ABUJA (Independensi.com) – Kementerian Perdagangan melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Lagos menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama antara PT Saputra Global Harvest (SGH) dari Indonesia dengan MAAIC & MAAH dari Nigeria mengenai rencana produksi dan pemasaran pupuk batu bara Saputra Futura di Nigeria. Dalam kerja sama ini, Indonesia mendapatkan royalti pemanfaatan teknologi Saputra dan Nigeria menjadi penyedia bahan baku batu bara.
Penandatanganan ini dilaksanakan secara virtual di Kedutaan Besar RI (KBRI) Abuja pada Senin (15/3). Turut menyaksikan penandatanganan tersebut yaitu Duta Besar RI untuk Nigeria Usra Hendra Harahap serta perwakilan pemerintah negara bagian Jigawa, bagian utara Nigeria.
“Kemendag sangat menyambut baik penandatanganan ini. Kami harap, selanjutnya, para perwakilan terus mendampingi dan menindaklanjuti kerja sama yang telah terjalin,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan.
Kepala ITPC Lagos Hendro Jonathan optimis pupuk Saputra Futura yang akan diproduksi di Nigeria akan diterima dengan baik dan menjadi penentu perubahan dengan kualitas nutrisi yang tinggi, namun dengan harga yang lebih kompetitif.
Kerja sama PT SGH dan MAAIC & MAAH diawali sejak Februari 2021 melalui pengiriman sampel pupuk yang diaplikasikan pada lahan pertanian padi dan sayuran di negara bagian Jigawa. Jika hasil panen yang diperkirakan pada Mei 2021 berlangsung baik, selanjutnya akan dilakukan pembelian pupuk Saputra senilai USD 40 ribu oleh MAAIC & MAAH Ltd.
“Potensi kerja sama ini akan semakin terbuka di masa depan. Produksi pupuk Saputra Futura dengan menggunakan bahan baku batu bara Nigeria menghasilkan harga pupuk yang lebih kompetitif di Nigeria,” terang Hendro.
Secara umum, perkiraan kebutuhan pupuk Nigeria mencapai 1,8 juta ton per tahun untuk 3 juta hektare total luas lahan pertanian. Saat ini, sebanyak 80 persen pertanian di Nigeria menggunakan pupuk kimia (NPK) dan sisanya menggunakan pupuk urea. Penggunaan kedua jenis pupuk tersebut menyebabkan penurunan kualitas nutrisi tanah di lahan pertanian Nigeria. Sedangkan, penggunaan pupuk batu bara tidak mengurangi kandungan nutrisi di dalam tanah. Dengan begitu, produk pertanian yang dihasilkan memiliki kualitas baik dengan waktu panen relatif lebih cepat.
Pendiri PT SGH Umar Hasan Saputra menerangkan, salah satu keunggulan produk pupuk batu bara Saputra adalah kemampuannya dalam mengembalikan 26 nutrisi ke dalam tanah. Pupuk yang diproduksinya pun telah dipatenkan di Amerika Serikat. PT SGH memiliki target jangka panjang untuk memproduksi hingga 600 ton pupuk per tahun bekerja sama dengan pabrik pupuk di Nigeria.
“KBRI Abuja bersama ITPC Lagos akan melakukan pendekatan secara kontinu kepada pengguna pupuk dan instansi pemerintah Nigeria dalam mempromosikan pupuk Saputra Futura. Hal ini mengingat produk tersebut merupakan inovasi bagi pengembangan sektor pertanian berkelanjutan di masa mendatang,” pungkas Hendro.
Berdasarkan data Trademap, nilai impor pupuk HS 3105 Nigeria tahun 2019 mencapai USD 20,3 juta dengan negara penyuplai utama adalah Maroko, Tiongkok, Spanyol, dan Italia. Indonesia berada di peringkat ke-9 negara pengekspor pupuk ke Nigeria dengan nilai ekspor USD 1.000. Adapun impor pupuk organik HS 3101 Nigeria hanya sekitar USD 10 ribu dengan negara penyuplai utama yaitu Jerman, India, Inggris, dan Belgia.(wst)