CANBERRA (IndependensI.com) – Atase Perdagangan Canberra Nurimansyah menyampaikan bahwa produk daging olahan dalam mi instan produksi Indonesia sudah bisa masuk pasar Australia bulan ini. Produk tersebut saat ini baru bisa dinikmati di wilayah sekitar New South Wales, Queensland, Victoria dan Canberra, namun akan segera merambah Perth dan Darwin bulan depan.
“Daging ayam olahan sebagai bahan pelengkap dalam produk mi instan yang diproduksi Indonesia berhasil menembus pasar Australia,” tandas Nurimansyah.
Daging ayam tersebut, dikemas dengan metode “retort” yang merupakan metode untuk menjamin proses produk pangan tetap terjaga setelah melalui sterilisasi dengan menggunakan suhu 121oC selama 15 menit.
Iman juga menyampaikan pernyataan importir Sony Trading Pty. Ltd., Antonius yang mengatakan bahwa impor tersebut merupakan impor pertama produk yang mengandung daging olahan dari Indonesia.
Pembelian sebanyak dua kontainer produk ini diperoleh saat promosi di pameran Fine Food Australia yang difasilitasi KBRI Canberra, KJRI Sydney, dan ITPC Sydney bulan September kemarin. Selain itu, juga pada kegiatan Festival Indonesia yang diselenggarakan KBRI Canberra pada 25 November 2017 di Canberra. Pengunjung bisa mencicipi sampel produk ini di pameran tersebut dan terlihat tertarik untuk menikmati dan membelinya.
Selain surat izin dari badan karantina Australia, produk tersebut juga mengantongi surat keterangan dari pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Proses pengolahan pun sesuai ketentuan sehingga aman dikonsumsi.
“Ekspor produk makanan olahan Indonesia mudah masuk ke Australia asalkan sesuai dengan aturan dan standar yang ditetapkan pemerintah Australia,” tandas Nurimansyah.
Menurut data Biro Statistik Australia, impor daging olahan dari Indonesia terakhir kalinya dilakukan Australia pada tahun 2008. Setelah itu, tidak pernah lagi tercatat importasi Australia atas produk yang mengandung daging olahan dari Indonesia.
Peringkat ke-15
Ekspor produk makanan olahan Indonesia ke Australia pada periode Januari-September 2017 meningkat sebesar 13,50% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pangsa produk makanan olahan Indonesia di pasar Australia pada tahun 2016 sebesar 1,68%. Indonesia berada pada urutan ke-15 di dunia sebagai negara pengekspor produk makanan olahan ke Australia, dengan tren peningkatan selama 5 tahun terakhir (2012-2016) sebesar 7,67%.
Negara eksportir utama produk makanan olahan ke negeri kangguru adalah Selandia Baru. Pangsa pasarnya sebesar 22,02% dan mengalami tren peningkatan pada 5 tahun terakhir (2012-2016) sebesar 6,42%. Posisi ke-2 ditempati Amerika Serikat dengan pangsa sebesar 9,56% dengan tren peningkatan sebesar 0,59%.
Sementara itu, data UN Comtrade Statistic mencatat negara-negara ASEAN dengan pangsa produk makanan olahan terbesar di Australia yang posisinya berada di atas Indonesia. Negara-negara tersebut yaitu Thailand di urutan ke-3, dengan pangsa sebesar 7,30%; namun mengalami tren penurunan untuk 5 tahun terakhir (2012-2016) sebesar 1,86%. Selanjutnya Singapura di posisi ke-4 dengan pangsa sebesar 6,77%, mengalami tren penurunan 5 tahun terakhir (2012-2016) sebesar 5,26%.
Sementara itu Vietnam berada pada urutan ke-10, dengan pangsa sebesar 2,81%, mengalami tren peningkatan untuk 5 tahun terakhir (2012-2016) sebesar 8,34%; serta Malaysia berada pada urutan ke-13, dengan pangsa sebesar 1,86 persen, mengalami tren penurunan 5 tahun terakhir (2012-2016) sebesar 6,27%.