JAKARTA (Independensi.com) –Universitas PTIQ Jakarta menggelar acara wisuda program sarjana, magister dan doktor di Assembly Hall, Balai Sidang Jakarta Convention Center pada Selasa, 23 November 2023.
Acara wisuda tersebut dihadiri 790 wisudawan, orang tua serta beberapa tamu undangan. Di antara tamu undangan, hadir para duta besar berbagai negara Dubes Saudi Arabia, Amerika, Belanda, Malaysia, Palestina, Iran, Irak, dan Sudan.
Rektor Universitas PTIQ Jakarta, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. pada sambutannya menyampaikan selamat atas diwisudanya para wisudawan dari berbagai strata. Menurutnya, perubahan status PTIQ menjadi universitas akan mengokohkan pusat peradaban Al-Qur’an.
“Pertama, di tahun 2023 tepatnya di tanggal 17 Januari 2023, PTIQ telah beralih status dari Institut menjadi universitas. Dengan menjadi universitas semakin mengokohkan PTIQ menjadi pusat peradaban Al-Qur’an tidak saja di Indonesia tetapi juga dunia,” kata Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A.
Selain itu, melalui visi keilmuan ini, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A yakin PTIQ akan berperan aktif dalam mengakhiri dikotomi ilmu agama dan sains dalam praktik pendidikan. Identitas PTIQ Jakarta sebagai lembaga yang selama ini fokus pada pengkajian, pendalaman, dan hafalan Al-Qur’an tidaklah hilang, malah akan semakin sempurna ditahbiskan sebagai lembaga pengkajian Al-Qur’an.
Kedua, Dia menambahkan, Universitas PTIQ Jakarta telah menjalin kerjasama dengan Masjid Istiqlal Jakarta dalam mengelola Pendidikan Kader Ulama (PKU) yang digagas oleh Imam Besar Masjid Istiqlal. Mereka yang menempuh PKU Istiqlal ini mendapatkan beasiswa penuh dari LPDP dan menjadi wakil dari berbagai propinsi yang terdapat di Indonesia.
“Mereka akan dididik sebagai kader ulama yang mumpuni yang akan kembali ke daerah masing-masing sebagai penerang bagi kehidupan masyarakat. Sekedar informasi, beberapa rekognisi internasional yaitu Universitas PTIQ Jakarta diberikan amanah untuk membina dan mengirimkan Imam-imam di beberapa masjid di luar negeri, seperti di Qatar, Uni Emirat Arab, dan Mesir, Korea Selatan, Amerika Serikat dan terakhir di Austria. Rekognisi ini menjadi modal penting Universitas PTIQ Jakarta untuk menjadi Center of Excellence for Qur’anic Studies, integrasi keilmuan, serta moderasi beragama,” katanya menambahkan.
Sementara itu ketiga, minat calon yang terus meningkat. Pada tahun akandemik 2023/2024, peminat atau calon mahasiswa yang mendaftar kurang lebih 1752 calon mahasiswa, tetapi karena keterbatasan sarana, Universitas PTIQ Jakarta hanya mampu menampung sekitar 1040 mahasiswa.
“Hal ini membuktikan bahwa Universitas PTIQ Jakarta semakin hari semakin diminati. Bahkan khusus bagi mahasiswa putri, di tahun ini mengalami peningkatan 2 kali lipat. Penerimaan mahasiswa putri merupakan permintaan masyarakat, alumni dan stakeholder,” terangnya.
Selain itu, Nasrudin berharap PTIQ bisa semakin mendunia kedepannya dengan prestasi alumni yang dicapai. PTIQ juga terus aktif dalam kancah global dengan hadirnya PTIQ di Maroko, Mesir, dan Amerika,.
“PTIQ sudah berperan serta dalam global dengan hadirnya PTIQ di Maroko, Mesir, dan Amerika. Kita pertahankan kredibilitasnya, karena itu tidak gampang untuk mendirikan perguruan tinggi disana. Alhamdulilah PTIQ diberikan apresiasi luar biasa oleh beberapa perguruan tinggi disana” ujarnya.
