JAKARTA ((Independensi.com) – Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) menyelenggarakan lomba dan workshop kesehatan mental “Expression (Explore Your Passion)” pada Sabtu, 25/5/2024, untuk meningkatkan literasi kesehatan mental generasi muda.
Bagi USNI, kesehatan mental itu penting. Karena itu, USNI mengadakan tiga jenis lomba berskala nasional dengan tema kesehatan mental untuk siswa SMA/SMK/MA, yaitu lomba konten digital, lomba desain jas almamater, dan lomba tari.
Ketiga lomba ini bertujuan membantu para pelajar semakin menyadari pentingnya kesehatan mental dan sekaligus memberi mereka ruang untuk mengaktualisasikan bakat diri.
“Expression adalah bukti nyata kepedulian USNI terhadap kesehatan mental generasi muda,” kata Dr. Kristina Nurhayati, ketua panitia Expression dan dosen Ilmu Komunikasi USNI, Sabtu 25 Mei 2024.
.
Selain mengadakan lomba, USNI juga mengundang Irwan, kreator konten kesehatan mental, untuk memberikan workshop tentang pengembangan rasa percaya diri, penemuan jati diri, dan pengelolaan kesehatan mental bagi remaja.
Lomba dan workshop ini diikuti secara daring oleh 339 pelajar dari berbagai kota di 35 provinsi di Indonesia, mulai dari Medan di Sumatra Utara, Semarang di Jawa Tengah, Denpasar di Bali, hingga Bone di Sulawesi Selatan.
Karya-karya mereka dinilai oleh para pakar, yakni desainer Enrico, kreator konten Irwan, dan koreografer Yola Yulfianti.
Kegiatan bertaraf nasional ini ditujukan khusus untuk pelajar SMA/SMK sederajat agar mereka belajar mengelola dan merawat kesehatan mental sedini mungkin.
Merawat kesehatan mental menjadi perhatian utama USNI karena kekhawatiran akan semakin banyaknya anak-anak muda di Indonesia yang kesehatan mentalnya terganggu akibat semakin besarnya tekanan ekonomi, sosial, dan politik, dan juga tekanan psikologis akibat perkembangan media sosial saat ini.
Generasi muda secara umum menghadapi empat masalah kesehatan mental, yakni trauma, kesepian, kecemasan, dan masalah relasi.
Trauma disebabkan oleh kejadian pahit pada masa lalu, sedangkan kesepian disebabkan oleh eksposur berlebih di media sosial tanpa kesadaran melihat diri sendiri. Sementara itu, kecemasan disebabkan oleh tekanan sosial yang lebih intens sebab mudah membandingkan diri dengan yang lain.
Agar tidak mudah membandingkan diri dengan orang lain, anak muda perlu menjadi versi terbaiknya masing-masing, menurut Dr. Kristina dari program studi Ilmu Komunikasi USNI.
Karena itu, kata Kristina, lomba dan workshop Expression bertujuan untuk membantu anak muda menemukan bakatnya dan kemudian membentuk mereka menjadi versi terbaiknya masing-masing sesuai dengan bakatnya tersebut.
“Bakat ini penting. Dengan adanya bakat, anak muda bisa mengaktualisasikan potensinya dan kemudian mengelola kehidupan sosialnya,” kata Kristina.
Risqi Inayah, koordinator lomba, menjelaskan bahwa lomba konten digital, desain jas almamater, dan lomba tari yang diadakan USNI memberi ruang bagi generasi muda untuk berinovasi, mengembangkan jati diri, dan meningkatkan kapasitas diri masing-masing.
Risqi menegaskan pentingnya mengaktualisasikan kapasitas dan jati diri untuk mencegah generasi muda mengalami depresi di tengah tekanan sosial, ekonomi, dan psikologis yang semakin besar, terlebih di era media sosial yang semakin pesat.
“Lomba video literasi kesehatan mental ini bukan hanya sekadar kompetisi, tetapi sebuah kampanye yang menjangkau jauh, pentingnya perawatan mental dan menginspirasi generasi masa depan untuk peduli akan kesehatan mereka”kata Risqi inayah
Isu kesehatan mental tidak boleh diabaikan dan disepelekan, menurut A. Kurniawan Ulung, dosen program studi Ilmu Hubungan Internasional USNI. Ia berpendapat bahwa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Ulung menjelaskan bahwa masalah kesehatan mental telah menjadi isu global. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi, gangguan kesehatan mental penyebab utama bunuh diri, berada di urutan keempat penyakit di dunia.
Mengacu data dari Institute for Health Metrics and Evaluation, Ulung menjelaskan bahwa lebih dari 792 juta penduduk dunia berhadapan dengan isu kesehatan mental. Sebagian besar dari mereka menghadapi gangguan kecemasan dan depresi.
Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan dan depresi cenderung meningkat sejak 1990 hingga 2019.
Karena itu, Ulung berharap agar penyelenggaraan Expression ini akan menginsipirasi pemerintah Indonesia untuk ikut meningkatkan literasi kesehatan mental masyarakat dan sekaligus lebih memprioritaskan kesehatan mental di dalam layanan kesehatan masyarakat.
“Peningkatan literasi kesehatan mental ini sangat penting karena masih banyak kalangan yang belum menyadari pentingnya isu ini,” kata Ulung.
Ulung menjelaskan bahwa setiap negara perlu berinvestasi lebih dalam isu kesehatan mental ini. Pemerintah dapat mulai mewujudkan investasi itu dalam bentuk menyediakan pelayanan kesehatan mental yang mudah diakses sejak dari bangku sekolah.
Ulung mendesak pemangku kebijakan untuk memperkuat kolaborasi dalam investasi dan intervensi dalam isu kesehatan mental generasi muda untuk membantu mereka menghadapi tantangan masa depan yang semakin penuh dengan ketidakpastian.
“Menjaga kesehatan mental kaum muda adalah suatu keharusan dan perlu dukungan yang kuat dari berbagai pihak,” katanya.