Atma Wedana Utama Puri Karangasem, Simbol Kuatnya Bhakti Pada Leluhur

Loading

Karangasem (Independensi.com) – Keluarga Besar Puri Agung Karangasem kembali menyelenggarakan Upacara Atma Wedana Utama (Baligia) di kawasan historis dan spiritual, Taman Sukasada Ujung, Kabupaten Karangasem menjadi momentum penting dalam menyucikan roh leluhur (Atma), agar mencapai alam Siwa Loka dan bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Karya Baligia Utama merupakan sebuah rangkaian sakral dari upacara Pitra Yadnya sebagai semangat bakti kepada leluhur dan pelestarian warisan budaya luhur Bali serta memperlihatkan kedalaman makna filosofis dan kosmologis Hindu Bali yang diisi dengan Mepepada (penyucian hewan persembahan), Nganyut (penghanyutan simbol roh ke laut) dan Nyegara Gunung (pemulihan jiwa-raga pasca upacara).

Mengingat, keberadaan kehidupan kekinian sebagai bagian dari reinkarnasi kehidupan sebelumnya.

Setelah melewati sejumlah rangkaian upacara, akhirnya Keluarga Besar Puri Agung Karangasem menggelar Puncak Karya Baligia Utama di Taman Sukasada Ujung, Banjar Ujung, Tumbu, Kabupaten Karangasem, Minggu, 20 Juli 2025.

Turut hadir, para Pengelingsir Puri sejebag Bali, Tokoh Keraton Nusantara, Pasemetonan Puri dan Angga Brahmana Griya, Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat.

Karya Baligia Utama juga dihadiri Ida Tjokorda Mengwi XIII, yang tidak hanya sebatas ritual semata, tapi hal tersebut juga menjaga warisan budaya spiritual, karena didalammya terkandung nilai bakti, kesucian dan keseimbangan antara sekala dan niskala sebagai peninggalan Adat, Tradisi peninggalan leluhur Puri Agung Karangasem.

Pada kesempatan tersebut, Pengelingsir, Manggala Puri serta Pengerajeg Karya Baligia, Anak Agung Bagus Parta Wijaya didampingi Prawartaka Karya Anak Agung Made Kosalia menyebutkan Karya Baligia Utama ini menjadi momentum penting dalam menyucikan roh leluhur (Atma), agar mencapai alam Siwa Loka dan bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menjadi Dewa Pitara sebagai suatu bentuk bakti tertinggi bagi keluarga yang ditinggalkan, berlandaskan lontar suci Baligia.

Upacara Atma Wedana Utama ini menegaskan keberadaan tubuh manusia yang terdiri atas tiga unsur, yaitu Stula Sarira (badan kasar), Suksma Sarira (badan halus) dan Antahkarana Sarira (roh).

“Jika Ngaben menyucikan badan kasar (Panca Maha Bhuta: Pertiwi, Apah, Teja, Bayu dan Akasa) maka Baligia adalah penyucian badan halus (Panca Tan Matra: Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa dan Ghanda),” paparnya.

Menurutnya, Karya Baligia Utama Puri Agung Karangasem 2025 ini diikuti oleh 104 Puspa/Sekah, dengan 17 Puspa diantaranya berasal dari Puspa Puri, yaitu Pengelingsir Prof. A.A. Agung Gede Putra Agung, Anak Agung Istri Agung Raka Padmi dan juga diiringi sekah lainnya dari Karangasem hingga Lombok.

“Hal ini untuk mewarisi adat istiadat dan budaya leluhur kami untuk anak cucu kami dimasa datang, sebab, warisan terbesar yang dapat diwariskan kepada anak dan cucu bukanlah uang atau hal-hal materi lainnya yang terakumulasi dalam hidup, melainkan warisan adat istiadat dari para leluhur kami,” terangnya.

Karya Baligia Utama ini melibatkan rangkaian prosesi panjang kegiatan spiritual, antara lain dimulai saat Parum besar di Puri diikuti oleh seluruh Angga Puri (Keluarga Besar) dan Ida Pedanda Bhagawanta-Sulinggih Siwa & Buda, yang kemudian diikuti Upacara Ngaku Ngagem (pernyataan kesanggupan beryadnya), pada 22 Desember 2024.

