RANTAUPRAPAT (Independensi.com) – Kolaborasi tiga perusahaan besar, Asian Agri, Apical, dan Kao, kembali menunjukkan bukti nyata kepedulian mereka terhadap petani swadaya di Indonesia melalui program SMILE (SMallholder Inclusion for Better Livelihood and Empowerment). Melalui kunjungan lapangan pada 21–22 April 2025 di Rantauprapat, Sumatra Utara, ketiganya menegaskan komitmen jangka panjang dalam membangun rantai pasok kelapa sawit yang inklusif, berkelanjutan, dan bertanggung jawab.
Kunjungan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk nyata evaluasi dan pemantauan langsung terhadap pelaksanaan praktik pertanian petani swadaya yang tergabung dalam program SMILE. Salah satu titik penting dari kunjungan tersebut adalah Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara yang dikelola PT Supra Matra Abadi (unit bisnis Asian Agri), yang memainkan peran strategis dalam menjembatani petani dan industri pengolahan, hingga produk sampai ke tangan mitra global seperti Kao.
“Di Kao, kami percaya pada filosofi Genba—turun langsung ke lapangan. Kami ingin benar-benar memahami bagaimana minyak sawit diproduksi secara bertanggung jawab. Asian Agri dan Apical adalah mitra utama kami dalam mewujudkan rantai pasok yang transparan dan berkelanjutan,” ujar Kenji Terasawa, Vice President Procurement Kao Corporation.
Dalam kunjungan ini, para eksekutif dari ketiga perusahaan meninjau sistem ketertelusuran (traceability), praktik berkelanjutan di fasilitas produksi, serta menggelar diskusi terbuka dengan petani. Tantangan dalam memenuhi standar sertifikasi, kebutuhan akan dukungan teknis yang lebih kuat, hingga strategi keberlanjutan jangka panjang menjadi topik utama.
Menurut Tor Mooi See, Head of Sustainability Apical Group, program SMILE akan memasuki fase baru yang lebih berdampak. “Kami ingin memperkuat keterhubungan antara pabrik dan petani kecil, serta menjamin bahwa rantai pasok kami tetap inklusif dan bertanggung jawab, dari hulu hingga konsumen akhir,” tegasnya.
Kantor Koperasi, Simbol Kemandirian Petani
Salah satu momen penting dalam rangkaian kegiatan adalah peresmian kantor baru koperasi desa di Kabupaten Labuhanbatu. Kantor ini dibangun menggunakan dana dari premi penjualan TBS melalui program SMILE—sebuah simbol kerja keras dan solidaritas petani swadaya.
Peresmian berlangsung meriah dan kental dengan nuansa adat Batak, mulai dari tarian tor-tor hingga pengalungan kain ulos kepada perwakilan perusahaan. Hadir lebih dari 100 tamu, termasuk petani yang telah merasakan manfaat nyata dari program SMILE.
“Kantor ini bukan hanya tempat berkumpul, tapi pusat pembelajaran dan perencanaan masa depan kami sebagai petani mandiri,” ungkap Khairul Anam, Ketua Koperasi.
Suara Petani dan Sentuhan Edukasi
Menariknya, dalam kunjungan ini juga diperkenalkan Suara Petani, sebuah platform pengaduan resmi dari Kao yang dikembangkan bersama NPO Caux Round Table (CRT). Platform ini menjadi sarana komunikasi dua arah yang efektif bagi petani untuk menyampaikan saran, keluhan, dan aspirasi mereka.
Selain itu, Kao juga mengunjungi SDN 03 Tebing Tinggi Pangkatan untuk mengedukasi para siswa mengenai pentingnya mencuci tangan. “Menjaga kebersihan adalah bentuk cinta pada diri sendiri dan orang lain,” kata Terasawa.
Dampak Nyata SMILE
Sejak diluncurkan pada 2020, SMILE telah melibatkan 3.489 petani swadaya, dengan 1.373 petani telah memperoleh sertifikasi RSPO. Target Asian Agri adalah bermitra dengan 5.000 petani bersertifikat pada tahun 2030.
Ivan Novrizaldie, Head of Sustainability Asian Agri, menegaskan pentingnya sinergi dalam program ini. “SMILE adalah bukti bahwa kolaborasi multipihak dapat mengangkat ekonomi petani, memperkuat kelembagaan mereka, dan menciptakan sistem pertanian berkelanjutan. Pendirian koperasi ini adalah bukti konkritnya.”
Program SMILE sejalan dengan pilar Kemitraan Petani dalam strategi Asian Agri 2030, serta pilar Pertumbuhan Inklusif dalam visi Apical 2030 membuktikan bahwa kesejahteraan petani dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan, dengan industri sebagai mitra strategis dalam perjalanan tersebut.