Lanjut Nasrudin, PTIQ selanjutnya akan mengembangkan dan mendirikan kampus di Benua Eropa.
“Insyalah tahun depan ada kemungkinaan akan mengembangkan di Eropa seperti di Inggris dan perancis,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan al-Quran (YPA), H. Pontjo Sutowo, dalam sambutannya memberikan catatan terkait dalam mewujudkan masyarakat bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
“Sesuai dengan tema wisuda saat ini, yakni “PTIQ Mempersiapkan Ummat di Masa Datang, kami ingin memberi catatan terhadap tema tersebut terutama dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa yang masih jauh untuk mewujudkan cita-citanya sebagai masyarakat bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” ujar H. Pontjo Sutowo.
Menurut Pontjo, mempersiapkan ummat berarti juga mempersiapkan bangsa dan harus dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara luas dan berkesinambungan.
“Karena kami menyadari bahwa mempersiapkan ummat berarti juga mempersiapkan bangsa. Atau mempersiapkan bangsa dimasa datang sekaligus pula mempersiapkan ummat. Dan untuk ini sudah barang tentu melalui proses pembangunan yang berencana dan dengan cara melibatkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat secara luas dan berkesinambungan,” ujarnya.
Pontjo menegaskan bahwa masyarakat bangsa ini ingin menampilkan sosok dan citranya sendiri yang independen, yakni ingin membangun oleh masyarakat bangsanya sendiri, sehingga dapat mewujudkan pembangunan Indonesia.
“Bukan pembangunan di Indonesia. Dalam hubungan ini kita harus berusaha melepaskan tali pemihakan dengan kelompok bangsa atau negara manapun juga. Sehingga kita dapat mengakarkan diri pada agenda bangsa sendiri. Karena itu pembangunan Indonesia dan pembangunan peradaban Indonesia, harus berangkat dari tiga ranah pancasila, ranah nilai spritual, ranah tata kelola dan ranah tata sejahtera. Dalam kaitan ini maka PTIQ sangat berperan besar untuk mengembangkan ranah tata nilai,” ujarnya menambahkan.
Ia juga menyampaikan, dengan cara pandang tersebut maka mempersiapkan kaum terpelajar untuk membangun bangsa di masa datang maka sesungguhnya juga merupakan membangun masa depan universitas.
“Dan Universitas PTIQ tentunya akan memiliki peran yang signifikan, karena dari PTIQ lah diharapkan lahir kaum terpelajar yang dapat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, kebenaran dan ingin selalu mengukuhkan diri untuk selalu menggunakan akal sehat. Karena agama (Islam) sesungguhnya diperuntukkan bagi orang-orang yang berakal,” katanya.
Sekedar informasi, adapun daftar wisudawan terbaik diantaranya yakni,
– Muhammad Haikal, SH dari program studi S-1 Hukum keluarga Islam (Ahwal Syaksiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum dengan IPK 3.93.
– Nanda Nabil Falah, S.E dari program studi S-1 Ekonomi Syariah, Fakultas syariah dan hukum dengan IPK 3, 90.
– Muhammad Imdadur Rachman S. Sos dari program studi S-1 Komunikasi dan penyiaran islam, Fakultas dakwah dan ilmu komunikasi dengan IPK 3,47.
– Fahmi S. Sos dari program studi S-1 – Manajemen dakwah, fakultas dakwah dan ilmu komunikasi dengan IPK 3,43.
– M. Misbah S. Pd. dari program studi S-1 pendidikan agama islam fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan dengan IPK 3,52.
– Fitri Indah Susanti, S. Pd. dari program studi S-1, pendidikan Islam anak usia Dini Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan, dengan IPK 3,52.
– Moh. Multazam, S. Ag dari program studi S-1, Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan pemikiran islam dengan IPK 3,50.
– Nur Hamidah Arifah, M Ag. dari program studi S-2 – Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Program Pascasarjana dengan IPK 3,69.
– Bima Wahyudin Rangkuti, M. Pd dari program studi S-2 – Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana dengan IPK 3,77,
– Dr. Ir. Sunarno, M.T., M.Ag dari program studi S3 – Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Program pascasarjana dengan IPK 3,66.