JAKARTA (Independensi.com) – Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) turut menanggapi Pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait Islam dan karikatur Nabi Muhammad SAW, yang memicu kemarahan dunia Islam.
Sekretaris Umum Bamusi Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) menyayangkan pernyataan Presiden Prancis tersebut, yang telah melukai hati umat Islam sedunia.
Gus Falah menegaskan, Bamusi yang merupakan organisasi sayap PDI Perjuangan mendesak Pemerintah Prancis untuk meminta maaf kepada umat Islam karena telah mengizinkan penerbitan karikatur Nabi Muhammad SAW.
“Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW sangat mulia, dan tak bisa digambarkan oleh apapun. Pernyataan dan sikap Presiden Macron itu telah membuat hati umat Islam sedunia sakit,” ujar Gus Falah dalam keterangan tertulis Bamusi, Minggu (1/11/2020).
Gus Falah melanjutkan, jika Presiden Macron tidak mau meminta maaf kepada umat Islam, Bamusi menyerukan kepada umat Islam Indonesia maupun dunia untuk memboikot seluruh produk Prancis.
“Bamusi juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk memutus hubungan diplomatik dengan Prancis sementara waktu, sampai Presiden Macron menyadari kekeliruannya dan meminta maaf kepada seluruh umat Islam,” tegas Gus Falah.
Gus Falah yang juga Politisi PDI Perjuangan ini menyatakan, ketegasan semacam itu diperlukan agar Pemerintah Prancis menyadari bahwa generalisasi terhadap suatu agama adalah kesalahan besar.
“Apabila ada satu atau dua oknum yang melakukan tindakan keji, tak sepatutnya tindakan itu menjadi dasar generalisasi terhadap agama yang dianut oknum tersebut. Karena tindakan oknum itu sama sekali tidak mencerminkan ajaran agama yang dianut,” ujar Gus Falah.
Seperti diketahui, Macron memicu protes besar di dunia Muslim setelah Presiden Prancis itu berkomentar kalau negaranya tetap mempertahankan kebebasan berpendapat dengan mengizinkan kartun Nabi Muhammad dipublikasikan oleh mingguan Charlie Hebdo.
Tak hanya itu, pada Jumat (23/10/2020) Macron juga mengatakan Islam adalah “agama yang mengalami krisis di seluruh dunia”.
Hal itu dinyatakan Macron sebagai reaksi atas pembunuhan guru Samuel Paty baru-baru ini, setelah sang guru menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya.
Macron menganggap Samuel Paty adalah martir yang mengusung kebebasan berpendapat, serta menyebut pelaku sebagai seorang radikal Muslim.