Jakarta- Bakal calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanis Fransiskus Lema ( Ansy Lema) menilai penting kehadiran figur perempuan dalam kepemimpinan NTT.
“Sejumlah masalah mendasar yang terus berlangsung di NTT berkaitan erat dengan perempuan, seperti kemiskinan, kesehatan ibu dan anak, stunting, pendidikan, hingga pekerja migran. Belum lagi ada problem juga terkait kaum rentan dan marginal, khususnya kelompok perempuan miskin di pedesaan,” kata Ansy Lema di Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2024.
Dikatakannya, upaya pengarusutamaan jender ( gender mainstreaming) penting untuk diinisiasi melalui kehadiran perempuan di level kepemimpinan. Apalagi sejumlah masalah utama, seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan berhubungan erat dengan eksistensi dan peran perempuan.
“Perempuan/ibu berada di garda terdepan terkait tanggung jawab kesejahteraan keluarga. Mereka adalah mitra sejajar lelaki/suami yang peduli pada kesejahteraan keluarga. Itu berarti penanganan masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan membutuhkan partisipasi aktif kaum perempuan,” ujarnya.
Ansy menjelaskan, kemiskinan NTT adalah wajah kemiskinan perempuan. Itu berarti masalah kesejahteraan, Kesehatan maupun pendidikan di NTT adalah potret termajinalnya peran perempuan NTT dalam pembangunan daerah.
Calon Gubernur yang diusung PDI Perjuangan ini menilai budaya patriarki yang mengatur sistem sosial-kemasyarakatan turut andil terhadap kondisi riil masyarakat NTT hingga kini.
Budaya patriarki tidak hanya berdampak dalam pengambilan keputusan di lingkup keluarga atau adat. Hal serupa berpengaruh juga ke pemerintahan, mulai dari level terbawah, yaitu desa/kelurahan. Gambaran itu terlihat dari Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes)
“Mulai dari Musrenbangdes dominasi laki-laki sangat kuat. Akibatnya, aspirasi dan arah pembangunan mulai dari level terbawah sudah kental dengan kepentingan dan pola pikir maskulin. Padahal kita sangat membutuhkan partisipasi dan aspirasi perempuan untuk menyelesaikan masalah-masalah mendasar terkait perempuan di atas,” urai juru bicara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Untuk itu, Ansy menilai penting diadakan Musyawarah Khusus (Muskhus) Perempuan di tingkat desa/kelurahan sebagai langkah nyata pengarusutamaan gender.
Ansy Lema menjelaskan, konsep pembangunan partisipatif yang dijalankan selama ini sudah berada pada alur yang benar.
Pola People-Centered Development yang menempatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat sebagai pusat dari desain atau perencanaan, implementasi hingga evaluasi pembangunan sudah mulai diterapkan.
Namun, aspek partisipatif dimaksud masih perlu dilengkapi dengan keterwakilan perempuan, terutama dalam kultur patriarki di NTT.
Apalagi kaum perempuan di desa-desa masih tergolong kelompok marjinal, yakni kalompok yang tidak memiliki akses pada penentuan kebijakan.
“Karena itu kita perlu mempertegas konsep partisipatif dalam People-Centered Development melalui pendekatan yang terpusat pada kepentingan dan pemberdayaan perempuan yang disebut Woman-Centered Development,” jelas Ansy.
Gerakan tersebut sebenarnya sudah diinisiasi melalui wadah Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Aksi afirmatif untuk mengaktifkan gerakan ini membutuhkan perhatian khusus di level kepemimpinan. Namun, upaya menggerakkan PKK dan pemberdayaan perempuan belum menjadi program arus utama selama dominasi kepemimpinan laki-laki masih berlangsung.
Berbagai pertimbangan inilah yang mendorong figur yang diusung PDI Perjuangan sebagai calon Gubernur NTT menilai penting kehadiran sosok perempuan dalam kepemimpinan Provinsi NTT.
Menurut Ansy, keberadaan perempuan dalam struktur kepemimpinan tertinggi akan mendukung arah pembangunan yang menyertakan aspirasi dan kepentingan kaum perempuan.
“Lebih dari itu, kehadiran perempuan akan membantu pemerintah untuk fokus pada problem yang berkaitan dengan perempuan, seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan,” pungkas Ansy.
Sebagai catatan, hingga saat ini Provinsi NTT belum pernah memiliki tokoh perempuan dalam struktur pemerintahan tertinggi, baik sebagai gubernur maupun wakil gubernur.
Menyongsong Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT 2024, sejumlah sosok perempuan dikaitkan dengan Ansy Lema sebagai calon wakil gubernur.
Beberapa nama telah dimunculkan media, seperti mantan Ketua Sinode Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Pendeta Dr. Merry Kolimon, anggota DPR RI Anita Jacoba Gah, Ketua DPRD NTT Emilia Nomleni, anggota DPRD Provinsi NTT Reny Marlina Un hingga Politisi PSI Jane Natalia Suryanto.