Denpasar (Independensi.com) – Bali Masuk Daftar 15 Destinasi Dunia yang Tidak Layak Didatangi pada 2025 yang dirilis Situs panduan perjalanan Fodor’s mengungkap 15 destinasi wisata di dunia yang tidak layak untuk dikunjungi pada 2025. Salah satu di antara destinasi “No List” itu adalah Bali yang berada di puncak daftar.
“Darah saya berdesir, merasa tidak rela atas perkiraan yang dibuat lembaga tersebut, sebagai orang asli Bali yang hidup secara turun temurun di Pulau Dewata merasa kecewa dan beranggapan hal tersebut hanyalah permainan dari para negara kompetitor,” ujar Mangku Pastika, mantan Gubernur Bali periode 2008-2018 saat ditemui di Denpasar, Rabu (20/11/2024).
Itu menandakan selama ini ada yang salah dalam memetakan dan merencanakan roadmap pariwisata Bali yang jelas.
“Setelah 5 tahun berkuasa dampaknya hanya meninggalkan Bali yang hancur lebur,” ujar Mangku Pastika geram.
Namun dibalik itu semua, hendaknya kita harus melakukan introspeksi kedalam tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dan jalan keluar apa yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan.
Jika kita menelaah permasalahan, pangkal utamanya adalah dampak dari ketidakseimbangan ekonomi antara Bali Utara dan Selatan yang makin terbuka sehingga simpul kemacetan hanya terjadi dan terpusat di sentra wilayah tertentu saja, andaikan mercusuar ekonomi seperti bandar udara dan infrastruktur lainnya juga ada Bali Utara kemacetan tidak separah seperti ini di Bali Selatan.
“Orang Buleleng tidak lagi berbondong-bondong ke Denpasar atau Badung untuk mencari nafkah dan hal itu pada perayaan hari raya Galungan tidak perlu lagi eksodus pulang ke daerahnya, hal ini tidak akan terjadi jika peluang kerja terbuka juga di wilayahnya,” tutur Pastika.
Hal lain yang memicu kemacetan adalah Aksesibilitas yaitu akses jalan dari Bali Selatan ke Bali Utara masih kurang memadai serta Infrastruktur di Bali yang masih lemah, sehingga kebanyakan aktivitas wisata berada di Bali Selatan. (hd)