JAKARTA (IndependensI.com) – Medali emas ganda putra berhasil kembali diamankan Indonesia di ajang bulutangkis perorangan Asian Games 2018, Senin (27/8/2018). Dalam dua perhelatan Asian Games sebelumnya pada tahun 2010 dan 2014, emas ganda putra juga dimiliki Indonesia. Artinya, delapan tahun sudah Indonesia menguasai ganda putra di Asian Games.
Emas ganda putra di Asian Games Guangzhou 2010 diraih pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan. Empat tahun kemudian, ganda putra Indonesia kembali mendapat emas dari Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Capaian ganda putra di Asian Games kali ini bahkan lebih fantastis, Indonesia telah mengamankan medali emas dengan terciptanya partai All Indonesian Final antara pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Hal ini membuat Hendra/Ahsan yang merupakan juara bertahan sekaligus senior Kevin/Marcus dan Fajar/Rian menjadi bangga akan tersambungnya prestasi ini. “Pastinya saya senang bisa terjadi all Indonesian final, paling tidak emas ganda putra masih milik Indonesia,” kata Hendra seperti dikutip dari rilis Humas PP PBSI. “Pasti bangga sama mereka, tentunya saya ikut senang juga ya dengan keberhasilan mereka. Saya ucapkan selamat kepada Kevin/Marcus dan Fajar/Rian karena sudah menciptakan all Indonesian final,” sebut Ahsan. “Saya juga senang karena ganda putra Indonesia sekarang ada penerusnya, semoga yang lain juga cepat menyusul,” tambah Hendra.
Ketika ditanya soal prediksi pemenang medali emas besok, Hendra mengatakan kedua pasangan memiliki peluang yang sama kuat. “Menurut saya peluangnya 50-50, apalagi sudah di final, semua bisa terjadi,” ujar Hendra. Kebanggaan tim ganda putra Indonesia juga terlihat dari video ucapan selamat yang dibuat tim ganda putra di Pelatnas Cipayung, dan diunggah pada akun sosial media Fajar.
Tim bulutangkis Indonesia telah memenuhi satu target medali emas di Asian Games 2018 lewat nomor ganda putra yang mempertemukan pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dengan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Kevin/Marcus ke final dengan mengalahkan Lee Yang/Lee Jhe-Huei (Taiwan), dengan skor 21-15, 20-22, 21-12. Sedangkan Fajar/Rian memulangkan unggulan kedua asal Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen, dengan skor 21-14, 19-21, 21-13.
Sudah Lama
Sementara itu Herry Iman Pierngadi selaku Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI boleh berbangga dengan prestasi para asuhannya. Apalagi bisa menuai “all Indonesian Final” yang sudah lama tidak terwujud. “Saya ucapkan terima kasih kepada Kevin/Marcus dan Fajar/Rian yang bisa memberikan kado untuk ulang tahun saya, yaitu medali emas. Karena sudah terlalu lama sudah tidak ada all Indonesian final, terutama di Asian Games,” kata Herry.
“Tidak ada perayaan khusus ya, tapi di ganda putra ada tradisi makan-makan bersama, yang bayar yang juara. Hari ulang tahun saya berdekatan dengan Hendra (Setiawan), mungkin nanti acaranya digabung, cuma makan-makan saja, mengucap syukur dan terima kasih ganda putra sudah bisa memberikan medali emas,” lanjut Herry. Partai all Indonesian final di ganda putra dalam ajang Asian Games terjadi di Asian Games 1974 di Tehran, Iran. Kala itu Tjun-Tun/Johan Wahyudi berhasil meraih medali emas setelah mengalahkan sesama pasangan Indonesia, Christian Hadinata/Ade Chandra.
Medali emas ganda putra di Asian Games tak pernah lepas dari Indonesia selama delapan tahun terakhir. Pada Asian Games Guangzhou 2010, pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan berhasil meraih medali emas. Sedangkan di Asian Games Incheon 2014, Hendra berhasil mempertahankan medali emasnya dengan partner yang berbeda yaitu Mohammad Ahsan. “Regenerasi di ganda putra cukup baik, mungkin sistem latihan pembinaan di klub-klub cukup merata, sudah bagus. Saya dan Aryono (Miranat- Asisten Pelatih Ganda Putra PBSI) di ganda putra hanya meneruskan. Kita sudah punya sistem yang cukup baik sehingga regenerasi di ganda putra berjalan sesuai dengan yang kita harapkan,” kata Herry.
Kondisi pemain sepanjang Asian Games berlangsung juga menjadi salah satu perhatian Herry. Disebutkannya, kompetisi di Asian Games memang sudah diprediksi akan melelahkan karena cabang bulutangkis memainkan nomor beregu dan perorangan. Kevin/Marcus sempat melewati masa-masa sulit ketika di babak perempat final melawan Takuto Inoue/Yuki Kaneko. “Pertandingan Asian Games ini cukup panjang karena mereka main di nomor beregu juga. Tidak hanya Kevin/Marcus dan Fajar/Rian, lawan grafiknya pun menurun, pressure nya di beregu itu luar biasa. Main di perorangan jadi agak menurun, itu wajar. Akan tetapi inilah kelebihan Kevin/Marcus, keadaannya seperti apa pun mereka bisa mengatasi. Waktu melawan Jepang itu kritis banget, tapi mereka bisa atasi,” kata Herry.
Soal laga ‘perang saudara’ besok di final, Herry mengatakan ia menyerahkan sepenuhnya kepada Kevin/Marcus dan Fajar/Rian. Bagaimana masing-masing pasangan mengatur strategi di lapangan. “Kalau pertandingan sesama anak didik sendiri, saya nggak perlu komentar, saya nikmati saja pertandingan dari tribun sambil ngopi, ha ha ha. Setelah tanding baru ada evaluasi kelebihan kekurangan masing-masing. Kalau teknik dan strategi ya masing-masing saja, bagaimana memutuskan strategi di final, kan sama-sama satu tim, satu pelatih,” sebut Herry.
.