Bandara Morowali, salah satu bandara yang akan diresmikan Presiden RI Joko Widodo dipenghujung tahun 2018

Presiden RI Joko Widodo Akan Resmikan Bandara Baru di Sulawesi

Loading

JAKARTA (Independensi.com) Presiden RI Joko Widodo dipenghujung tahun 2018 akan meresmikan bandar udara baru dan terminal baru di propinsi Sulawesi. Peresmian akan di pusatkan di Bandara Morowali Sulawesi Tengah.

Rencana peresmian bandara dan terminal baru tersebut disampaikan Dirjen Perhubungan Udara Polana B Pramesti dalam acara penyampaian Capaian tahun 2018 dan outlook 2019, di kantor Kemenhub Jumat (21/12). Hadir pula Sesditjen Perhubungan Udara Nur Isnin Istiartono, Direktur Bandara M. Pramintohadi Sukarno, Direktur Navigasi Penerbangan Elfi Amir dan Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Capt. Avirianto serta para pejabat lainnya.

Bandara Morowali mulai dibangun pada tahun 2007 dengan dana APBD oleh inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali. Setelah sempat terhenti, pada tahun 2010 kembali dilakukan pembangunan fisik bandara, baik sisi udara seperti landasan pacu, taxiway dan apron serta sisi darat seperti terminal penumpang dan gedung perkantoran.

Bandara Morowali dibangun di atas lahan seluas 158 hektar. Bandara ini mempunyai panjang landasan pacu berukuran 1500 m x 30 m, apron 80 m x 70 m dan taxiway 192 m x 18 m. Bandara juga memiliki gedung terminal seluas 1000m2 dengan kapasitas pelayanan untuk 100 orang.

Di dalam gedung terminal terdapat fasilitas dua gerbang X-Ray, dua unit conveyor belt untuk bagasi penumpang keberangkatan dan kedatangan serta dua unit counter check-in. selain itu, bandara juga dilengkapi beberapa gedung penunjang lainnya seperti gedung perkantoran dan gedung fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).

Dirjen Perhubungan Udara Polana B. Pramesti mengungkapkan, keberadaan bandara ini sangat diperlukan untuk menunjang konektivitas masyarakat Morowali menuju kota-kota lain yang jaraknya cukup jauh. “Bandara ini dioperasionalkan untuk membuka konektivitas dari Kabupaten Morowali menuju kota-kota yang lebih besar di sekitarnya seperti Palu, Poso, Kendari dan Makassar. Fasilitasnya sudah berfungsi dengan baik dan sumber daya manusianya juga sudah siap mendukung pengoperasiannya baik dari sisi keselamatan, keamanan maupun kenyamanan penerbangan,” ujar Polana.

Sebelum adanya pembangunan bandara tersebut, transportasi masih menggunakan jalan darat dan laut. Dengan kontur Morowali yang banyak pegunungan dan bentang alam kapur, jalan darat harus menempuh 8-9 jam dari Kendari, sementara dari Palu ibu kota provinsinya, ditempuh hingga 12 jam perjalanan, dan dari Makassar hingga 23 jam perjalanan.

Morowali yang memiliki pertambangan nikel terbesar di Asia Tenggara itu ingin terus meningkatkan potensi wilayahnya, termasuk sumber daya manusia dan objek wisatanya. “Bandara menjadi salah satu prasarana transportasi yang menjadi akses yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan potensi wilayah di Kabupaten Morowali”, tutur Polana.

Kabupaten Morowali merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten sekaligus pusat administrasi terletak di Kota Bungku. Kabupaten ini mempunyai luas 3037,04 km² dan berpenduduk 113.132 jiwa pada tahun 2016. Kabupaten Morowali terdiri dari 9 kecamatan dan 133 desa/kelurahan. Morowali berbatasan dengan Morowali Utara di bagian barat laut, Sulawesi Selatan di bagian barat dan barat daya, serta Sulawesi Tenggara di bagian timur laut.

Selain Bandara Morowali, bandara lain yang juga akan diresmikan Presiden Joko Widodo adalah Bandara Syukuran Aminuddin Amir. Bandara ini terletak di Desa Bubung, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Saat ini landasan pacu telah diubah menjadi 2.250 m x 45 m, taxiway 60 m x 18 m, dan apron 315 m x 85 m. Luas terminal penumpang sebelumnya hanya 1.212 m² mampu menampung penumpang 100 orang pada saat jam sibuk, nantinya setelah diresmikan terminal baru luasnya menjadi 5000m² dengan kapasitas penumpang mencapai 350 penumpang saat jam sibuk

Bandar Udara H. Aroeppala, adalah bandar udara yang terletak di Pulau Selayar, tepatnya di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Bandara ini diresmikan pada tahun 2000, tepat pada Hari Pembangunan Nasional tanggal 17 September 2000 di Kepulauan Selayar. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.950 × 30 m, apron 75 m x 98,6 m dan  taxiway 75 m x 20 m dan akan memiliki terminal baru seluas 2000m² dengan kapasitas 200 penumpang per waktu sibuk. Saat ini sudah 3 maskapai yang melayani penerbangan dari dan menuju Selayar, yaitu Wings Air, Garuda Indonesia dan Transnusa dengan menggunakan pesawat jenis ATR 72.

“Kehadiran Bandara Selayar dinilai sangat tepat untuk mendukung pariwisata, mengingat Kabupaten Kepulauan Selayar miliki potensi pariwisata yang sangat luar biasa. Jadi kami mendorong pariwisata melalui kehadiran pelayanan angkutan udara”, jelas Polana.

Bandar Udara Lagaligo merupakan salah satu bandara bertaraf domestik yang terletak di kecamatan Bua, 10 km dari Kota Palopo, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sesuai dengan prasasti yang terdapat di gedung terminal bandara, bandara ini diresmikan pengoperasiannya pada tanggal 19 Oktober 2010. Bandar Udara Lagaligo mempunyai runway/landasan pacu sepanjang 1.400 x 30 meter, apron 80 x 60 m dan taxiway 18 m x 191,5 m. Bandara ini memiliki terminal baru seluas 1200m², sementara terminal yang ada sebelumnya seluas 240m² dinilai tidak mampu menampung penumpang yang semakin meningkat jumlahnya. Saat ini 2 maskapai melayani penerbangan dari dan ke Lagaligo, yaitu Wings Air dan Garuda Indonesia dengan jadwal penerbangan setiap hari dengan menggunakan pesawat jenis ATR 72 menuju Makassar.

Bandar Udara Betoambari adalah bandar udara yang berada di dekat Bau-Bau, kota di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Bandar udara ini berada di ketinggian 32 meter (105 ft) di atas permukaan laut. Bandar udara ini memiliki satu landasan pacu dengan arah 04/22 dengan lapisan aspal dengan ukuran 1950 x 45 meter .
Sejak dibangun tahun 1976 berfungsi sebagai bandara perintis sempat telantar dan nyaris tidak dipakai. Pada tahun 2001 landasan bandara ditingkatkan dan pada 2014 dilakukan rehabilitasi gedung terminal dengan menambah luas menjadi 1106 m² dengan kapasitas penumpang 140 orang pada jam sibuk. Tahun ini dilakukan perluasan terminal sehingga luas terminal baru menjadi  menjadi 1.358,82m² seiring dengan penambahan kapasitas menjadi 240 orang pada jam sibuk. Saat ini 2 maskapai melayani penerbangan dari dan menuju Betoambari, yaitu Wings Air dan Garuda Indonesia dengan menggunakan pesawat jenis ATR 72.

“Seiring pertumbuhan penumpang yang berada di Bandar Udara Betoambari, kami optimis dengan adanya rehabilitasi secara berkala, maka aka nada dampak peningkatan penumpang dan meningkatkan pula wisatawan yang menggunakan bandara ini”, pungkas Polana.

  1. Polana mengatakan, kawasan bagian tengah dan timur Indonesia kini telah berkembang pesat dan untuk berbagai ragam kegiatan dengan faktor pendukung keindahan alam, keanekaragaman budaya serta kekayaan sumber daya alamnya yang berlimpah. Bandara menjadi pintu gerbang udara atau akses menuju tempat-tempat tersebut.”Di tahun 2019 kami akan melaksanakan pembangunan dan pengembangan bandara prioritas nasional di 42 lokasi, hal ini kami lakukan untuk membuka daerah yang sulit jangkau dan masyarakat dapat lebih mudah lagi dalam mendapatkan kebutuhannya dengan distribusi melaui bandara baru nantinya”, ujar Polana.