(Dari kiri): Aries Tanjung Yohana Mulyo, Jan Praba dan Komjen Pol Prof Dr Chrisnanda Dwi Laksono MSi saat secara resmi membuka pameran.
(Dari kiri): Aries Tanjung Yohana Mulyo, Jan Praba dan Komjen Pol Prof Dr Chrisnanda Dwi Laksono MSi saat secara resmi membuka pameran. (Foto: Dokumentasi)

Jakarta On Fire

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Tiga orang pelukis dari Sanggar Garajas, dua laki-laki dan satu perempuan, yaitu Jan Praba, Aries Tanjung dan Yohana Mulyo menggelar pameran bersama di Institut Francais d’Indonesia (IFI) Jalan Wijaya 1/48 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sejak 24 Juni hingga 5 Juli 2025.

Sebanyak 15 lukisan masing-masing 6 karya Aries Tanjung, 4 karya Yohana Mulyo dan 5 lukisan karya Jan Praba dipamerkan dalam rangka HUT Kota Jakarta yang bertajuk Jakarta On Fire.

Konsep “Jakarta On Fire” atau “Kebakaran” seperti kata Jan Praba kepada independensi.com – adalah denyut nadi Ibu Kota sebagai kota  yang tak pernah tidur – panas, dinamis, dan penuh kontradiksi – bukan dalam arti bahwa “Jakarta Kebakaran” dalam arti yang sebenarnya.

Dan “Api” dalam tema ini bukan hanya simbol dari gejolak hiruk pikuk yang terjadi, akan tetapi juga semangat, energi, dan gairah yang menghidupkan Jakarta sebagai pusat budaya, sosial, ekonomi dan politik Indonesia.

Pameran yang dibuka oleh Komjen Pol Prof Dr Chrisnanda Dwi Laksono MSi tersebut menggambarkan bagaimana Jakarta menjadi ruang pertemuan antara tradisi dan modernitas: dari pasar tradisional yang penuh warna hingga gedung pencakar langit yang menyentuh awan, dari masyarakat urban yang kosmopolitan hingga mereka yang hidup di pinggiran, semua menjadi bagian dari wajah kompleks kota Jakarta.

Di balik kemegahan infrastruktur seperti MRT, LRT, jalan tol layang, dan kawasan bisnis elite, ada juga cerita tentang kesenjangan sosial, kemacetan, polusi, serta perjuangan kelas bawah yang tetap bertahan hidup dalam ketimbangan.

“Jakarta adalah kota potret nyata dari kota global yang masih berjuang mencari keseimbangan,” kata Bung JP – sapaan akrab Jan Praba di internal Sanggar Garajas – pelukis yang dikenal dengan kepala plontosnya.

Lukisan karya Yohana Mulyo
Lukisan karya Yohana Mulyo

Lebih jauh Bung JP mengungkapkan bahwa budaya urban di Jakarta hadir berdampingan dengan warisan budaya Betawi, suara bising klakson akan bercampur dengan irama musik jalanan, gemerlap lampu kota akan berbenturan dengan bayang-bayang lorong sempit kampung kota. “Semuanya menyala – baik dalam arti harafiah maupun metaforis,” tegasnya.

"Urban Sensation" karya Aries Tanjung
“Urban Sensation” karya Aries Tanjung

Karya-karya yang ditampilkan oleh tiga orang perupa Sanggar Garajas yang berbeda kultur dan latar belakang tersebut akan menjadi refleksi kritis namun penuh gairah terhadap Jakarta: kota yang menyala, membara, dan terus berubah.

"Pokoke Protes" karya Jan Praba
“Pokoke Protes” karya Jan Praba

Terlepas dari masalah tersebut, yang jelas setiap pengunjung yang hadir menyaksikan langsung karya Aries Tanjung, Yohana Mulyo, dan Jan Praba di ruang pamer gedung IFI – terutama dan khususnya pengunjung yang menangkap pesan yang dituangkan dan atau diex]kspresikan oleh Aries Tanjung, Yohana Mulyo serta Jan Praba lewat lukisannya – bakal tersenyum-senyum karena di balik karya ketiga pelukis tersebut mengandung ada banyak ironi kehidupan.

Penasaran?

Silakan hadir dan lihat langsung di IFI tempat pameran tersebut berlangsung yang akan berakhir pada Sabtu (5 Juli 2025).

(Penulis: Like Wuwus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *