JAKARTA (IndependensI.com) – Infrastruktur merupakan salah satu pilar penentu daya saing negara, untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan dukungan kebijakan dan strategi pembinaan industri konstruksi yang tepat. Untuk itulah Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR melaksanakan kegiatan Forum Nasional Daya Saing Infrastruktur, yang rencananya akan dilaksanakan pada 22 Agustus 2017 mendatang.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, selaku penanggungjawab pembinaan jasa konstruksi nasional, mendorong keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan yang terstruktur dan sistematis dalam rangka meningkatkan daya saing infrastruktur.
“Forum Nasional ini diharapkan menghasilkan rekomendasi kebijakan terobosan bagi perbaikan pilar-pilar dayasaing Negara umumnya dan dayasaing infrastruktur khususnya. Dengan demikian langkah-langkah nyata apa saja untuk peningkatan dayasaing infrastruktur akan terwujud,” ujar Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Yusid Toyib saat memberikan keterangan di hadapan wartawan di Jakarta, Selasa (15/8/2017).
Hal ini juga ditekankan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono baru-baru ini, bahwa Infrastruktur yang handal merupakan kunci utama dalam meningkatkan daya saing Indonesia dalam konteks kompetensi global yang semakin ketat.
Untuk diketahui, berdasarkan data The Global Competitiveness Report 2016-2017 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum, dayasaing Indonesia berada pada peringkat 41 dan dayasaing infrastruktur pada peringkat 60. Tentunya kondisi ini memerlukan kerjasama seluruh elemen bangsa dan pemangku kepentingan industri konstruksi Nasional agar terjadi peningkatan dari kondisi terkini.
World Economic Forum mendefinisikan dayasaing sebagai suatu perangkat institusi, kebijakan, dan faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu ekonomi, yang pada gilirannya akan turut menentukan tingkat kemakmuran yang dapat dicapai negara tersebut.
Daya saing suatu negara ditentukan oleh tiga aspek, meliputi persyaratan dasar (basic requirements), peningkat efisiensi (efficiency enhancers) serta faktor inovasi dan kemutakhiran (innovation and sophitisfication factors), di mana setiap aspek memiliki pilar-pilar pembentuk daya saing global.
Forum Nasional Daya Saing Infrastruktur merupakan puncak dari rangkaian kegiatan dalam rangka menyusun rekomendasi kebijakan terkait peningkatan dayasaing infrastruktur, yang sebelumnya didahului dengan kegiatan evaluasi berupa Pra Forum Nasional, Pra Focus Group Discussion, serta Focus Group Discussion terhadap pilar-pilar penyusun dayasaing berdasarkan laporan World Economic Forum yang berkaitan dengan sektor konstruksi.
Selain itu pada Forum Nasional ini akan dilaksanakan diskusi panel yang membahas isu dan kebijakan yang perlu diambil Pemerintah untuk mendorong terwujudnya peningkatan dayasaing infrastruktur sekaligus dayasaing Indonesia, dengan menampilkan narasumber yang terdiri atas Dr Aviliani, SE, MSi (pengamat dayasaing dan perekonomian Indonesia), Prof Dr Tech Ir Danang Parikesit, MSc (pengamat infrastruktur transportasi Indonesia), Dr Ir Arie Setiadi Moerwanto, MSc (Direktur Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Dr Ir Wahyu Utomo, MS (Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian), Ir I Gusti Putu Suryawirawan (Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian), Dr Muh Saptamurti, SH, MA, MKn, Deputi Bidang Hukum dan Perundang-Undangan, Kementerian Sekretariat Negara), Dr Ir Unggul Priyanto, MSc (Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi/BPPT), dan Bintang Perbowo, SE, MM (Direktur Utama PT Wijaya Karya).
Forum Nasional Dayasaing Infrastruktur pada 22 Agustus 2017 dimaksudkan sebagai sarana untuk menyampaikan dan membahas isu serta opsi kebijakan terobosan secara terstruktur dan sistematis yang patut diambil Pemerintah dan juga dukungan pemangku kepentingan terkait untuk peningkatan peringkat dayasaing infrastruktur yang lebih SMART (simple, measurable, attainable, reasonable dan timebond).