olah memprovokasi sampai dikelilingkan ke kampung dan diseret, dan itu tidak mendidik,” ungkapnya.
Sejak tanggal 12 Desember 2023 lalu, lanjut Halim dirinya menyampaikan kedaulatan Desa Sekapuk dikembalikan kepada masyarakat.
“Kalau memang masyarakat tidak menghendaki patung itu dan harus dibongkar, atau dianggap itu pamali atau tidak baik ya itu hak mereka,” pungkasnya. (Mor)