Pemain Sinetron Cinta di Ujung Sajadah saat wawancara secara virtual yang digelar Kamis (22/5).

Cinta di Ujung Sajadah: Tangis, Cinta, dan Misteri Masa Lalu yang Makin Mengguncang Hati Penonton

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Sinetron “Cinta di Ujung Sajadah” semakin mencuri perhatian pemirsa televisi Indonesia. Mengangkat kisah pencarian jati diri yang sarat emosi dan konflik keluarga, sinetron ini berhasil menyedot perhatian lewat jalan cerita yang semakin kompleks dan menyentuh.

Tokoh sentral, Rindu (diperankan oleh Cut Syifa), tampil kuat sebagai gadis yang berjuang menemukan ibu kandungnya yang telah lama menghilang dari kehidupannya. Perjalanan penuh air mata dan tekad yang tak tergoyahkan membuat karakter Rindu begitu dekat dengan hati penonton.

“Rindu itu sosok yang tangguh tapi rapuh. Membawakan karakter ini menguras energi, tapi juga sangat memuaskan secara emosional,” ungkap Cut Syifa dalam sesi wawancara secara virtual yang digelar Kamis (22/5).

Cerita menjadi semakin dramatis ketika dua pria dalam hidup Rindu, yakni Fauzan (Zikri Daulay) dan Adi (Eza Gionino), turut terlibat dalam pencarian sang ibu. Persaingan keduanya tak hanya soal cinta, tetapi juga soal siapa yang paling memahami dan mendukung kebahagiaan Rindu.

Zikri Daulay mengaku peran Fauzan banyak mengajarkannya tentang empati dan perjuangan. “Fauzan itu karakter yang sabar dan setia. Saya berharap penonton bisa melihat pesan moral dari perjuangannya,” kata Zikri.

Kejutan lain hadir dengan munculnya karakter baru, Indra (Stevan William), mantan suami dari Alia (Tsania Marwah), yang merupakan ibu tiri Rindu. Kedatangan Indra membuka lapisan rahasia masa lalu yang selama ini tersembunyi rapat, membuat alur cerita semakin mendebarkan.

Pemain Sinetron Cinta di Ujung Sajadah

Stevan William mengungkapkan bahwa peran Indra memberinya tantangan tersendiri. “Indra punya banyak sisi gelap dan rahasia. Itu yang membuat saya tertarik untuk mendalaminya,” ujarnya.

Chemistry antarpemain, kekuatan akting, serta dinamika cerita yang terus berkembang menjadikan “Cinta di Ujung Sajadah” sebagai tontonan favorit yang tak hanya menghibur, tapi juga menggugah emosi dan pikiran.

Sinetron ini tak sekadar menyajikan drama, tapi juga menyelipkan pesan-pesan kehidupan seperti perjuangan, pengorbanan, dan makna keluarga. Tak heran bila popularitasnya terus meningkat dan sinetron ini digadang-gadang akan bertahan lama di hati pemirsa.

“Cinta di Ujung Sajadah” tayang setiap hari di jam prime time dan terus menjadi perbincangan hangat di media sosial, membuktikan bahwa kisah yang menyentuh dan akting yang memikat masih menjadi kekuatan utama dalam dunia sinetron Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *