Perempuan kelahiran 1933, memiliki keinginan kuat untuk berangkat ke tanah suci Makkah dan Madinah agar bisa menunaikan ibadah haji setelah menabung selama 20 tahun.
Menurut Menantu Supinah, Ali Shodikin (51), mertuanya menjadi tukang pijat tradisonal sejak berusia muda hingga saat ini tanpa mematok tarif khusus ke para pasiennya.
“Ibu tidak pernah mematok biaya pijet, beliau seiklasnya saja. Di kasih berapapun di terima, baik yang kasih Rp 30 ribu maupun Rp 50 ribu untuk sekali pijat,” ujarnya, Selasa (22/4).
Ali menambahkan dari hasil memijat yang tidak menentu itu, mertuanya bertekad menabung untuk biaya berangkat haji. Akhirnya niatnya agar bisa menjalankan rukun Islam ke lima, terwujud setelah menunggu sekitar 20 tahun.
“Beliau selalu semangat, sabar, dan tidak pernah mengeluh soal rezeki yang diterimanya. Uang sedikit tetap disyukuri dan ditabung, sampai akhirnya beliau di tetapkan sebagai bakal calon haji 2025 ini,” tuturnya.
Sambung Ali, secara fisik mertuanya masih kuat dan sehat meski sudah berusia lanjut. Sebab, Supinah tetap menjaga kebugaran tubuhnya dengan beraktifitas olahraga setiap hari.
“Setiap pagi, Ibu selalu jalan kaki keliling kampung selama 10 hingga 20 menit. Apalagi, jelang keberangkatannya ke tanah suci beliau semakin semangat jalan-jalan paginya,” ungkapnya.
“Ibu mertua saya ini juga orangnya sangat rajin beribadah Solat Tahajud malam harinya dan paginay Sholat Dhuha, hampir tiap hari dilakukannya. Sudah terbiasa sejak dulu,” tandasnya.
Keberangkatan Supinah ke Tanah Suci tidak hanya menjadi kebahagiaan pribadi, tetapi juga sumber inspirasi bagi warga sekitar.
Perjuangannya menabung dari jasa pijat seikhlasnya selama dua dekade menunjukkan bahwa impian besar bisa terwujud dengan kesabaran dan niat yang tulus.
Ditanya bagaimana perasaannya bisa berangkat haji tahun 2025 ini, Supinah mengaku sangat bahagia. Karena, apa yang telah lama diinginkannya bisa tercapai.
“Alhamdulillah, Kulo bersyukur saget berangkat Ten Mekkah, mugi-mugi pinaringan lancar ibadah Kulo Ten meriko. Tansa pinaringan sehat mulai berangkat ngantos bangsul (Saya bersyukur bisa berangkat ke Makkah, semoga bisa lancar ibadah saya di sana nantinya. dan pulang dalam keadaan sehat),” imbaunya.
“Kulo niki pun biasa melampah-lampah injing saben dinten (Saya biasa jalan-jalan setiap pagi), supados awak kulo niki kiat benjing lek ten Makkah (Biar badan saya kuat pas di Mekkah nanti,” ucap Supinah sembari tersenyum.
Terkait kondisi fisiknya yang terlihat masih bugar diusianya yang hampir satu abad, Supinah bercerita bahwa dirinya suka mengkonsumsi makanan ala desa yang menyehatkan.
“Sing kulo dahar niku, godong kelor, godong bayem, kangkung, tahu tempe. Panganane tiang deso biasane pun ngoten mawon (Yang saya konsumsi itu daun kelor, daun bayam, kangkung dan tahu tempe. Makanannya orang desa cuma itu saja),” pungkasnya. (Mor)