Kemudian, dilanjutkan Bumi Sudha dan Nangiang Piadnyan (penyucian dan pembangunan altar suci) 14 Marer 2025, lalu Mendak Tirta, Ngajum, dan Ngulapin, Melaspas Padma, Mapurwadaksina hingga Puncak Karya Baligia Utama, yaitu Utpeti, pada 20 Juli 2025 sebagai bangkitnya roh suci menuju alam Siwa Loka.

“Rangkaian upacara suci ini juga memperlihatkan kedalaman makna filosofis dan kosmologis Hindu Bali yang diisi dengan Mepepada (penyucian hewan persembahan), Nganyut (penghanyutan simbol roh ke laut) dan Nyegara Gunung (pemulihan jiwa-raga pasca upacara),” urainya.

Puncak Karya Baligia Utama diawali dengan Mepandes/Metatah dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Tamu (Griye Bungaye) dan Ida Pedanda Gede Wayahan Putra Sebali (Lombok) dengan dibantu oleh 4 Sangging (Ida Bagus Gede Diksa).

Acara dilanjutkan dengan Ngajum Betara Lingga Griya Sidemen oleh Perwakilan Semeton Angga Puri yang Ngiring ke Piadnyan, dengan Pemuput Karya Ida Pedanda Gede Pengajaran dari Griya Sidemen. Selanjutnya, Betara Lingga Griye Sidemen mependak di Pertigaan Tumbu.

Usai Melaspas Padma/Bukur, Puncak Karya Baligia Utama dilanjutkan dengan upacara Mapurwa Daksina.

Pada saat itu, berbagai sarana upakara berjalan beriringan mengitari Bale Piyadnyan sebanyak tiga kali, dengan posisi terdepan Lembu disusul Puspa Sangge, Puspa Lingga, Puspa Angga Puri dan Sekah Pengiring, yang kemudian Napak Titi Mamah Kebo diikuti oleh peserta metatah, menek kelih dan mekupak.

Bertindak selaku Yadjamana Karya adalah Ida Pedanda Gede Putra Tamu. Sementara itu, saat Puncak Upacara Atma Wedana Utama dipimpin oleh lima sulinggih, yaitu Ida Pedanda Gede Padang Rata dari Griya Muncan, Ida Pedanda Istri Karang dari Griya Jungutan Sibetan dan Ida Pedanda Gede Oka Kemenuh dari Griya Sudi Katon, Ida Pedanda Gede Ketut Sidemen dari Griya Gelumpang Baleran dan Ida Pedanda Gede Nustana dari Griya Budekeling.

Acara dilanjutkan dengan Puncak Karya/Utpeti meliputi upacara Natak Tiis Ngayab, Mesolsolan, Mejaya-Jaya buat peserta Metatah, Menek Kelih dan Mekupak.

Upacara Puncak Karya/Utpeti dipimpin oleh 7 sulinggih diantaranya Ida Pedanda Ketut Pidada dari Griya Belong, Ida Pedanda Istri Ngurah dari Griya Sudi Katon, Ida Pedanda Gede Pengajaran dari Griya Sidemen, Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Griya Bungaya, Ida Pedanda Nyoman Karang Manuaba dari Griya Kecicang, Ida Pedanda Gede Putra Lusuh dari Griya Suci Celit Selat dan Ida Pedanda Gede Swabawa Karang Adnyana dari Griya Jelantik Karang Budakeling.

“Sementara itu, upacara Memutru Saji dilakukan Ida Pedanda Gede Meranggi dari Griya Pendem dan Memutru Adi Parwa oleh Ida Pedanda Gede Pidada Punia dari Griya Pidada Karangasem,” urainya.

Pada Pebengang, hari ke-2 (21 Juli 2025) dihaturkan Upacara Resi Bojana, yang bertujuan menghaturkan rasa terima kasih kepada Para Ida Pedanda yang ikut sebagai Pemuput Karya rangkaian Upacara Baligia Utama, sehingga pelaksanaan upacara berjalan dengan baik.

Tidak kalah menariknya, juga partisipasi dan keterlibatan aktif Braya Muslim Karangasem, terutama yang disekitar lokasi Upacara dalam ikut gotong royong kebersihan, stand penjualan minuman di area Nista Mandala dan juga ikut dalam keamanan lingkungan.

Tak hanya sekadar toleransi antar umat beragama, tetapi juga pelaksanaan upacara menunjukan integrasi yang bermakna persatuan dan kesatuan, sebagaimana diketahui keberadaan Umat Muslim di Karangasem tidak terlepas dari keberadaan Kerajaan Karangasem tempo dulu dan eksistensi Puri Agung Karangasem saat ini. (hd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *