JAKARTA (IndependensI.com) – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat peningkatan asset Rp 275 triliun atau menjadi Rp 1.589 triliun, jika dibandingkan lima tahun lalu yang hanya sebesar Rp1.314 triliun.
Direktur Eksekutif Institute for Essensial Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, keuntungan perusahaan setrum negara itu tercermin dalam laporan keuangan dengan kinerja yang terjaga baik.
“PLN ini laporan keuangannya diaudit BPK dan juga diperhatikan oleh investor internasional jadi tidak boleh main-main,” kata Fabby dikutip dari Antara, Senin (14/6/2021).
Jumlah aset yang melimpah itu menempatkan PLN berada pada posisi puncak dengan aset paling besar di BUMN, mengalahkan empat bank pelat merah maupun Pertamina.
BRI dan Bank Mandiri punya aset masing-masing Rp1,38 kuardriliun dan Rp1 kuardriliun. Sementara Pertamina Rp984triliun. Adapun aset BNI dan BTN masing-masing bernilai Rp709 triliun dan Rp297 triliun.
Sepanjang 2020, PLN membukukan keuntungan mencapai Rp6 triliun yang diperoleh dari efisiensi operasional. Berdasarkan angka audit subsidi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), perseroan mampu menekan biaya operasi sebanyak Rp32 triliun.
Fabby tak menampik utang perseroan yang terus bertambah dalam beberapa tahun terakhir di tengah melonjaknya jumlah aset perseroan dengan modal yang masih bergerak positif.
“PLN mampu membayar kewajiban utang jangka pendek, tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan utang yang lebih baik,” ujar Fabby.
Pada 2020, jumlah ekuitas PLN tercatat mencapai Rp940 triliun dengan liabilitas jangka panjang sebesar Rp499 triliun dan liabilitas jangka pendek Rp150 triliun.
Sepanjang lima tahun terakhir, perseroan hanya menerima penyertaan modal negara sebesar Rp40 triliun dan telah membayar pajak serta dividen sebanyak Rp186 triliun kepada pemerintah maupun pemilik saham.