JAKARTA (Independensi.com) – Semakin dekatnya akhir tahun, semakin dekatnya belahan Bumi utara dengan musim dingin, bahkan di beberapa negara suhu telah menurun secara drastis dalam beberapa mi nggu terakhir.
Sebuah penelitian terbaru yang diungkapkan oleh para peneliti dari Universitas College London menunjukkan bahwa suhu global berperan penting dalam penyebaran virus SARS-CoV-2 yang merupakan agen penyebab COVID-19.
Pandemi COVID-19 bermula dari kota Wuhan, Tiongkok dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Banyak penelitian telah menunjukan bahwa beberapa negara beriklim dingin memiliki laju penyebaran COVID-19 yang lebih cepat ketimbang negara – negara beriklim hangat.
Di awal masa pandemi yang bertepatan dengan musim dingin, laju penyebaran virus di Britania Raya, Italia, Spanyol, Italia, dan di Amerika Utara lebih cepat dibandingkan dengan negara lain di benua Afrika dan Australia.
Puncak musim dingin di Wuhan pada Januari 2020 juga selaras dengan meningkatnya angka kematian dan melonjaknya kasus – kasus baru di sana.
Studi yang dipublikasikan Jurnal Ilmu Pengetahuan Lingkungan Hidup dan Teknologi Internasional menemukan bahwa negara – negara seperti Amerika Serikat, Britania Raya, Italia dan Spanyol pada bulan Maret dan April lalu tercatat memiliki suhu berkisar 2 hingga 17 derajat Celsius. Pada saat yang sama negara – negara tersebut melaporkan banyaknya angka kematian serta kasus baru.
Sedangkan negara – negara di Afrika, Asia Tenggara, dan Australia yang beriklim hangat memiliki angka kematian dan jumlah kasus yang lebih rendah.
Hingga saat ini virus COVID-19 telah menginfeksi 62 juta orang dan telah merenggut lebih dari 1,45 juta orang di seluruh dunia. (berbagai sumber/immanuel nauly)