IndependensI.com – Perhelatan besar menanti di depan kita sebagai tugas konstitusional yaitu Pemilihan Presiden dan Anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota di tahun 2019, dan tahapan pencalonan sudah dimulai dengan pendaftaran.
Untuk Pilpres, telah mendaftar ke KPU dua pasangan calon yaitu petahana Presiden Joko Widodo berpasangan dengan Prof. KH Ma’ruf Amin serta Prabowo Subianto dengan Sandiaga Salahuddin Uno.
Pendaftaran para calon legislatif juga sudah berlangsung dan proses selanjutnya termasuk seleksi persyaratan masih dikerjakan KPU, sekaligus menyaring para mantan-mantan nara pidana korupsi yang dikehendaki banyak pihak untuk tidak diberi kesempatan menjadi wakil rakyat, karena diangggap “bermasalah” sekaligus agar masyarakat umum sadar dan jera untuk tidak berlaku korup.
Selain masalah politik yang telah dan mungkin akan lebih lagi memeras tenaga, pikiran dan bahkan dana serta perhatian yang cukup menguras kemampuan di segala bidang yakni kedewasaan dalam kehidupan berbangsa. Meski pilpres masih jauh, sudah mulai terlihat pada hal masih awal. Untuk itu, hendaknya semua pihak kepala boleh panas tetapi hati harus ‘adem’, tenang dan selalu ingat bahwa kita sesama saudara, sesama anak bangsa, bangsa Indonesia.
Oleh karena itu kita berharap boleh berbeda pendapat, berbeda pilihan, tetapi jangan saling menyerang apalagi sampai menyakiti. Ingat “sakitnya kaki kiri adalah sakitnya kaki kanan”. Sebab seluruh tubuh akan menderita apabila salah satu organ tubuh tidak normal apalagi sampai tidak berfungsi, pemulihannya lama.
Selain gejolak politik yang merupakan tugas konstitusi nasional, ada di depan mata kita yaitu pesta olah raga internasional Asian Games yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang. Ini tanggung jawab nasional dan internasional tetapi lebih bertanggungjawab seluruh rakyat Indonesia sebagai penyelenggara terutama masyarakat di sekitar Jakarta dan kota Palembang.
Sebagai tuan rumah yang baik, hendaknya kita menunjukkan perilaku yang memberikan perhatian serta dukungan agar para tamu, pemain, official termasuk tamu lainnya serta turisme, hendaknya memperoleh perlakuan baik dan simpati dari masyarakat, baik di tempat-tempat penyelenggaraan pertandingan maupun di sekitar mereka bermukim selama pesta olah raga tersebut.
Karenanya, kita berharap apapun yang tidak baik “tersimpan” di dalam hati kita masing-masing, marilah kita simpan sampai perhelatan internasional itu selesai sehingga tidak mengganggu kelancaran transportasi terutama pertandingan-pertandingan yang diperlombakan.
Kita sadar bahwa agenda nasional di bidang ketatanegaraan yang menyangkut kegiatan politik untuk memilih pemimpin lima tahunan serta wakil rakyat di badan legislative, serta perhelatan olahraga tingkat Asia sangat membutuhkan pengerahan segala kemampuan untuk mensukseskannya.
Di dalam perjalanan penyiapan dan penyelenggaran kedua agenda penting di atas, masyarakat, bangsa dan Pemerintah kita juga jangan lupa tentang perlu dan mendesaknya pemulihan di Lombok pasca gempa tanggal 9 Agustus lalu yang meluluh-lantakkan hidup dan kehidupan saudara kita di Provinsi Nusa Tenggara Barat itu.
Penggalangan perhatian dan kepedulian dari setiap komponen bangsa kiranya perlu ditingkatkan untuk memberi pertolongan apa yang bisa kepada saudara kita yang terkena musibah tersebut.
Sebagai sesama saudara sebangsa dan se-Tanah Air kita masih perlu menggalang kemampuan untuk memulihkan kehidupan di seluruh wilayah yang terkena bencana, sebab sebagian besar saudara-saudara kita itu sudah tidak memiliki apa-apa, dan bahkan ada yang tidak memiliki sandang, pangan dan papan, juga pendidikan serta kesehatan dan tidak sedikit yang sudah yatim piatu.
Belajar dari penanganan Tsunami di Aceh, barangkali kita akan lebih paham membuat yang terbaik bagi saudara-saudara kita di Lombok, dengan menggerakkan semua kemampuan yang ada baik swasta dan paguyuban masyarakat bersatu-padu dengan pemerintah terutama para pengusaha nasional swasta dan pemerintah, dengan penuh perhatian tulus sebagai pengejawantahan kepada sesama manusia, dengan keyakinan akan diberkati oleh Tuhan yang maha pengasih, pemulihan akan tercapai secara simultan di Lombok.
Dengan harapan adanya koordinasi menyeluruh sehingga siapa berbuat apa dan apa dibantu siapa sehingga tidak ada yang tertinggal serta tidak ada yang tumpang tindih yang mengakibatkan mubazir. Misalnya siapa menyiapkan gedungnya serta siapa yang menyiapkan guru serta petugas rumah sakitnya dengan demikian tidak ada yang terabaikan dan Lombok tidak terlupakan. (Bch)